5 Alasan Sahabat Gak Selalu Memvalidasi Perasaanmu, Tetap Objektif

Bagian paling menyenangkan dari curhat pada sahabat ialah perasaanmu akan divalidasi olehnya. Kamu bersedih oleh sesuatu, dia memahami kesedihanmu dan menenangkan. Dirimu kesal pada seseorang, ia pun ikut marah terhadapnya bahkan melebihi emosi negatifmu.
Reaksi-reaksi seperti di atas tak ubahnya pembenaran serta dukungan atas perasaanmu. Kamu menjadi merasa benar-benar dimengerti olehnya. Namun, bagaimana jika ada sahabat yang malah sering menolak perasaanmu? Dia seperti tidak bisa memaklumi emosimu.
Ia kerap mendorongmu agar mengubah perasaan tersebut menjadi kebalikannya. Apakah ini tanda bahwa dia merupakan sahabat yang buruk? Jangan salah, sahabat berkarakter ini juga dibutuhkan dalam hidupmu. Meski awalnya kamu merasa tidak nyaman mendengar tanggapannya, akibat jangka panjangnya positif. Biar dirimu gak salah paham, ini lima sebab sahabat gak selalu memvalidasi perasaanmu.
1. Gak mau menyesatkanmu

Saat kamu dikuasai oleh emosi negatif, apa pun keputusanmu bisa keliru. Sahabat cuma ingin dirimu tetap di jalan yang benar walaupun perasaan sedang gak baik-baik saja. Contoh sederhana, kamu kesal sekali karena orangtua sering melarangmu dalam banyak hal.
Seandainya sahabat asal memvalidasi perasaanmu, bisa-bisa dirimu sampai membenci orangtua sendiri. Maka dia berkata bahwa seharusnya kamu merasa bersyukur memiliki orangtua yang masih melarangmu dalam berbagai hal. Itu adalah cara orangtua menjaga kehidupanmu supaya tidak terjerumus dalam keburukan.
Bakal sulit sekali untuk kembali ke jalan yang benar apabila kamu telanjur tersesat dalam hidup. Ini dapat dibayangkan seperti ketika dirimu berjalan terlalu ke kiri atau ke kanan padahal di kedua sisi itu ada jurang. Sahabat berupaya menghalaumu biar kembali berjalan di tengah dan lurus menuju tujuan hidup yang baik. Apabila dia tidak mengambil peran ini, kamu tanpa sadar kian menjauhi kebenaran dan mendekati mara bahaya.
2. Pengalamannya berbeda dan lebih banyak darimu

Dengan pengalaman yang berbeda, bukan hanya cara berpikir seseorang yang menjadi gak sama denganmu. Perasaannya terkait berbagai hal pun lain dan terkadang sukar untuk dipahami olehmu. Masih dengan contoh seputar orangtua yang terkesan berisik dalam menasihatimu.
Kamu merasa negatif lantaran bosan mendengarnya dan seakan-akan mereka tidak memercayaimu. Akan tetapi, sahabat yang pernah jatuh dalam kesalahan akibat melawan nasihat sejenis bakal mendorongmu buat mematuhinya saja. Atau, dia punya banyak kenalan yang kehidupannya kacau akibat tak pernah dinasihati dan dilarang oleh orangtua.
Mereka dibebaskan untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Ketika dirimu berkeluh kesah seputar orangtua, ia akan berbicara dari sudut pandang yang berbeda. Semuanya berdasarkan pengalaman sendiri atau orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, apabila pengalaman sahabat lebih terbatas dibandingkan denganmu, ia cenderung selalu membenarkan saja apa pun perasaanmu. Itu lebih mudah baginya ketimbang dia berusaha mengubahnya. Ia tak punya argumen yang kuat buat berbantah denganmu.
3. Ingin kamu lebih realistis daripada emosional

Sahabat tahu bahwa dirimu sesekali terbawa emosi merupakan hal yang manusiawi. Namun, dia juga paham bahwa terlalu emosional malah membahayakanmu. Misalnya, kamu jengkel sekali pada pacar yang sibuk bekerja. Dia jarang mengangkat telepon dan tak segera membalas pesan-pesanmu.
Dirimu ingin punya pacar yang 24 jam ada untukmu. Walaupun kalian sedang berjauhan, kamu berharap bisa terus saling terhubung dengannya agar merasa tenang serta tidak kekurangan kasih sayang. Jika sahabat sembarangan mendukung perasaan dan keinginanmu, jangan-jangan hari itu juga kalian putus.
Sahabat cuma ingin membantu mempertahankan hubungan kalian. Ia mengajakmu berpikir lebih realistis. Pacarmu punya pekerjaan dan dia gak mungkin terus-menerus bertelepon atau chatting. Sahabat bahkan dapat bersikap keras padamu dengan hanya memberimu dua pilihan. Mana yang lebih disukai olehmu, berpacaran sampai menikah dengan orang yang memiliki pekerjaan atau pengangguran?
4. Kamu sudah berlebihan dalam memandang sesuatu

Segala yang berlebihan akhirnya mendatangkan keburukan. Kalau kamu masih sebatas sebal dengan seseorang karena suatu hal, sahabat mungkin masih memvalidasi perasaanmu. Dia belum menganggapnya berbahaya. Akan tetapi begitu dirimu tampak berlebihan dalam menyikapi sesuatu, ia segera turun tangan.
Misalnya, kamu sampai berkata benci setengah mati pada seseorang atau tidak akan pernah memaafkannya. Walau sahabat tahu bahwa perasaanmu suatu saat nanti bisa berubah dengan sendirinya, dia tidak mungkin membiarkanmu seperti itu. Ia segera mengingatkanmu tentang buruknya perkataan demikian.
Dia terdengar menceramahimu mengenai pentingnya memaafkan bahkan sebelum diminta. Juga bahwa kebencian yang teramat pada orang lain hanya akan mengeraskan hatimu. Lama-lama dirimu dapat begitu mudah membenci siapa saja. Termasuk ketika kesalahannya sebetulnya gak seberapa.
5. Ia tahu apa yang gak diketahui olehmu

Terkadang sahabat juga menyimpan rahasia yang memengaruhi responsnya terhadap isi curhatmu. Contohnya, diam-diam orangtuamu pernah berbicara berdua saja dengannya. Intinya tentang kekhawatiran serta harapan mereka padamu. Kedua hal ini gak pernah disampaikan orangtua secara langsung padamu.
Kamu menjadi mudah salah paham ketika mereka menasihatimu tentang berbagai hal. Dirimu tidak mengerti motivasi orangtua di balik nasihat-nasihat tersebut. Maka selagi kamu uring-uringan, sahabat telah punya sudut pandangnya sendiri. Ia tahu apa yang tidak diketahui olehmu.
Jika dirimu bertanya-tanya alasan sahabat gak memberitahumu mengenai ucapan orangtua, boleh jadi itu permintaan mereka. Sahahat hanya dimintai tolong agar membantu keduanya dalam mengarahkan hidupmu. Seandainya akhirnya kamu mengetahui ini, jangan kesal pada sahabat yang seakan-akan berkerja sama dengan orangtuamu. Toh, mereka semua ialah orang-orang yang menyayangimu.
Sebenarnya, sahabat gak selalu memvalidasi perasaanmu ada baiknya juga, lho. Lebih dari suporter, kamu memerlukan sahabat yang selalu bisa mengingatkanmu. Biar dirimu gak melakukan kesalahan yang sesungguhnya masih dapat dihindari.