Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan untuk Gak Bereaksi Berlebihan terhadap Apa yang Dialami

ilustrasi ketakutan (pexels.com/Faruk Tokluoglu)

Setiap kejadian di dunia ini pasti sudah diatur sebaik mungkin oleh Yang Maha Kuasa. Tugas kita adalah menjalankan dan berusaha untuk melakukan yang terbaik. Begitu pun dalam bereaksi menghadapi semua momen yang terjadi. Sudah sepantasnya kita gak berlebihan.

Baik itu momen sedih, marah, kecewa atau bahkan bahagia sekalipun, semuanya harus dihadapi dengan wajar. Memang, bukan hal yang mudah. Apalagi jika kejadian tersebut begitu mengejutkan dan tiba-tiba. Tapi, lima alasan berikut pasti akan membuat kita semakin yakin untuk belajar bereaksi sewajarnya.

1. Karena segala hal sifatnya hanya sementara, baik itu kesedihan atau kebahagiaan

ilustrasi orang berteriak (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Segala hal di dunia ini, terjadi hanya sementara. Baik itu kesedihan ataupun kegembiraan, semuanya akan berlalu pada waktunya. Gak ada yang kekal di dunia ini, itulah kenapa kita harus bereaksi sewajarnya atas setiap kejadian.

Sesedih apapun kita saat ini atau sebahagia apapun kita, semua rasa itu akan berlalu nantinya sehingga bereaksi berlebihan hanya akan membuat diri kita merugi.

2. Bereaksi berlebihan bisa memberi dampak buruk bagi diri sendiri

ilustrasi orang panik (pexels.com/SHVETS production)

Menangis dan meratap terlalu berlebihan atas kesedihan yang dirasakan atau tertawa terlalu keras dan seolah lupa diri, jelas semua itu akan mendatangkan dampak buruk bagi diri kita. Mata yang bengkak jika menangis terlalu lama, selera makan yang hilang jika memendam kekecewaan terlalu dalam, dan berbagai dampak lainnya pasti akan terjadi.

Saat kesedihan datang, menangislah, tapi sewajarnya saja. Sebab, semua itu akan berlalu juga nantinya. Pun saat bahagia tengah menghampiri, rayakan dengan wajar dan gak berlebihan.

3. Jadi gak menikmati momen dengan tepat

ilustrasi orang mengobrol (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ketika bereaksi dengan berlebihan, kita jadi kehilangan esensi dan gak merasakan momen tersebut secara utuh. Reaksi berlebihan akan mengaburkan ingatan kita soal kejadian tersebut secara nyata sehingga ke depannya kita akan lupa bagaimana sebenarnya kejadian tersebut.

Reaksi yang sewajarnya justru mendatangkan kita kepekaan akan detil yang terjadi. Jika itu diperlukan untuk kebutuhan laporan atau untuk diceritakan kembali di kemudian hari, kita bisa menceritakannya dengan jelas.

4. Atau mungkin kita jadi terus-menerus hidup dalam momen itu saja

ilustrasi orang bersedih (pexels.com/cottonbro)

Bisa jadi pula yang terjadi adalah sebaliknya. Semakin berlebihan reaksi yang kita berikan, semakin kuat memori soal kejadian itu tertanam di benak. Sehingga walaupun kita sudah melewatinya dan melaluinya, kita tetap hidup di momen itu dan gak bisa move on. Alhasil, kita jadi gak bisa menjalani hari dengan semestinya. 

Berbagai reaksi yang kita berikan, akan sangat berpengaruh pada bagaimana kita mengingat kejadian tersebut. Itulah kenapa kita perlu bereaksi dengan wajar dan sepantasnya atas suatu momen.

5. Jadi lupa dengan segala hal lainnya

ilustrasi orang termenung (pexels.com/Nguyen Hung)

Berlebihan dalam bereaksi juga membuat kita melupakan hal lain yang saat itu sedang terjadi. Jika harus mengambil keputusan, kita jadi panik dan gak mudah berpikir jernih. Pun jika ada keperluan lain yang sebenarnya sedang sangat penting untuk dilakukan, kita jadi lalai dan melupakannya.

Untuk itulah kendali diri juga sangat penting dilatih terus-menerus. Bereaksi secara berlebihan hanya akan merugikan diri sendiri dan juga orang lain.

Selain lima hal di atas, ada banyak alasan lain agar kita gak bereaksi dengan berlebihan. Intinya, apapun yang terjadi di hidup kita, jalanilah dengan sewajarnya. Terlalu sedih atau terlalu bahagia, semuanya akan berlalu juga nantinya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Desy Damayanti
EditorDesy Damayanti
Follow Us