Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Membuat Batasan dalam Keluarga biar Kamu Lebih Dihargai

ilustrasi piknik keluarga (pexels.com/Askar Abayev)

Membangun batasan sangat penting untuk menjaga hak-hak dan nilai kita. Maka dari itu, banyak orang yang sadar dan mulai menerapkan batasan pribadi di berbagai tempat, seperti di tempat kerja, dengan pasangan, teman, dan sebagainya.

Sayangnya, terkadang membuat batasan justru sangat sulit dilakukan di tengah keluarga. Padahal, sama seperti di tempat lain, hal ini juga sangat penting untuk menjaga hak dan kesehatan mental.

Anggota keluarga umumnya adalah orang-orang yang paling dekat dan banyak menghabiskan waktu dengan kita. Karenanya, mungkin akan ada anggota keluarga yang secara rutin melewati batas dan membuat kamu merasa tidak nyaman.

Nah, jika selama ini kamu merasa butuh membangun batasan dengan anggota keluarga tapi sulit melakukannya, di sini akan dibahas beberapa strategi yang bisa kamu tiru. Simak sampai selesai, ya!

1. Bersikap tegas, tapi tetap baik

ilustrasi saudara sedang nge-game bersama (pexels.com/Mikhail Nilov)

Menetapkan batasan bukan berarti kamu harus menjadi galak atau tidak berperasaan. Bahkan, jika kamu ingin membangun batasan dengan anggota keluarga yang sulit diajak bekerja sama, sebenarnya bisa lebih efektif jika kamu melakukannya dengan kebaikan.

Kemarahan atau sikap defensif hanya akan membuat mereka gusar, tidak menyukaimu, dan lebih ingin membuat kamu tidak nyaman. Sebaliknya, kebaikan mengarah pada kemungkinan yang lebih besar dari pertukaran yang tenang.

2. Pastikan harapanmu realistis

ilustrasi saudara (pexels.com/Mwabonje)

Agar tidak kecewa, pastikan kamu menjaga agar ekspektasimu realistis. Misalnya, tidak realistis jika kamu setuju untuk menghadiri acara di rumah sepupu yang keluarganya selalu meremehkan kamu sepanjang waktu.  

Selalu setuju untuk bertemu orang-orang yang kamu tahu hanya akan menginjak-injak dirimu adalah kebalikan dari menetapkan dan menjaga batasan. Jadi, bersikaplah realistis dengan diri sendiri tentang seberapa banyak waktu yang dapat ditoleransi dengan anggota keluarga yang toksik dan dalam situasi apa kamu bersedia bertemu dengan mereka.

3. Kenali pemicu dan antisipasi

ilustrasi bertengkar dengan saudara ipar (pexels.com/Liza Summer)

Pemicu di sini bisa berupa situasi atau peristiwa yang sulit, yang bisa menimbulkan respons tidak menyenangkan atau bikin kamu merasa tidak nyaman. Setiap orang memiliki pemicu yang berbeda-beda dan tidak ada yang bisa dianggap remeh.

Pemicunya bisa berkisar dari menyaksikan orangtua yang terlalu memanjakan saudaramu, kebiasaan saudara yang membiarkan piring kotor, tante yang selalu membandingkan dirimu dengan sepupumu, dan masih banyak lagi. Kamu harus bisa mengidentifikasi apa pemicunya, emosi yang muncul, dan bagaimana kamu berencana untuk merespons.

Misalnya, hal terburuk yang kamu rasakan adalah dibandingkan dengan saudara atau sepupu. Kamu bisa merespons hal ini dengan segera mengakhiri percakapan, meninggalkan situasi, atau tindakan lain yang kamu rasa terbaik.

4. Jelaskan kebutuhanmu dan komunikasikan

ilustrasi berbicara dengan orangtua (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Sering kali, tidak adanya batasan di dalam keluargamu tidak disebabkan karena anggota keluarga yang toksik, melainkan karena tidak pernah ada komunikasi sehingga mereka tidak mengerti kebutuhanmu. Untuk itu, identifikasi kebutuhan dan batasan apa yang kamu inginkan.

Setelah mengidentifikasi semua kebutuhan dan keinginanmu, pastikan semuanya realistis untuk diwujudkan. Kemudian, komunikasikan hal ini dengan anggota keluargamu yang lain, jelaskan dengan ramah dan buat mereka mengerti. Meskipun awalnya kamu merasa tidak enak hati, ini tidak mengapa. Ketahuilah bahwa waktu, energi, dan hakmu semuanya berharga.

5. Berlatih mengatakan "tidak"

ilustrasi berbicara dengan saudara (pexels.com/fauxels)

Orang yang takut mengecewakan orang lain biasanya sangat sulit mengatakan "tidak", terlebih pada keluarganya sendiri. Kunci penting untuk bisa membuat batasan yang jelas adalah belajar mengatakan "tidak". Perlu diketahui juga, bahwa ada perbedaan jelas antara "tidak" yang lembut dan keras.

"Tidak" yang lembut meninggalkan ruang untuk kemungkinan "ya" dan tidak akan membantu kamu dalam membuat batasan. Ini seperti, "mungkin nanti," "aku masih belum bisa memutuskan," dan yang semisalnya. Sebaliknya "tidak" yang keras terdengar tegas dan kuat, serta efektif dalam membantu membuat batasan, seperti "tidak bisa," "aku sudah ada acara yang tidak bisa ditinggalkan," dan sebagainya.

Batasan memang penting diterapkan di mana pun, termasuk di tengah keluarga. Dengan mempraktikkan hal ini, semoga batasanmu bisa diakui dan diterima oleh anggota keluarga yang lain dan membuat kamu makin nyaman berada di tengah-tengah mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eka Ami
EditorEka Ami
Follow Us