5 Hal Sepele yang Bisa Merusak Kebahagiaanmu Secara Perlahan

Khawatir soal masa depan, karir, jodoh, anggapan orang sekeliling, dan rasanya itu hal yang lumrah dialami oleh setiap manusia. Khawatir adalah kebiasaan mental untuk mencoba memecahkan masalah yang belum bisa atau bahkan tidak ada jalan penyelesaiannya.

Namun jika sudah melebihi batas, ini bisa merenggut kebahagiaan. Akhirnya berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai semua tujuan tanpa mempedulikan kapasitas diri. Begitu tidak sesuai dengan harapan, kecewanya begitu dalam. Lupa kalau Tuhan punya kuasa.

Salah satu cara untuk mengurangi rasa tersebut adalah menerima rasa sakit dari apa yang ada atau apa yang mungkin terjadi dan lepaskan kebiasaan semua kekhawatiran yang timbul.

Umumnya memandang sedih itu merupakan hal yang cengeng, lemah, pecundang, kebanyakan drama, terlalu sensitif, dan masih banyak kata-kata yang kesannya sebagai manusia tidak boleh sedih. Dikarenakan stereotip ini, seseorang akan cenderung menutupi diri atas kesedihan yang dialami karena takut dianggap aneh.

Padahal ketika menyembunyikan rasa sakit dan menutupi diri sendiri itu sama dengan menolak emosi alami yang dimiliki oleh manusia. Jika dibiarkan terus menerus, maka hal ini akan menjadi bom waktu. Bahkan orang di sekeliling yang tidak ada sangkut pautnya bisa terkena imbas.

Emosi yang sangat menyakitkan seperti kesedihan dan ketakutan serta frustrasi sebenarnya membantu memberi sinyal kepada orang-orang di sekitar untuk mengulurkan tangannya. Jadi, jangan ragu untuk mengungkapkannya kepada orang yang tepat.

Beberapa orang ada yang tidak menyukai konflik. Tetapi mungkin belum tahu caranya yang baik untuk melakukan konflik. Beberapa ada yang ragu untuk membela diri karena takut dianggap agresif, licik, kasar, atau memaksa. Otomatis dengan begitu, cenderung untuk menjadi pasif, menerima apa yang ada, dan umumnya hanya mengikuti arus. Padahal hati memberontak.

Salah satu caranya adalah bersikap tegas penuh tanggung jawab. Itu berarti meminta apa yang diinginkan dan mengatakan tidak pada apa yang tidak diinginkan dengan cara hormat, jujur, dan jelas. Jika memang pada akhirnya tidak memenangkan konflik setidaknya orang-orang sekeliling akan tahu apa yang diperjuangkan oleh kamu.

Setiap orang memiliki self-talk, yaitu kalimat yang ada di kepala sendiri tentang semua hal. Termasuk apa yang dipikirkan oleh orang-orang mengenai kita padahal belum tentu kenyataannya begitu. Sayangnya, beberapa orang tidak terlalu sadar akan pembicaraan kepada diri sendiri termasuk hal yang negatif karena sudah terbiasa. 

Jika dibiarkan, maka akan timbul kurang bebas berekspresi dan takut salah. Ini yang bahaya. Ingatlah bahwa pikiran hanya ilusi sesaat karena belum terjadi. Sebenarnya rugi kalau dipikirkan secara terus menerus. Jadi, belajarlah untuk membiarkannya terjadi tanpa mempedulikan apa yang ada dalam pikiran karena sudah melakukan yang terbaik.

Rasanya setiap orang mengalami stres walau berbeda tingkatan. Tak jarang beberapa orang untuk menghilangkan stres adalah dengan travelling, shopping, atau kegiatan yang bisa mengalihkan pikiran. Tetapi setelah melakukan kegiatan tersebut, stres muncul lagi bahkan semakin parah.

Jika terus-menerus stres, solusi jangka panjangnya adalah memperbaiki penyebab asli stres bukan perasaannya. Misal, stres di tempat kerja. Bisa dilakukan dengan mencoba latihan pernapasan yang lebih dalam sebelum bekerja atau menulis jurnal tentang hal-hal yang sudah dimiliki.

Oleh karena itu, berhenti mencoba mengelola stres dan mulailah menggali penyebab stres itu apa. Jika hal tersebut menyangkut orang lain, komunikasikan.

Nah, itu tadi adalah lima penyebab yang bisa merusak kebahagiaanmu secara perlahan. Sebenarnya penyebab utama menjadi tidak bahagia bukanlah situasi, tetapi pikiran tentang hal itu. Jadi, waspadailah apa yang dipikirkan.