Sebenarnya, kamu gak suka meributkan kesalahan orang padamu. Sering kok, kamu memilih memaafkan dan melupakan saja perbuatan atau ucapan orang yang membuatmu kesal.
Namun jika orang yang sama terus saja melakukan berbagai kesalahan dan gak pernah mau mengakuinya, tentu kamu gak tahan lagi. Kelima karakternya di bawah ini wajar bikin kesabaranmu terkuras.
Mau kamu menjelaskan kesalahannya seperti apa pun, dia akan terus menyangkalnya. Dia memutarbalikkan fakta sedemikian rupa sehingga akal sehatmu malah seperti diuji. Ujung-ujungnya, dia justru seolah-olah hendak membuatmu yakin kamu telah salah menangkap ucapan atau perbuatannya. Pokoknya, dia itu licin seperti belut!
Oke, dia akhirnya mengakui kesalahan ucapan atau perbuatannya padamu. Namun masalahnya, dia gak ada niat baik untuk meminta maaf. Seakan-akan cukup dengan mengakuinya saja, masalah otomatis selesai.
Padahal, hatimu telanjur sangat terluka atau kamu menanggung kerugian lainnya akibat kesalahannya. Yang makin mengesalkan lagi, dia malah mencari-cari pembenaran atas perbuatan atau ucapannya. Ini gimana, sih?
Mungkin dia berpikir kamu terlalu bodoh untuk bisa mengetahui mana permintaan maaf yang lahir dari lubuk hati dan mana yang cuma biar masalah lekas selesai. Misalnya, demi cepat membersihkan namanya sendiri.
Tentu saja kamu gak butuh permintaan maaf yang sekadar basa-basi, kan? Bukannya senang, kamu malah akan makin jengkel karena dia gak sungguh-sungguh dengan permintaan maafnya. Gak ada penyesalan!
Kalau pada poin sebelumnya dia mau meminta maaf sekalipun gak tulus, kali ini permintaan maaf justru gak pernah keluar dari bibirnya. Bukannya meminta maaf, dia malah terkesan makin meremehkan dan ingin lebih menyakitimu.
Apa lagi yang dilakukannya kalau bukan membuat lebih banyak lagi kesalahan? Dengan melakukannya, dia seolah-olah hendak bilang padamu, "Nih, lihat! Memangnya aku peduli sama kamu?"
Padahal, dia yang bertindak tak menggunakan perasaan. Namun ia seperti berusaha memberimu cap suka mendramatisasi segala hal, mungkin demi menarik simpati orang-orang.
Dia seperti lupa bahwa sesabar-sabarnya orang tentu juga ada batasnya. Seperti kamu yang bisa meledak juga bila sikapnya telah keterlaluan.
Berurusan dengan orang seperti ini memang membuatmu gak bisa berharap banyak darinya. Gak permintaan maaf, penyesalan, apalagi perubahannya menjadi pribadi yang lebih baik.
Kalau memang sudah bikin kamu capek banget, gak ada salahnya untukmu gak lagi memedulikannya. Minimalkan urusanmu dengannya atau anggap saja dia gak ada. Cuekin aja!