Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pelajaran Penting yang Bisa Kamu Petik setelah Mengalami Depresi

ilustrasi perempuan depresi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Setiap yang terjadi di muka bumi tentu gak pernah datang dengan sia-sia. Jika kejadian itu sia-sia untuk diri kita, bisa jadi hikmahnya memang diperuntukkan untuk orang sekitar, termasuk depresi yang dialami oleh seseorang. Masih minimnya pengetahuan orang mengenai depresi gak jarang membuat penderitanya dipandang buruk di masyarakat.

Bukan sebuah aib yang harus ditutupi, nyatanya kondisi mental semacam ini harus kita ungkapkan agar bisa dicarikan solusi sehingga gak semakin menjadi-jadi. Meskipun demikian, sebagai penderita maupun orang yang menyaksikan kisahnya secara langsung, masih ada lho, beberapa pelajaran penting yang bisa kamu petik lewat gangguan mental tersebut. Yuk, simak ulasan selengkapnya berikut ini, keep reading!

1. Pernah depresi membuatmu gak mudah menghakimi hidup orang lain

ilustrasi berpelukan (pexels.com/Mental Health America (MHA)

Gak bisa dimungkiri, kadang sebagai manusia kamu baru bisa merasakan sesuatu setelah benar-benar mengalami sendiri. Mungkin dulu kamu adalah orang yang menganggap kesedihan orang lain sebagai hal yang berlebihan atau terlalu didramatisir. Kamu pun dulunya terheran-heran mengapa ada orang yang harus menelan pil penenang agar perasaannya menjadi lebih baik.

Namun, setelah mengalami sendiri maupun melihat langsung perjuangan seseorang mengatasi depresinya, nantinya kamu akan menjadi orang yang punya rasa empati tinggi. Kamu pun memahami bahwa gak semua orang memiliki ketahanan yang sama dalam melewati masalah hidup.

Menghakimi dan sok menasihati hidup orang lain gak lantas membuatmu hebat sama sekali. Justru hal itu menunjukkan bahwa kamu gak bisa memposisikan diri dan gak peka terhadap perasaan orang lain.

2. Cerita depresi yang kamu bagikan bisa membantu orang lain yang mengalami nasib sama sepertimu

ilustrasi orang berbincang (pexels.com/George Milton)

Jika kamu pernah mengalami depresi dalam hidup, jangan sekali-kali menganggapnya sebagai hal buruk. Seburuk apa pun hal yang terjadi dalam hidupmu pasti ada hikmah yang diselipkan Tuhan di baliknya. Mungkin hal tersebut diizinkan Tuhan menimpamu kemarin karena kamu diminta untuk memotivasi orang lain di luar sana sesuai kesembuhanmu.

Pengalaman berjuangmu melawan depresi bisa membantu teman-teman senasib untuk berani keluar dari keterpurukannya. Pengalamanmu bisa membuat mereka yang awalnya hanya memikirkan cara mengakhiri hidup kemudian berbalik arah dan memilih melanjutkan kehidupannya.

Oleh karena itu, jangan pernah malu dengan hal buruk yang pernah menimpamu di masa lalu. Bisa jadi hal tersebut adalah pengalaman berharga yang bisa menjadi bekal di masa depan, bukan hanya untukmu tetapi juga untuk banyak orang di luar sana. 

3. Kamu menyadari bahwa menelan komentar negatif hanya akan membuat kondisimu memburuk

ilustrasi perempuan melamun (pexels.com/George Milton)

Saat dulu kamu bergelut dengan depresimu, pasti kamu pernah mendengar komentar miring dari orang-orang sekitar yang sebenarnya gak mengenali dirimu dengan baik. Hari itu kamu memilih menelan bulat-bulat komentar miring tersebut dan menambah buruk keadaanmu. Namun, setelah sembuh kamu akhirnya bisa melihat kenyataan bahwa depresi bukanlah sebuah kelemahan atau cacat yang gak dapat diperbaiki.

Orang yang berkomentar menyakitkan tentang depresimu saat itu mungkin memang gak memiliki pengetahuan lebih tentang kesehatan mental. Alhasil, depresi kerap disangkutpautkan dengan ketidaktaatanmu keadaan Tuhan, padahal bukan demikian. 

Komentar yang memperburuk keadaan ada baiknya cukup dibiarkan berkeliaran di luar saja. Jangan sampai kamu masukkan lewat telinga, direkam menggunakan kepala terlebih ditempatkan di dalam hati.

4. Kamu mengerti bahwa memendam emosi gak selamanya berdampak baik

ilustrasi perempuan bersedih (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Kata siapa memendam perasaan lebih baik ketimbang mengungkapkan kesedihan yang kamu rasakan? Jangan pernah takut dicap "alay" demi memenuhi ekspektasi orang lain terhadap dirimu. Kamu gak punya kewajiban menyimpan duka sendirian atau berpura-pura kuat, jika sedih kamu harus mengakuinya bukan justru melawannya.

Peristiwa depresi orang sekitarmu bisa menyadarkanmu bahwa mengungkapkan kesedihan itu bisa membuat perasaan seseorang merasa jauh lebih baik. Mungkin dengan berbagi atau sekadar menulis status merana di media sosialnya seseorang mendadak mengurungkan niat untuk mengakhiri hidupnya, bisa saja 'kan?

Nah, mulai sekarang gak usah mengkritisi postingan orang lain lewat media sosialnya lagi, ya! Biarkan orang lain meluapkan emosi dengan caranya sendiri, kamu gak perlu turut campur.

5. Kamu mengerti bahwa dirimu berharga dan banyak yang menyayangimu

ilustrasi persahabatan (pexels.com/KoolShooters)

Seusai berbagi cerita depresi atau saat depresi itu terjadi, kamu jadi melihat lagi betapa banyak orang yang peduli dengan keadaanmu. Kamu kemudian menyadari bahwa akar depresimu gak pantas merenggut perasaan merasa "berharga" yang ada di dalam diri.

Mengalami depresi menyadarkanmu bahwa kamu sebenarnya gak benar-benar sendirian di muka bumi. Sebab, banyak orang yang juga berjuang sepertimu dan banyak pula yang menyemangatimu dengan tulus.

Pencetus depresimu hanyalah bagian kecil dari banyak hal besar yang kamu miliki. Banyak berkah yang kamu punya untuk terus melanjutkan hidup. Pelajaran paling penting yang akan kamu terima adalah kamu mengerti bahwa setiap momen yang kamu lewati terjadi atas kehendak Tuhan. Jika Tuhan percaya kita mampu, lantas mengapa kita harus meragukan kemampuan diri sendiri?

Depresi memang gangguan yang sangat menyiksa. Saat mengalaminya, seseorang bisa kehilangan kontrol penuh terhadap dirinya. Apa pun itu, semangat terus untuk kamu yang sedang berjuang berdamai dengan kondisi ini, ya! Depresi bukan aib, berani utarakan dan obati segera!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yulia Nor Annisa
EditorYulia Nor Annisa
Follow Us