5 Pesan Hidup KDrama My Name, Nilai Perjalanan Balas Dendam Han So Hee

Salah satu kekuatan yang dimiliki sosok Yoon Ji Woo adalah ketekunan. Di awal drama, ia digambarkan sebagai gadis muda yang datang ke pusat pelatihan Dongcheon tanpa bekal mumpuni. Tubuhnya yang mungil tampak kontras dibandingkan para peserta latihan lainnya. Beberapa kali, Ji Woo juga dikerjai oleh para peserta latihan lainnya.

Namun, penindasan dan perbedaan ukuran tubuh tak membuatnya putus asa. Dengan dibantu ilmu dan arahan dari Choi Mu Jin, Ji Woo terus tekun berlatih. Ketika peserta lain tengah tidur terlelap, gadis itu memilih untuk terus memukul samsak sembari membayangkan sedang menghajar pembunuh bapaknya.

Ketekunan yang dipegang teguh oleh Ji Woo pun membuahkan hasil. Ia memenangkan pertarungan melawan seluruh peserta latihan yang sudah lebih senior dibanding dia. Bahkan, ia mengalahkan Do Gang Jae, salah satu peserta andalan di sasana olahraga itu!

Gambaran bias gender di masyarakat terasa cukup kental dalam drama My Name. Ji Woo sebagai perempuan beberapa kali mendapatkan pandangan miring di berbagai kesempatan hanya karena ia seorang perempuan. Padahal, menjadi perempuan tak mengurangi kompetensinya sebagai manusia.

Diskriminasi pertama dan paling menyakitkan didapat Ji Woo saat ia berada di pusat pelatihan Dongcheon. Peserta lain meremehkan Ji Woo karena ia seorang perempuan. Beberapa orang juga menyebutnya sebagai "camilan" yang berkonotasi negatif. Tak tanggung-tanggung, Ji Woo juga mendapatkan serangan dan kekerasan seksual dari Do Gang Jae!

Setelah memasuki kepolisian dan berganti identitas menjadi Oh Hye Jin, Ji Woo kembali diremehkan karena ia adalah seorang perempuan. Namun, Detektif Oh berhasil membuktikan kekuatan dan kompetensinya sebagai seorang anggota polisi saat memasuki markas Mango untuk menemukan narkoba jenis baru.

Premis utama dari drama ini memang pembalasan dendam. Tujuan hidup Ji Woo hanya satu, membalaskan kematian ayahnya dengan memburu sang pembunuh. Namun siapa sangka, dendam yang tercipta akan menimbulkan dendam baru di pihak lain. Begitu terus tanpa ujung.

Jika diurutkan, Mu Jin awalnya membunuh ayah Ji Woo karena dendam telah dikhianati. Akhirnya, Ji Woo dendam dan mencari sang pembunuh ayahnya. Di sisi lain, Cha Gi Ho juga ingin balas dendam atas kematian anak buah kesayangannya, yang tak lain adalah ayah Ji Woo. Ternyata, Gi Ho malah terancam mati. Ji Woo yang sedang berjuang balas dendam pun tak lepas dari ancaman mati ketika mengetahui kenyataan di balik tewas ayahnya.

Contoh lainnya, Gang Jae dendam terhadap Ji Woo dan Dongcheon lantaran sudah dibuang. Ia pun ingin memporakporandakan Dongcheon. Yang terjadi malah sebaliknya. Ia tewas di tangan Ji Woo, tanpa berhasil membalaskan dendamnya.

Jika dilihat lebih jauh, kira-kira apakah pengikut Mu Jin dan Gang Jae akan diam saja melihat pimpinan mereka tewas? Apabila dendam harus terus dibalaskan, sampai kapan lingkaran setan itu akan berhenti?

Ji Woo sebenarnya sudah menyadari dampak negatif dari nafsu membalas dendam ini. Ia akan berubah menjadi monster haus darah. Kebencian akan menggerogoti hidupnya. Akan tetapi, kemarahan yang membuncah membuat Ji Woo gelap mata dan tetap membayar tuntas dendamnya.

Alternatif ending yang ditawarkan oleh Jeon Pil Do sebenarnya cukup menjanjikan. Ia menyadarkan Ji Woo bahwa dendam tak selamanya harus dibalaskan dengan kekerasan. Pil Do memiliki contoh nyata, yaitu dirinya sendiri yang berubah dari lelaki penuh dendam akibat kematian adiknya menjadi polisi kompeten dan berniat tinggi memberantas narkoba.

Pil Do pun mengingatkan Ji Woo bahwa sang ayah tak menginginkan Mu Jin mati begitu saja. Pengorbanan dan upaya yang selama ini dilakukan sang ayah adalah untuk menangkap Mu Jin hidup-hidup dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di penjara. Pil Do pun memberikan alternatif solusi ini kepada Ji Woo.

Pandangan Pil Do memang ada benarnya. Jika pada akhirnya Ji Woo berhasil menahan amarahnya dan tetap membalaskan dendam kepada Mu Jin tanpa kekerasan, apakah lingkaran setan balas dendam akan terhenti?

Ji Woo dan Mu Jin memiliki kemiripan yaitu sama-sama berwatak keras. Keduanya pun sama-sama bisa luluh dengan kelembutan hati. Drama ini menunjukkan bahwa sekeras-kerasnya seseorang, ia akan tunduk pada kelembutan.

Salah satu scene yang menggambarkan kiasan ini adalah saat Ji Woo memberikan botol minum berisi teh kamomil. Awalnya, Mu Jin cukup canggung menerima perhatian kecil seperti itu. Ternyata, teh itu tetap ia bawa ke markasnya. Mu Jin pun luluh terhadap Ji Woo hingga berencana memberikannya rumah impian sebagai tempat pelarian.

Kelembutan yang melelehkan hati sekeras batu juga diberikan oleh Pil Do. Perlahan-lahan, ia memasuki hati Ji Woo. Ia menempatkan diri sebagai seseorang yang bisa mengerti perasaan perempuan tersebut dan tidak menghakiminya. Dengan kehati-hatian yang ditunjukkan Pil Do, Ji Woo pun menuruti perkataannya.

Begitu banyak memang pesan yang bisa diambil dari drama My Name. Di samping akting apik dari para pemain dan premis menarik yang disampaikan, penonton juga bisa memetik pelajaran hidup dari drama ini. Jadi, sudah belajar apa saja dari perjalanan balas dendam Ji Woo?