Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Sisi Buruk Bicara Keuangan dengan Teman dan Saudara, Dikira Pamer!

ilustrasi percakapan (pexels.com/Tim Douglas)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Tim Douglas)

Begitu kamu bekerja, salah satu topik obrolan yang paling menarik ialah seputar keuangan. Dirimu ingin bisa membicarakannya dengan orang-orang terdekat agar pengelolaan keuanganmu lebih baik. Kalau kamu sudah dapat mengatur keuangan dengan bijaksana, tujuan finansial pun akan lebih mudah teraih.

Namun, pada akhirnya nanti dirimu barangkali bakal kecewa. Ternyata orang terdekat seperti kawan serta saudara bukan lawan bicara yang menyenangkan untuk topik ini. Bukannya kamu mendapatkan inspirasi, justru kesal setelahnya. Topik keuangan memang sebaiknya gak dibicarakan dengan sembarang orang.

Kejengkelan juga dapat datang dari pihak lawan bicara. Dirimu mesti sangat peka dengan kondisi orang lain. Hanya lantaran kamu amat tertarik dengan topik ini, boleh jadi mereka malah ingin menghindarinya. Di pihakmu, bicara keuangan dengan teman dan saudara kerap kali berakibat lima hal berikut. 

1. Mereka mendengarkan untuk menghakimi

ilustrasi percakapan (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)
ilustrasi percakapan (pexels.com/KATRIN BOLOVTSOVA)

Kamu sudah bersemangat membicarakan keuangan pribadimu. Lawan bicara juga seperti menyimak perkataanmu. Akan tetapi, mereka ternyata kemudian menghakimimu berdasarkan informasi keuangan tersebut. Sebagai contoh, dirimu bilang ingin mulai menata keuangan dengan lebih baik sekalipun pendapatan belum naik-naik.

Temanmu menjadi penasaran tentang jumlah gajimu. Ketika dia mendengar nominalnya, ia langsung terkejut. Dia tak lagi fokus buat mendukung niatmu mengatur keuangan. Namun, justru menghakimi kamu yang dinilainya payah dalam mencari pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi.

Dirimu dihujani pertanyaan kenapa gak mencari pekerjaan lain yang penghasilannya lebih besar? Atau, ia berkata sepandai-pandainya kamu mengatur pendapatan tersebut tidak akan membuatmu menjadi lebih kaya. Bukannya dirimu memperoleh tambahan motivasi, malah bisa termakan ucapannya. Kamu merasa pesimis dengan masa depan keuanganmu.

2. Gak kasih solusi terbaik

ilustrasi percakapan (pexels.com/Aleksandar Andreev)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Aleksandar Andreev)

Ketika kamu menghadapi masalah keuangan dan bingung mesti berbuat apa, bantuan solusi amat dibutuhkan. Dirimu berharap dengan menceritakannya ke kawan atau saudara, persoalan tersebut dapat segera diselesaikan. Akan tetapi, pemecahan masalah yang diberikan malah bisa mendatangkan persoalan baru.

Misalnya, kamu merasa pendapatan gak cukup buat membiayai keluarga. Dirimu juga terlilit utang. Solusi dari mereka malah supaya kamu mencari pinjaman baru. Jika dirimu menurutinya, kamu menjadi gali lubang tutup lubang. Dengan kata lain, hidup dari satu utang ke utang berikutnya.

Mereka bukan berarti sengaja hendak menjerumuskanmu. Akan tetapi, tingkat literasi keuangan mereka barangkali juga terbatas. Mereka cuma meneruskan masukan yang kerap didengar dari orang-orang di sekitarnya. Atau, gali lubang tutup lubang juga menjadi cara hidup mereka selama ini. 

3. Membicarakan tabungan dan investasi malah pinjam dulu seratus

ilustrasi percakapan (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Ivan Samkov)

Untukmu yang sedang bersemangat sekali menabung serta berinvestasi, terkadang sering keceplosan mengatakannya pada siapa saja. Atau, kamu sengaja memberitahukannya ke teman dan saudara yang belum tergugah buat melakukannya. Mereka masih santai sekali dalam menjalani hidup serta memakai uangnya.

Harapanmu, ceritamu bakal menjadi inspirasi bagi mereka. Namun, tahu-tahu saja lawan bicara justru bermaksud meminjam uang darimu. Kamu pun kesulitan untuk menolak. Mereka telanjur tahu bahwa dirimu memiliki sejumlah tabungan serta investasi.

Di mata mereka, kamu kaya raya. Walau kenyataannya, menabung dan berinvestasi bukan soal sebanyak apa gaji bulananmu. Namun, tekad yang kuat serta kedisiplinan tinggi bikin berapa pun pendapatanmu bisa dibagi-bagi sedemikian rupa. Kamu selalu punya anggaran buat menabung dan berinvestasi. 

4. Dikira pamer

ilustrasi percakapan (pexels.com/Roxanne Minnish)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Roxanne Minnish)

Tidak sedikit pun kamu berniat pamer kekayaan pada orang lain. Namun, teman atau saudara berpikir demikian karena dirimu sering mengajak mereka membicarakan uang. Pikir mereka, apa lagi bila bukan hendak pamer? Kamu diduga ingin mereka mengetahui apa saja yang dipunyai.

Pandangan begini tentu membuatmu kurang nyaman. Sekali dirimu dicap gemar pamer, apa pun yang dikatakan hanya akan terus memicu kesalahpahaman. Sebagai contoh, kamu berkata baru mulai mengikuti tabungan emas dan mengambil nominal potongan terkecil per bulannya. Dengan dirimu menyebutkan potongan terkecil tiap bulannya sebenarnya sudah gak termasuk pamer.

Lain dengan bila kamu bilang autodebet 1 juta per bulan pun bujet investasimu masih tersisa. Namun, persepsi orang tetap bisa jauh dari harapanmu. Mereka lebih berfokus pada kata emas. Sesuatu yang belum tentu mereka miliki. Besok jangan-jangan dirimu langsung mendapatkan pertanyaan yang menohok. Seperti, mau pamer apa lagi nih?

5. Keuanganmu bakal terus dipantau

ilustrasi percakapan (pexels.com/Gustavo Fring)
ilustrasi percakapan (pexels.com/Gustavo Fring)

Gara-gara kamu membicarakan keuangan pribadi, orang-orang terdekat menjadi tertarik untuk terus mencari tahu kondisi finansialmu. Tujuannya bisa bermacam-macam. Seperti buat bahan perbandingan dengan keadaan ekonominya sendiri, sumber motivasi untuk mereka mengejar kemapanan, dan sebagainya. 

Apa pun motivasi mereka dalam memata-matai perkembangan ekonomimu, kamu bakal tetap tidak nyaman. Ceritamu tentang kondisi keuangan seperti senjata makan tuan. Awalnya dirimu merasa senang punya teman sharing. Namun, akhirnya kamu malah seperti dikejar-kejar oleh teman dan saudara sendiri.

Masih dengan contoh kamu menceritakan tentang tabungan emas dengan nominal potongan terkecil. Lain waktu kalian bertemu kembali pasti ada-ada saja pertanyaan yang muncul. Seperti, sudah berapa gram emas yang berhasil dibeli? Kenapa dirimu tidak menambah jumlah potongan per bulannya biar lebih cepat dalam berinvestasi? Apa lagi investasi yang dimiliki dan di bank mana?

Kalau kamu punya lebih dari sekali pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bicara keuangan dengan teman dan saudara, lebih baik jangan diulangi. Obrolkan berdua saja dengan pasangan bila dirimu telah memilikinya. Kalau kamu masih sendiri dan belum menemukan teman yang sefrekuensi untuk membahasnya, lebih baik menemui perencana atau penasihat keuangan. Selain mereka ahli di bidang tersebut, perasaannya padamu netral. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us