Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Jaga Keuangan Rumah Tangga di Tengah Godaan Belanja Online

ilustrasi wanita memegang uang dengan pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)
ilustrasi wanita memegang uang dengan pasangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Belanja online memang bikin hidup jadi lebih gampang, tapi juga sering banget bikin dompet jadi ‘berkeringat dingin’. Diskon melimpah, promo kilat, dan free shipping itu seperti ‘jebakan batman’. Kalau gak hati-hati, keuangan rumah tangga bisa jadi berantakan. Namun, tenang, kamu gak sendirian kok. Semua orang pernah tergoda!

Nah, daripada pusing mikirin saldo rekening yang makin tipis gara-gara belanja gak terkontrol, yuk, bahas lima cara super unik dan gak biasa buat jaga keuangan rumah tangga di tengah godaan belanja online. Gak cuma bikin dompet lebih aman, tapi juga bikin kamu makin bijak dalam mengelola uang. Yuk, simak!

1. Buatlah anggaran "belanja emosional"

Ilustrasi wanita membuat anggaran (freepik.com/shurkin_son)
Ilustrasi wanita membuat anggaran (freepik.com/shurkin_son)

Pernah merasa tiba-tiba ingin belanja hanya karena lagi bosan, stres, atau habis cek media sosial? Nah, ini yang disebut belanja emosional, dan hampir semua orang mengalaminya. Daripada menahan diri terus-menerus yang akhirnya bikin kamu frustrasi dan malah boros, lebih baik alokasikan anggaran khusus untuk belanja ini.

Misalnya, tetapkan anggaran Rp100 ribu hingga Rp300 ribu per bulan untuk membeli barang-barang yang sifatnya hanya untuk memuaskan keinginan sesaat. Dengan adanya batasan ini, kamu tetap bisa belanja tanpa khawatir mengganggu kebutuhan lain. 

Namun, ingat, disiplin dengan anggaran tersebut adalah kuncinya. Kalau sudah habis, jangan coba-coba melebihi batas. Dengan cara ini, kamu tetap bisa menikmati belanja tanpa rasa bersalah, sekaligus melatih kebiasaan finansial yang sehat.

2. Ubah wishlist jadi rencana investasi kecil

Ilustrasi orang menganalisa data (freepik.com/freepik)
Ilustrasi orang menganalisa data (freepik.com/freepik)

Wishlist memang sering jadi tempat curhat barang-barang impian kita. Tapi, daripada cuma jadi daftar yang bikin tangan gatel buat checkout, kenapa gak mengubahnya jadi rencana investasi kecil? Misalnya, kamu punya barang incaran seharga Rp500 ribu. Daripada langsung beli, coba alokasikan jumlah tersebut ke investasi, seperti reksa dana atau emas digital.

Dengan cara ini, uangmu tetap produktif, bahkan bisa berkembang dari waktu ke waktu. Setelah beberapa bulan, kamu gak cuma punya uang lebih, tapi mungkin juga bisa membeli barang impianmu tanpa harus mengorbankan kebutuhan lain. Selain itu, ini juga melatih kesabaran sekaligus memberikan rasa bangga karena kamu bisa mengelola keinginan dengan lebih bijak. Win-win solution, kan?

3. Buat rutinitas belanja online dengan "batasan waktu"

Ilustrasi orang membuka situs shop online (freepik.com/freepik)
Ilustrasi orang membuka situs shop online (freepik.com/freepik)

Scrolling e-commerce bisa terasa seperti hiburan yang gak ada habisnya. Kadang, kita bisa lupa waktu dan akhirnya masuk ke zona impulsif, beli ini-itu yang gak direncanakan. Untuk mencegah ini, coba tetapkan batasan waktu setiap kali kamu belanja online. Misalnya, hanya 30 menit di akhir pekan atau maksimal dua kali seminggu.

Dengan membuat rutinitas belanja yang terjadwal dan terkontrol, kamu akan lebih fokus mencari barang yang benar-benar diperlukan. Selain itu, waktu yang terbatas membuatmu berpikir dua kali sebelum membeli sesuatu. Hasilnya, kamu gak hanya lebih hemat, tapi juga terhindar dari pembelian yang kurang penting.

4. Gabungkan belanja online dengan aktivitas keluarga

Ilustrasi berkumpul bersama keluarga (freepik.com/Lifestylememory)
Ilustrasi berkumpul bersama keluarga (freepik.com/Lifestylememory)

Belanja online gak selalu harus jadi aktivitas individu. Kamu bisa menjadikannya momen seru untuk dihabiskan bersama keluarga. Misalnya, saat ingin membeli kebutuhan rumah tangga, ajak pasangan atau anak-anak untuk berdiskusi barang mana yang paling dibutuhkan. Dengan begitu, belanja online menjadi lebih terencana karena melibatkan banyak sudut pandang.

Selain itu, aktivitas ini juga bisa mempererat hubungan keluarga. Kamu bisa mendengarkan masukan mereka, menjelaskan prioritas keuangan, atau bahkan menjadikan sesi belanja ini sebagai pembelajaran tentang pengelolaan uang untuk anak-anak. Hasilnya, kamu gak hanya bijak mengelola belanja, tapi juga menciptakan momen berkualitas bersama keluarga.

5. Gunakan belanja online sebagai "hadiah" untuk tugas keuangan rumah tangga

Ilustrasi wanita sedang berbelanja online menggunakan diskon (freepik.com/freepik)
Ilustrasi wanita sedang berbelanja online menggunakan diskon (freepik.com/freepik)

Siapa bilang belanja online selalu buruk untuk keuangan? Kamu bisa menjadikannya alat motivasi untuk mencapai target keuangan. Misalnya, tetapkan aturan bahwa kamu hanya boleh belanja barang tertentu jika sudah berhasil menabung sejumlah tertentu atau melunasi satu tagihan besar. Dengan cara ini, belanja online menjadi ‘hadiah’ yang terasa lebih istimewa karena dicapai dengan usaha.

Hadiah ini juga membantu kamu lebih disiplin dalam mengelola keuangan. Rasanya akan jauh lebih memuaskan ketika kamu tahu bahwa barang yang dibeli adalah hasil dari kerja keras dan perencanaan yang matang. Selain itu, ini juga mengurangi kemungkinan belanja impulsif karena setiap pembelian memiliki alasan yang jelas.

Belanja online itu gak selamanya jadi musuh, kok. Dengan cara yang tepat, kamu bisa tetap menikmati checkout barang-barang favorit tanpa bikin keuangan rumah tangga kacau. Kuncinya ada di pengelolaan yang cerdas, kebiasaan yang disiplin, dan sedikit kreativitas dalam mengatur anggaran.

Ingat, keuangan yang sehat adalah fondasi kebahagiaan keluarga. Jadi, mulai sekarang, yuk bijak dalam belanja online dan tetap fokus pada tujuan finansial jangka panjang. Dompet aman, hati tenang, keluarga senang!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
EditorSandria Barqi Habib Asmartha Zam Zam
Follow Us