Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Soft Skill yang Terbentuk dari Kegemaran Ikut Lomba Maraton 

ilustrasi lomba maraton (unsplash.com/leah hetteberg)

Maraton merupakan jenis lomba lari jarak jauh dengan jarak tempuh sejauh 42.195 kilometer. Meskipun melelahkan, lomba maraton diminati oleh banyak orang, baik pelari awam maupun profesional. Lantas, apa ya yang membuat orang begitu gemar mengikut lomba maraton? Ternyata, selain untuk alasan kesehatan, lomba maraton digemari karena dapat mengembangkan soft skill seseorang, lho!

Kegemaran mengikuti lomba maraton tidak hanya bermanfaat untuk kondisi fisik, tetapi juga membentuk sejumlah soft skill seseorang. Seiring dengan persiapan menghadapi jarak tempuh yang jauh dan tantangan fisik yang memerlukan ketahanan, peserta lomba maraton secara perlahan membentuk kedisiplinan. Selain itu, ada lima soft skill lain yang terbentuk dari kegemaran ini. Penasaran? Ini dia informasi lengkapnya!

1. Membentuk konsistensi dan disiplin

ilustrasi latihan lari (freepik.com/freepik)

Kegemaran mengikuti lomba maraton memainkan peran krusial dalam terbentuknya konsistensi dan kedisiplinan seseorang. Hal ini karena persiapan yang mengharuskan peserta untuk rutin latihan secara teratur. Melalui pengaturan jadwal latihan secara berkala, seseorang belajar untuk menghargai pentingnya konsisten untuk mencapai tujuan mereka. 

Tidak hanya itu, proses latihan yang intensif membutuhkan komitmen tinggi seseorang agar dapat menyelesaikan lomba maraton dengan baik. Peserta perlu mematuhi aturan makan yang bergizi, istirahat yang cukup, pemulihan kondisi tubuh, latihan yang teratur. Pada akhirnya, semua itu berperan membentuk kedisiplinan seseorang. Baik konsistensi dan disiplin merupakan soft skill penting yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kesuksesan. 

2. Kemampuan manajemen waktu

ilustrasi melihat waktu berlari (freepik.com/cookie_studio)

Lomba ini mengharuskan peserta untuk merencanakan dan melaksanakan jadwal latihan secara teratur. Mereka harus memasukkan kegiatan fisik yang intensif ke dalam rutinitas harian. Dalam proses ini, peserta belajar tentang pentingnya alokasi waktu yang efektif untuk mempersiapkan maraton tanpa mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Manajemen waktu dengan bijak juga diperlukan saat hari perlombaan. Dari menetapkan tempo lari hingga memilih waktu yang tepat untuk beristirahat, akan memengaruhi keseluruhan waktu lomba dapat diselesaikan. Dengan begitu, peserta lomba maraton harus terampil dalam merencanakan, mengeksekusi, dan mengelola waktu dengan baik agar bisa mencapai garis finis.

3. Kemampuan beradaptasi

ilustrasi lomba maraton (freepik.com/freepik)

Peserta lomba maraton sering dihadapkan oleh kondisi yang tidak dapat diprediksi. Mulai dari perubahan cuaca, medan yang beragam, kelelahan, serta tantangan lain yang mungkin muncul selama perlombaan. Mereka dituntut untuk cepat beradaptasi dengan situasi dan mengubah strategi sesuai dengan kondisi. Ini membuat mereka memahami dan merespons dinamika yang terjadi, membentuk kemampuan beradaptasi untuk menghadapi tantangan. 

Kemampuan adaptasi juga diperlukan untuk mengatasi perubahan kondisi fisik dan mental mereka sendiri. Ketika rasa lelah, sakit, dan tantangan mental lainnya muncul, mereka harus belajar melawan itu semua. Misalnya, jika menyadari tubuh mulai kelelahan, mereka bisa mengubah taktik dan strategi lari. Penyesuaian ini dibutuhkan agar lomba dapat diselesaikan dengan baik tanpa cedera. 

4. Kemandirian

ilustrasi latihan lari (freepik.com/freepik)

Partisipasi dalam maraton mendorong peserta untuk mengambil inisiatif dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Dalam proses latihan, peserta harus merencanakan program latihan yang sesuai dengan diri sendiri, mengelola makanan dan gizi seimbang, mengatur waktu tidur, dan sebagainya. Hal ini dapat membentuk kemandirian seseorang untuk menghadapi tantangan secara mandiri, memperkuat keterampilan pengambilan keputusan, dan kepercayaan diri. 

Lebih sekadar itu, maraton juga menguji kemandirian peserta dalam mengelola aspek teknis dan logistik selama perlombaan. Mulai dari pemilihan perlengkapan yang tepat hingga strategi berlari, mereka belajar untuk mandiri dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Kemandirian ini tentu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari agar seseorang dapat menghadapi rintangan hidup dengan keyakinan dan bijaksana.

5. Ketahanan mental

ilustrasi maraton (unsplash.com/Quino AI)

Perlombaan dengan jarak jauh ini menguras energi seseorang. Ketika dihadapkan dengan tantangan yang berat, tekanan mental juga ikut diuji. Peserta lomba belajar untuk tidak menyerah di bawah tekanan, mengelola ekspektasi, melawan keraguan diri, dan rasa lelah yang mungkin muncul selama lomba. 

Kegemaran maraton juga mengajarkan pesertanya untuk mengatasi tantangan dan keadaan yang tidak pasti. Perjalanan panjang tersebut membutuhkan kemampuan untuk tetap tenang dan fokus pada tujuan, meskipun selama perjalanan mungkin ditemukan hambatan. Oleh karena itu, mengikuti lomba maraton bukan hanya tentang melewati garis finis, melainkan dapat memperkuat ketahanan mental yang menjadi aset berharga dalam menghadapi tantangan hidup. 

Gemar mengikuti lomba maraton ternyata tidak hanya bermanfaat untuk kesehatan fisik saja, tetapi dapat membentuk karakter seseorang. Soft skill seperti kedisiplinan, konsistensi, kemampuan manajemen waktu, adaptabilitas, kemandirian, dan ketahanan mental adalah contoh keterampilan yang terbentuk selama berpartisipasi dalam lomba maraton. Semua keterampilan tersebut diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Jadi, kamu sudah merasakan manfaatnya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Isnaini
EditorAnnisa Isnaini
Follow Us