5 Tantangan Terlibat Kerjasama Tim Lintas Generasi, Beda Perspektif!

Untuk melaksanakan tujuan dalam skala besar, kerjasama tim sangat diperlukan. Orang-orang di dalamnya harus solid dan memiliki visi-misi serupa. Ketika kekompakan terjaga, tentu tujuan dapat tercapai sesuai yang diharapkan. Namun, bagaimana jadinya jika dalam kerjasama kita justru terlibat dengan tim lintas generasi?
Dalam suatu tim terdapat generasi muda maupun tua. Ternyata terlibat kerjasama tim lintas generasi juga memiliki tantangan yang tidak mudah dihadapi. Bahkan kerap terjadi konflik dan kesalahpahaman. Mengetahui lima tantangan di bawah ini, setidaknya bisa menjadi gambaran untuk kamu yang saat ini sedang terlibat kerjasama tim lintas generasi.
1. Terdapat perbedaan gaya komunikasi

Kerjasama tim sangat diperlukan jika kita ingin meraih tujuan dalam skala besar. Jika membahas tentang pola kerjasama, komunikasi menjadi aspek yang penting untuk diperhatikan. Dengan kemampuan berkomunikasi yang baik, setiap anggota tim dapat menyampaikan gagasan secara tepat dan mudah dipahami.
Namun, menjadi permasalahan tersendiri saat terlibat kerjasama tim lintas generasi. Otomatis pasti terdapat perbedaan gaya dalam berkomunikasi. Generasi tua lebih menyukai cara berkomunikasi yang formal dan bertatap muka. Adapun generasi muda cenderung nyaman dengan gaya komunikasi informal, bahkan dapat membicarakan permasalahan penting melalui chat.
2. Adanya kepentingan pribadi atau golongan yang mendominasi

Saat kita masih belajar berorganisasi di masa muda, mungkin yang dihadapi adalah kerjasama dengan teman sebaya. Meskipun terdapat perbedaan usia, namun tidak terlalu jauh. Hal sebaliknya terjadi saat kita sudah terlibat kerjasama tim di lingkungan profesional. Pola kerjasama tim melintas generasi adalah situasi yang harus dihadapi.
Dalam hal ini kita harus mengetahui tantangannya terlebih dahulu. Dalam kerjasama tim lintas generasi, tidak menutup kemungkinan terdapat kepentingan pribadi atau golongan yang mendominasi. Mereka yang berada pada hierarki paling atas, tidak jarang membuat keputusan yang menguntungkan bagi pihaknya.
3. Perbedaan persepsi terhadap otoritas dan struktur

Jika kita membahas tentang pola kerja yang sama tim, keberadaan otoritas dan struktur pasti tidak bisa ditinggalkan. Dengan otoritas dan struktur yang jelas, kerjasama akan berjalan lebih terarah. Jika kita membicarakan tentang otoritas dan struktur, ternyata menjadi hal yang tidak mudah dihadapi saat terlibat kerja sama tim lintas generasi.
Kondisi ini dipengaruhi oleh perbedaan perspektif dan pemikiran. Generasi senior umumnya sangat menghargai hierarki dan pengalaman. Berbeda halnya dengan generasi muda. Alih-alih berfokus pada hierarki, mereka lebih mengutamakan kolaborasi egaliter dan menantikan kesempatan untuk menyuarakan ide.
4. Kesenjangan dalam penggunaan teknologi digital

Di era sekarang ini memang segala sesuatu berkaitan dengan perkembangan teknologi digital. Bahkan untuk meraih tujuan suatu tim, kehadiran teknologi digital membawa peranan penting. Namun yang perlu menjadi catatan, tidak semua orang melek dengan perkembangan teknologi digital. Terutama generasi usia tua.
Ternyata ini juga menjadi tantangan saat terlibat kerjasama tim lintas generasi. Generasi muda lebih cepat menguasai teknologi terbaru. Bahkan mampu mengaplikasikannya untuk meraih tujuan. Sedangkan generasi tua ternyata memiliki keterampilan berkebalikan. Seringkali mereka merasa skeptis dengan keberadaan teknologi terbaru.
5. Adanya stereotip yang berkaitan dengan pengalaman

Pengalaman memang menjadi bagian penting saat kita bergabung ke dalam organisasi. Biasanya, mereka yang sudah memiliki pengalaman akan lebih leluasa. Tapi bagaimana jadinya jika ini diterapkan dalam kerjasama tim lintas generasi? Tentu memiliki pengaruh berbeda.
Terdapat tantangan terlibat kerjasama tim dalam lintas generasi. Diantaranya stereotip yang berkaitan dengan pengalaman. Seringkali generasi tua memberikan cap bahwa orang-orang muda tidak cukup pengalaman untuk meng-handle suatu proyek. Sementara generasi senior memperoleh label sebagai generasi kolot dan ketinggalan zaman.
Terlibat kerjasama tim melintas generasi ternyata tidak sesederhana gambaran awal. Saat sudah terlibat lebih jauh, tentu akan menyadari beberapa situasi yang kompleks. Entah berupa kepentingan pribadi, stereotip yang sudah melekat, sampai dengan kesenjangan dalam penggunaan teknologi. Meskipun menghadapi banyak tantangan, namun kerjasama lintas generasi turut memperkaya pengalaman dan sudut pandang.