5 Tipe Kepribadian MBTI yang Paling Pasif Agresif, Kamu Termasuk?

- ISFJ cenderung menelan kekesalan daripada mengungkapkannya langsung, menunjukkan ketidakpuasan lewat cara-cara halus.
- INFJ menarik diri secara emosional sambil tetap mempertahankan kehadiran fisik, atau memberikan saran atau kritik yang dibungkus sangat halus.
- ISFP menunjukkan perlawanan secara halus dengan menunda-nunda pekerjaan, "lupa" melakukan sesuatu yang diminta, atau melakukan tugas dengan kualitas minimal.
Pernah gak sih kamu ketemu orang yang kelihatannya baik-baik aja, tapi sebenarnya lagi kesal? Mereka bilang "gak apa-apa kok", padahal dari nada bicaranya jelas ada yang gak beres. Atau mungkin kamu sendiri pernah melakukan hal serupa?
Sikap pasif agresif memang sering muncul ketika seseorang kesulitan mengekspresikan kemarahan secara langsung. Daripada konfrontasi terbuka, mereka memilih cara-cara halus untuk menunjukkan ketidakpuasan. Nah, ternyata ada beberapa tipe kepribadian MBTI yang lebih cenderung menunjukkan perilaku ini. Yuk, kenali lima tipe berikut!
1. ISFJ

ISFJ dikenal sebagai sosok yang penuh perhatian dan selalu ingin menjaga perasaan orang lain. Masalahnya, mereka sering mengorbankan perasaan sendiri demi menjaga kedamaian. Ketika merasa diperlakukan gak adil, ISFJ cenderung menelan kekesalan daripada mengungkapkannya langsung.
Alih-alih konfrontasi, ISFJ akan menunjukkan ketidakpuasan lewat cara-cara halus. Misalnya, tiba-tiba jadi pendiam, memberikan bantuan dengan setengah hati, atau mengungkit-ungkit kebaikan masa lalu. Mereka berharap orang lain bisa "membaca" sinyal ketidaknyamanan ini tanpa harus dijelaskan secara gamblang.
2. INFJ

Sebagai tipe yang sangat intuitif dan idealis, INFJ punya standar tinggi tentang bagaimana seharusnya orang berperilaku. Ketika realita gak sesuai ekspektasi, mereka bisa sangat kecewa tapi gak tahu cara mengungkapkannya dengan tepat.
INFJ yang pasif agresif biasanya akan menarik diri secara emosional sambil tetap mempertahankan kehadiran fisik. Mereka mungkin masih ada di sana, tapi energinya terasa dingin dan distant. Cara lainnya adalah dengan memberikan saran atau kritik yang dibungkus sangat halus sampai-sampai terdengar seperti pujian, padahal sebenarnya sindiran.
3. ISFP

ISFP sangat menghargai kebebasan personal dan gak suka dipaksa melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai mereka. Tapi di saat bersamaan, mereka juga gak nyaman dengan konfrontasi terbuka yang bisa merusak suasana.
Ketika merasa tertekan atau gak dihargai, ISFP akan menunjukkan perlawanan secara halus. Mereka mungkin akan menunda-nunda pekerjaan, "lupa" melakukan sesuatu yang diminta, atau melakukan tugas dengan kualitas minimal. Ini cara mereka memberontak tanpa harus berhadapan langsung dengan sumber masalah.
4. ESFJ

ESFJ sangat peduli dengan harmoni sosial dan bagaimana mereka dipersepsikan orang lain. Mereka ingin disukai dan diterima, sehingga konflik terbuka terasa sangat mengancam bagi mereka. Tapi bukan berarti mereka gak pernah marah atau kesal.
Saat merasa gak dihargai, ESFJ bisa jadi sangat pasif agresif. Mereka akan tetap tersenyum dan bersikap sopan, tapi ada "racun" tersembunyi dalam kata-kata mereka. Gosip halus, komentar sarkastis yang dibungkus humor, atau guilt-tripping adalah senjata andalan mereka untuk menyampaikan ketidakpuasan.
5. INFP

INFP punya nilai dan prinsip yang sangat kuat, tapi mereka juga sangat gak suka konflik. Kombinasi ini sering membuat mereka terjebak dalam dilema: ingin membela apa yang mereka yakini tapi gak mau bentrok dengan orang lain.
Ketika nilai mereka dilanggar atau mereka merasa gak dipahami, INFP cenderung mundur ke dalam diri sendiri. Mereka akan jadi sangat pasif dalam interaksi, memberikan respons minimal, atau bahkan ghosting tanpa penjelasan. Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan kekesalan lewat karya kreatif atau tulisan yang penuh simbolisme tersembunyi.
Memahami kecenderungan pasif agresif ini bukan untuk melabeli atau menghakimi, tapi justru untuk lebih aware dengan pola komunikasi diri sendiri dan orang lain. Kalau kamu merasa punya kecenderungan ini, ingat bahwa komunikasi langsung yang dilakukan dengan cara yang tepat justru lebih sehat untuk jangka panjang.



















