Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tipe Orang saat Olahraga, Serius atau Cuma Konten?

ilustrasi berolahraga (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi berolahraga (pexels.com/Engin Akyurt)
Intinya sih...
  • Mulai berolahraga bukan hal mudah, terutama untuk pemula
  • Pemula perlu memulai dari latihan yang ringan dan meningkat secara bertahap
  • Konsistensi dalam berolahraga lebih penting daripada tempat atau penampilan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sama seperti kebiasaan baik lainnya, tantangan terbesar dalam berolahraga adalah ketika dirimu memulainya dan berusaha agar konsisten. Saat kamu sudah terbiasa mager atau bahkan menyangkal disebut kurang gerak, mau mulai berolahraga saja rasanya berat sekali. Jangankan buat berolahraga rutin setiap hari, sekali dalam sepekan seperti selama masa sekolah saja rasanya sulit.

Ada saja pembenaran untukmu menunda mulai berolahraga. Seperti berjalan di dalam kantor juga sudah sama seperti sesi olahraga, besok kalau ada libur 2 hari biar capek akibat bekerja hilang dulu, suhu terlalu dingin atau panas, dan sebagainya. Maka selamat buat kamu yang sudah bisa mulai berolahraga apa pun jenis latihannya.

Keinginanmu untuk hidup sehat telah terwujud dalam tindakan. Bukan sekadar angan-angan. Untuk orang-orang yang baru mencoba merutinkan olahraga, lima hal berikut kerap terjadi. Ada yang bagus karena mendorongmu untuk terus berolahraga, tapi ada pula yang justru cepat menghentikannya. Jangan sampai yang terakhir ini terjadi padamu.

1. Langsung latihan berat tapi segera kapok

ilustrasi angkat beban (pexels.com/Victor Freitas)
ilustrasi angkat beban (pexels.com/Victor Freitas)

Saking semangatnya buat memulai kebiasaan sehat, kamu bisa kurang objektif dalam mengukur kemampuan diri. Lama sekali dirimu tidak berolahraga. Seharusnya latihan dimulai dari yang paling ringan kemudian pelan-pelan meningkat sampai level sedang. Jika dirimu masih kuat dan ada tujuan khusus, boleh naik lagi secara bertahap ke level latihan yang lebih berat.

Latihan berat seharusnya gak boleh langsung diterapkan padamu yang baru mulai berolahraga lagi. Memaksakan diri berisiko besar terjadinya cedera bahkan bisa berujung fatal. Selain keselamatan diri, cedera dengan rasa sakit yang hebat dan gak bisa sembuh cepat dapat membuatmu trauma. 

Alih-alih kamu rutin berolahraga, setelah kejadian itu justru gak mau lagi melakukannya. Bahkan adanya alternatif olahraga yang lebih minim risiko pun tidak membuatmu tertarik. Traumamu lebih besar daripada tekadmu buat menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga. Kamu bisa menganggap semua olahraga berbahaya dan lebih baik tak melakukannya.

2. Latihannya ringan dan konsisten

ilustrasi berolahraga (pexels.com/Ron Lach)
ilustrasi berolahraga (pexels.com/Ron Lach)

Ini pilihan yang paling tepat untuk pemula agar tubuh gak kaget. Terpenting kamu nyaman dulu dengan latihan yang dilakukan. Baik jenis latihan maupun waktunya diatur supaya gak terlalu membebani otot yang belum terbiasa. Jika olahraga yang dilakukan tidak membuat kapok seperti dalam poin pertama, dirimu bakal dengan senang hati mengulanginya.

Tanpa terasa dari seminggu berubah menjadi sebulan dan seterusnya. Kamu berhasil mengubah kebiasaan mager menjadi lebih aktif bergerak tanpa ada perasaan tersiksa. Jangan khawatir latihan yang terasa ringan tidak akan berdampak pada kesehatanmu. Konsistensi menjadi yang utama.

Apalagi bila kamu berolahraga tanpa pendamping yang profesional. Minimalkan risiko cedera dengan olahraga ringan yang teratur. Imbangi dengan menjaga pola makan serta istirahat supaya hasil keseluruhan untuk raga dan jiwamu maksimal. Contoh olahraga yang ringan ialah jalan kaki serta senam.

3. Harus ditemani atau malah lebih nyaman sendirian saja

ilustrasi berolahraga (pexels.com/Andres Ayrton)
ilustrasi berolahraga (pexels.com/Andres Ayrton)

Kebiasaanmu berolahraga juga dapat menggambarkan kepribadianmu. Jika sehari-harinya kamu lebih suka menyendiri, ketika berolahraga pun sama. Dirimu nyaman-nyaman saja jalan kaki atau berlari sendirian di pagi hari yang masih gelap. Tidak ada perasaan kamu aneh karena banyak orang berolahraga dalam kelompok minimal dua orang.

Sementara untukmu yang di keseharian lebih sering bersama teman-teman, olahraga pun mesti begitu. Pokoknya, harus ada orang yang dikenal di dekatmu. Dirimu selalu berolahraga bareng teman, pasangan, atau saudara. Jika mereka gak bisa menemani, mending kamu off dulu.

Mestinya sih, kamu tidak usah sampai seperti itu. Ingat tujuanmu dalam berolahraga. Jika dirimu terlalu mengandalkan orang lain buat menemani, tujuanmu tak akan tercapai. Kamu bahkan bakal melupakan niat berolahraga. Jika kebetulan ada orang yang dapat menemanimu berolahraga tentu menyenangkan. Tidak pun dirimu  mesti tetap latihan.

4. Kudu di tempat olahraga atau fleksibel di mana saja

ilustrasi berolahraga (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi berolahraga (pexels.com/Vitaly Gariev)

Soal tempat juga sering menjadi masalah bagimu yang baru mulai berolahraga. Kamu yang menganggap olahraga mesti dilakukan di tempat khusus biasanya membutuhkan motivasi yang lebih besar. Dengan dirimu berolahraga di pusat kebugaran, gelanggang, atau kolam renang dipastikan suasananya memang amat mendukung.

Di sana banyak sekali orang yang berolahraga sehingga semangatmu ikut membara. Di luar tempat-tempat olahraga seperti di atas, semangatmu hilang. Akan tetapi, bisa pula sebagai pemula dalam hal olahraga kamu mampu bersikap fleksibel. Bahkan di dalam rumah dan lingkungan sekitarnya menjadi awal untukmu memulai kebiasaan baik.

Untukmu yang mampu berolahraga di mana pun, fokusmu pada kegiatan latihan amat bagus. Tempat bukan yang utama bagimu, terpenting jenis latihannya sesuai. Agar olahragamu bisa konsisten, seharusnya memang tempat gak jadi masalah. Jangan sampai alasan jauhnya tempat khusus olahraga atau tiketnya yang mahal bikin kamu urung melakukannya.

5. Lebih fokus ke penampilan dan bikin konten

ilustrasi bikin konten (pexels.com/Cliff Booth)
ilustrasi bikin konten (pexels.com/Cliff Booth)

Kamu menjadi ribet ketika hendak berolahraga. Perhatianmu pada penampilan melampaui latihan yang akan dilakukan. Dirimu bahkan bisa cemas dan merasa gak percaya diri kalau memakai pakaian serta sepatu seadanya. Dari atas sampai bawah, outfit-mu harus amat sporty. 

Fokus berlebihan pada penampilan saat berolahraga juga membuat pengeluaranmu lebih besar. Padahal, olahraga bisa dilakukan tanpa biaya jika hanya mengenakan pakaian sehari-hari yang telah ada di lemari. Alas kaki pun bisa mengggunakan sepatu yang sering dipakai main saja. 

Kamu yang saat berolahraga lebih fokus ke penampilan biasanya juga sibuk bikin konten. Selama sesi olahraga, waktumu lebih banyak dihabiskan buat mengambil gambar yang sebagus mungkin, bikin video, mengeditnya, dan mengunggahnya ke medsos. Termasuk berapa kilometer jarak yang kamu tempuh dengan berjalan kaki, lari, atau bersepeda pasti diunggah ke media sosial.

Bikin konten selama berolahraga sebenarnya boleh-boleh saja. Selain meningkatkan motivasimu dalam berlatih, siapa tahu juga menginspirasi teman-temanmu yang masih mager. Akan tetapi, terlalu asyik membuat konten dapat memperbesar peluang terjadinya kecelakaan. Kamu menjadi tidak berhati-hati ketika latihan. Pun manfaat dari berolahraga berkurang bila waktunya saja lebih banyak dipakai buat mengutak-atik kamera.

Dirimu sudah bisa mulai berolahraga merupakan hal yang positif. Lanjutkan dengan lebih disiplin dan meningkatkan perhatianmu pada menjaga stamina serta kebugaran tubuh. Sampai kamu merasa tak nyaman bila lebih dari sehari tidak berolahraga. Ini tanda bahwa olahraga telah menjadi rutinitas yang menyenangkan bagimu.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us