Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Tips jika Keramahanmu Tidak Direspons Positif, Perlu Balas Judes?

ilustrasi mengulurkan tangan (pexels.com/Gustavo Fring)

Seharusnya sikap ramahmu dibalas dengan keramahan yang sepadan. Paling gak, bukan malah orang lain bersikap menyebalkan. Namun, baik orang yang sudah dikenal olehmu atau asing bisa mendadak bersikap negatif terhadap keramahanmu. 

Sesimpel senyummu gak dibalas saja sudah bikin perasaan kurang enak. Masih mending jika sepertinya dia memang tidak melihatmu. Akan tetapi, kalau dia bahkan menatapmu dengan raut wajah masam, tentu perasaanmu seperti dicabik-cabik. Dalam situasi lain, sikap ramahmu juga bisa direspons dengan jauh lebih buruk.

Seperti kamu berkata-kata sopan, tetapi lawan bicara membalas dengan ketus bahkan marah-marah. Apa yang harus dilakukan bila dirimu mengalaminya? Kesabaranmu sangat dibutuhkan. Lakukan lima tips berikut dan jangan berlebihan dalam memberikan reaksi balik.

1. Jangan lantas kapok ramah pada siapa pun

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Memang gak enak ketika sikap ramahmu dibalas dengan tindakan, ucapan, atau bahasa tubuh yang tak bersahabat. Kadang sampai ada perasaan sia-sia saja menjadi orang yang ramah bila respons orang lain seperti itu. Namun, haruskah dirimu kapok dan gak mau lagi ramah pada siapa pun?

Sebaiknya beberapa pengalaman buruk tidak lantas membuatmu jera. Ramah merupakan sikap yang amat terpuji dan bagian dari kebaikan. Lebih banyak ruginya buat diri sendiri apabila kamu menurunkan tingkat keramahanmu cuma gara-gara reaksi orang lain. Itu sama dengan mengurangi kualitas diri.

Padahal, membentuk kualitas diri juga bukan hal yang mudah. Jangan sampai hal-hal baik dalam dirimu luntur hanya oleh pengaruh orang-orang di sekitarmu. Kamu harus tetap menjadi berlian meski terjatuh di antara pasir. Cukupkan urusanmu pada bersikap ramah. Terserah orang lain akan membalasnya seperti apa.

2. Pahami kemungkinan dia sedang ada masalah

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/Mikhail Nilov)

Orang yang sedang punya masalah biasanya sukar bersikap ramah pada siapa saja. Meski kamu sudah terlebih dahulu memberikan stimulus berupa senyum, sapa, serta tutur kata yang menyenangkan buat didengar; reaksinya tetap kurang menyenangkan. Dia sedang malas berbicara dengan orang lain.

Saat ia terpaksa harus mengatakan sesuatu padamu, kata-katanya menjadi terdengar amat buruk. Nadanya barangkali seperti sedang membentak, kalimatnya sangat singkat, dan terkadang kamu malah diminta diam atau jangan mengganggunya. Padahal, dirimu gak bermaksud mengusik siapa pun.

Saat dirimu menjadi staf penjualan dan berhadapan dengan sepasang suami istri, misalnya. Bila keduanya sedang gak akur, kamu akan sangat merasakan kekakuan dalam interaksi mereka. Keduanya tidak bertukar pandangan atas produk yang ditawarkan olehmu atau malah saling menyerang.

Satu orang ingin membeli produkmu. Sementara itu, pasangannya menyebutnya bodoh karena percaya saja dengan promosi darimu. Kamu seolah-olah menjadi pihak yang salah dengan mencoba menipunya. Padahal, perdebatan di atas semata-mata disebabkan oleh persoalan pribadi keduanya.

3. Fokus ke tuntutan profesional saja

ilustrasi berjabat tangan (pexels.com/Khwanchai Phanthong)

Jika pekerjaan menuntutmu buat berhadapan langsung dengan klien, pelanggan, atau nasabah mau gak mau keramahan harus dipertahankan. Seburuk apa pun tanggapan orang lain, usahakan dirimu tak terlihat terpengaruh. Kalau reaksi orang lain atas sikap ramahmu cenderung melecehkan, respons dengan tegas tetapi tidak marah.

Misalnya, klien lawan jenis malah menggodamu. Ia mungkin salah menganggap keramahanmu sebagai ketertarikan pribadi terhadapnya. Kamu perlu secara langsung maupun tidak memberitahunya bahwa sudah menjadi tugasmu buat memberikan layanan yang baik pada semua orang.

Sekalipun rasa kesal wajar muncul, ingat-ingat bahwa setiap sikapmu menentukan penilaian atas kinerjamu. Jangan sampai gara-gara ulah satu orang, malah kamu yang dianggap bersalah oleh atasan. Begitu pula sehabis klien yang menyebalkan pergi, hindari melampiaskan kejengkelanmu pada klien-klien selanjutnya.

4. Berintrospeksi kalau-kalau kamu ada salah

ilustrasi dua orang (pexels.com/Max Medyk)

Kamu juga harus tetap menyadari bahwa kesalahan tidak melulu datang dari orang lain. Boleh jadi tanpa sadar dirimu terlebih dahulu bersikap kurang sopan padanya. Reaksinya kemudian semata-mata pengaruh kekesalan sekaligus mencegahmu makin berbuat semaunya.

Sebagai contoh, kamu seorang pria dan mencoba bersikap ramah pada lawan jenis. Akan tetapi, keramahanmu dipersepsikan oleh orang lain sebagai godaan. Perempuan yang tidak menyukai sikapmu otomatis bersikap tak ramah padamu. Ia khawatir bila terlihat menoleransi tindakanmu malah bikin kamu tambah kurang ajar.

Contoh, usaha bersikap ramah pada lawan jenis tetapi kurang sopan yaitu bertanya-tanya soal pasangan. Bahkan memuji penampilan lawan jenis yang tidak mengharapkannya juga termasuk dalam ketidaksopanan. Kamu mesti peka terhadap kemungkinan kesalahan diri. Segeralah minta maaf. Bila dirimu khawatir permintaan maaf malah membuat suasana makin canggung, cukup sungguh-sungguh menunjukkan sikap yang lebih santun.

5. Boleh agak cuek padanya jika beberapa kali sikapnya negatif

ilustrasi pria dan perempuan (pexels.com/Artem Podrez)

Di luar konteks tuntutan pekerjaan, kamu boleh berhenti bersikap ramah pada seseorang yang konsisten bereaksi negatif. Akan tetapi, tak lagi bersikap ramah padanya tidak sama dengan berbuat jahat atau judes. Cukup dengan dirimu gak menyapanya lagi apabila beberapa kali sapaanmu diabaikan.

Juga berhenti tersenyum padanya bila kemarin-kemarin dia jelas langsung memalingkan wajah. Apalagi kalau seseorang pernah menanggapi keramahanmu dengan kata-kata yang buruk. Ini sudah menjadi tanda tidak perlu lagi untukmu bermanis-manis di depannya. Anggap saja ia seakan-akan tidak ada. 

Ketika kalian bertemu, dirimu dapat melihat ke arah yang berbeda atau fokus mengobrol dengan orang lain. Andai pun kamu terpaksa harus berbicara padanya, langsung sampaikan poin pentingnya saja. Tidak usah didahului dengan beramah-tamah seperti menanyakan hal-hal yang gak berkaitan dengan maksudmu.

Tak semua orang tahu cara yang tepat untuk membalas keramahan. Terkadang tanpa ia di bawah tekanan persoalan pun tetap kesulitan buat bersikap positif. Namun, sikap ramahmu tetap sesuatu yang baik. Oleh sebab itu, kamu gak usah meniru sikap buruk orang lain ketika keramahanmu tak terbalas dengan sepadan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Marliana Kuswanti
EditorMarliana Kuswanti
Follow Us