5 Tips Kurangi Kebiasaan Menghakimi Orang Lain, Undo Critical Mindset

Perkembangan pesat media sosial telah membuka akses lebih luas untuk kamu terhubung dengan banyak individu unik beserta gaya hidupnya yang bermacam-macam. Belum lagi, berbagai berita mulai dari berbagai gosip selebritas hingga berita politik, semua dapat digulir dengan lebih mudah hanya dengan memainkan jari-jari. Lingkungan seperti ini tanpa sadar dapat membuat lebih mudah menghakimi apa yang terjadi pada diri maupun kehidupan orang lain.
Mungkin kamu jadi memiliki critical mindset untuk orang lain mulai dari cara mengunyah, tanpa sadar kamu mungkin terus-menerus membentuk penilaian cepat tentang orang-orang di sekitar. Masalahnya, jika kamu terus tenggelam pada kebiasaan memberi penilaian orang lain, dampaknya tidak hanya buruk terhadap hubungan dengan orang, tetapi juga terhadap kesehatan mental diri kamu sendiri. Selain itu, kebiasaan menghakimi orang lain ini juga dapat menciptakan mentalitas kami vs mereka yang hanya akan semakin memecah belah. Jadi, bagaimana kamu bisa menghentikan kebiasaan critical mindset ini?
1. Periksa bias kamu sendiri

Menurut psikologi, setiap manusia memiliki apa yang disebut bias, termasuk diri kamu. Biasa serupa makhluk kecil licik yang dapat mempengaruhi bagaimana kamu melihat dunia. Bias seseorang terbentuk dari latar belakang, pengalaman, dan algoritme 24/7 yang umumnya tidak bisa kamu hindari dengan mudah. Jadi, saat kamu menilai seseorang, kamu sering kali bereaksi berdasarkan asumsi dan stereotip, bukan gambaran seutuhnya.
Jadi, coba luangkan waktu kamu sejenak untuk berpikir lebih dalam. Tanyakan kembali pada dirimu sendiri, “Apakah penilaian kamu benar tentang mereka atau sebenarnya kamu bereaksi terhadap sesuatu yang ada di dalam diri sendiri?” Misalnya, saat kamu mengejek pilihan karir seseorang, entah mereka yang bekerja sebagai full time influencer, guru, atau customer service, dan lainnya, apakah pemikiranmu begitu karena karir itu memang buruk atau diam-diam kamu sedikit iri dengan betapa percaya dirinya orang tersebut.
2. Ubah perspektif kamu

Mengubah cara pandang kamu terhadap pilihan orang lain dapat membantu menyadari, bahwa mereka menjalani hidup berdasarkan pengalaman dan keadaan mereka. Tujuan mereka berbeda dengan tujuan kamu. Jadi, sebelum memulai penilaian terhadap orang lain, ingatlah kalian tidak melakukan permainan sama. Jika kamu tidak menjalani hidup orang lain, sesungguhnya kamu tidak tahu apa saja yang terjadi di balik layar. Apa yang tampak berupa kekacauan bagi kamu, bisa jadi merupakan kehati-hatian bagi orang lain.
Misalnya, saat kamu melihat orang lain memamerkan fotonya sedang naik pesawat dalam beberapa unggahan story, kamu mungkin berpikir jika ia terlihat ‘katro’, sombong, dan lainnya. Namun, bisa jadi orang itu hanya sedang mengapresiasi keberhasilannya untuk bisa berlibur menggunakan pesawat, setelah sebelumnya harus melalui kerja keras siang dan malam untuk menghasilkan uang. Bisa jadi itulah pertama kalinya ia menaiki pesawat setelah 30 tahun hidup, di mana sebelumnya untuk bisa makan sehari-hari saja sulit.
3. Berlatihlah berempati

Empati bukan hanya sikap yang penting dipelajari oleh terapis atau guru taman kanak-kanak, keterampilan ini juga seharusnya dapat dikembangkan oleh setiap orang. Empati akan semakin kuat, saat kamu lebih serung menggunakannya. Jadi, lain kali saat kamu menghakimi seseorang karena gaya pengasuhannya, cara berpakaiannya, atau pandangan politiknya, coba mundurlah sejenak dan bayangkan diri kamu berada di posisi orang tersebut.
Kamu mungkin bisa lebih memahami, tekanan seperti apa yang orang tersebut hadapi? Pengalaman apa yang orang tersebut telah lalui? Membiasakan sikap ini bukan berarti kamu harus setuju terhadap semua orang, sebaiknya hindari ini. Namun, menerapkan empati memungkinkan diri kamu lebih memahami bahwa ada lebih banyak hal di dalam diri seseorang daripada kelihatannya. Faktanya, mempraktikan empati juga telah terbukti memperkuat hubungan sosial dan meningkatkan pengaturan emosi.
4. Berhentilah scroll dan mulailah hidup

Sadarkah kamu? Jika media sosial merupakan tempat berkembang biaknya kebiasaan penghakiman. Coba ingat kembali seberapa sering kamu scroll di instagram atau TikTok, “Bagaimana orang itu terus-menerus membuat konten tentang kegiatannya sehari-hari, memang hidupnya sebegitu menarik kah?” mungkin kamu juga berpikir, “Itu minuman tidak sehat yang terlalu banyak gulanya, kamu tidak bisa seperti itu!”. Media sosial, dengan versi realitas yang dikurasi dan difilter, telah mengundang banyak orang untuk membandingkan dan mengkritik.
Jadi, semakin banyak waktu yang kamu habiskan untuk online, semakin banyak kamu mengembangkan kebiasaan menghakimi orang lain. Salah satu cara untuk menghindari ini adalah dengan memberi jeda secara berkala dari media sosial. Kamu bisa keluar dari hiruk-pikuk dunia media sosial dan lebih fokus terhadap kehidupan nyata untuk berinteraksi dengan orang lain secara langsung.
Kamu akan menyadari, saat mengobrol secara langsung, lebih sulit untuk mereduksi seseorang menjadi meme atau komentar yang sinis. Tak hanya itu, rasanya juga akan lebih mudah untuk bersikap baik, jika tidak bersaing untuk mendapatkan like atau retweet. Kamu akan dengan sendirinya, bisa lebih melihat kehidupan yang nyata.
5. Tumbuhkan rasa ingin tahu daripada langsung menilai

Salah satu cara paling ampuh untuk mengurangi penilaian adalah rasa ingin tahu. Daripada langsung menyimpulkan, coba ajukan pertanyaan, baik secara mental maupun dengan gamblang. Mengapa orang tersebut memilih pendapat berbeda daripada kamu? Pengalaman apa yang menuntun mereka pada dunia yang mereka lalui saat ini? Mengapa orang tersebut berpakaian seperti itu? Rasa ingin tahu membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam, sementara judging atau penilaian menutupnya rapat-rapat.
Kondisi ini seperti saat kamu menonton serial baru, jika kamu berhenti selama lima menit, kamu mungkin tidak bisa mengerti mengapa karakter-karakter tersebut berbuat seperti itu. Sama seperti orang-orang di dunia nyata, setiap orang bisa jadi memiliki latar belakang yang bahkan bisa lebih mengejutkan dan mengharukan daripada yang kamu bayangkan. Selain itu, menumbuhkan rasa ingin tahu juga dapat membuat otak kamu merasa lebih fleksibel. Inilah yang akan menjadi kemenangan bagi kesehatan mental kamu secara keseluruhan.
Dunia akan menjadi tempat yang lebih bijak, jika kamu menghabiskan lebih sedikit waktu untuk menghakimi orang lain dan lebih banyak waktu untuk memahami berbagai karakter individu. Penghakiman akan membuat kamu terasing dan terisolasi, sementara rasa ingin tahu dan empati dapat membuat kamu memiliki hubungan lebih baik dengan orang lain. Baik itu hanya orang asing saat di stasiun kereta hingga selebritas terkenal di media sosial, pahamilah setiap orang memiliki ceritanya masing-masing.