6 Alasan Justru Kecewa Setelah Self Healing, Merasa Sia-sia!

Manusia turun dikaruniai oleh sejumlah gejolak emosi negatif dalam dirinya. Contohnya rasa marah dan kekecewaan. Jika tidak dikelola dengan baik, keberadaan emosi negatif bisa menjadi hambatan meraih tujuan.

Namun demikian, upaya menyembuhkan mental tidak selalu berjalan lancar. Adakalanya seseorang merasa kecewa setelah self healing. Salah satunya disebabkan oleh proses yang lambat. Saat menjalani self healing, perasaan lelah dan bosan tidak bisa dikendalikan.

Harapan kita setelah self healing mental bisa pulih seperti semula. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Setelah self healing, perasaan lelah dan kecewa semakin mendominasi diri. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentunya tidak terlepas dari suatu alasan.

Bisa jadi kita sudah memiliki harapan yang tidak realistis. Contohnya menginginkan kondisi mental pulih secara instan dan dalam waktu cepat. Di sisi lain, harapan ini tidak bisa dicapai dengan mudah. Apalagi sebagai manusia memiliki sisi keterbatasan diri.

Menghadapi proses self healing memang menjadi tantangan tersendiri. Harapannya setelah self healing mental bisa kembali ceria seperti semula. Tapi apa yang terjadi? setelah self healing justru mengalami kekecewaan berlarut-larut.

Tentu menjadi pertanyaan mengapa kondisi seperti ini bisa terjadi. Salah satunya adalah realita berbanding terbalik dengan ekspektasi. Saat menyadari ada yang tidak sejalan, kamu merasa proses self healing yang dijalani sia-sia.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan self healing. Jika dilakukan secara tepat, justru bisa memulihkan mental dari keterpurukan. Namun sayangnya, tidak semua orang mendapatkan apa yang diharapkan dari self healing. Alih-alih memulihkan mental, mereka justru merasa kecewa.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satunya mungkin karena kegagalan menemukan solusi. Seseorang mungkin telah mencoba berbagai teknik atau metode penyembuhan diri namun tidak melihat perubahan yang signifikan. Hal ini dapat menyebabkan rasa frustrasi.

Upaya memulihkan kondisi mental tidak hanya melibatkan diri sendiri. Namun, kehadiran orang-orang sekitar juga sangat diperlukan. Mereka menjadi penguat saat kamu sedang berusaha bangkit dari keterpurukan. Tapi apakah lingkungan selalu menghadirkan orang-orang demikian?

Jawabannya tentu saja tidak. Pada lingkungan tertentu, justru didominasi oleh orang-orang yang memiliki karakter toksik. Hal ini yang membuat upaya memulihkan mental tidak memperoleh dukungan penuh. Kamu merasa kecewa karena dalam prosesnya tidak memperoleh support dari lingkungan sekitar.

Self healing merupakan upaya menyembuhkan diri dari rasa sakit hati dan keterpurukan. Tapi semua kembali lagi pada niat yang tertanam dalam hati dan pikiran. Apakah percaya pasti bisa memulihkan kondisi mental seperti semula, atau malah bersikap pesimis sejak awal.

Jika kamu tipe orang yang gampang pesimis, sudah tentu harus berbenah. Barangkali ini yang menjadi alasan merasa kecewa setelah self healing. Akibat sikap pesimis, kamu justru meremehkan diri dalam prosesnya.

Kekecewaan setelah self healing tentu menjadi hal yang tidak diharapkan. Karena upaya self healing sendiri adalah untuk memulihkan mental seperti semula. Menghadapi situasi seperti ini, tentu harus memahami penyebab di baliknya. Bisa jadi berasal dari pola pikir sendiri, atau memang lingkungan sekitar yang kurang mendukung.