Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Rekomendasi Buku tentang Berdamai dengan Kesehatan Mental

bookwritten.com
bookwritten.com

Di masa lampau, masalah kesehatan mental adalah topik yang tabu untuk dibicarakan. Untungnya, dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang yang pernah hidup dengan masalah kesehatan mental bisa berbagi pengalaman hidupnya.

Artikel ini akan membahas 7 buku yang menjelaskan tentang pentingnya berdamai dengan penyakit mental. Apa saja bukunya? Berikut daftarnya.

1. Girl, Interrupted - Susanna Kaysen

wordsofwomen.com
wordsofwomen.com

Meskipun filmnya, yang dibintangi oleh Angelina Jolie dan Winona Ryder, mungkin lebih dikenal, memoar ini memiliki kekuatan yang sama dan bisa mengubah perspektif kamu terhadap penyakit mental.

Dalam memoar ini, Susanna Kaysen menceritakan pengalamannya selama satu setengah tahun di dalam rumah sakit jiwa setelah didiagnosa mengidap gangguan kepribadian. Ia menggambarkan rasa sakit dan kengerian yang dialami olehnya dan sesama pasien di sana, yang tentunya berhubungan dengan pergulatan dengan penyakitnya sendiri.

2. The Man Who Couldn't Stop - David Adam

faithandanxiety.com
faithandanxiety.com

Juga ditulis sebagai memoar, The Man Who Couldn't Stop menunjukkan perjuangan hidup penulisnya dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD). Tak hanya itu, buku ini juga memasukkan unsur-unsur ilmu pengetahuan dan sejarah.

Tentunya untuk memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana OCD memengaruhi orang-orang yang mengalaminya dan bagaimana penyakit ini dirasakan dan diobati dari waktu ke waktu.

3. Wintergirls - Laurie Halse Anderson

quotesgram.com
quotesgram.com

Wintergirls menceritakan sepasang sahabat bernama Lia dan Cassie yang bersaing untuk menjadi kurus. Sayangnya, Cassie meninggal dalam proses itu di mana kematiannya mulai menghantui kehidupan Lia. Novel ini menceritakan kisah perjuangan melawan anoreksia dan self-harm, dua penyakit yang sering dianggap sepele oleh kita.

4. The Perks of Being a Wallflower - Stephen Chbosky

markgraywriting.wixsite.com
markgraywriting.wixsite.com

Novel ini diceritakan melalui sudut pandang sang protagonis, Charlie, yang berhasil melewati tahun pertamanya di dalam sekolah menengah. Charlie adalah seorang remaja yang canggung, namun pada akhirnya berhasil mendapatkan teman-teman baru. 

Diangkat ke layar kaca pada tahun 2012, The Perks of Being a Wallflower berhasil menggambarkan perjuangan Charlie dalam menghadapi PTSD yang diidapnya dan bagaimana ia bisa "menang" dari gangguan tersebut.

5. Reasons to Stay Alive - Matt Haig

word-power.co.uk
word-power.co.uk

Setelah menjauh dari dorongan bunuh diri, Haig menulis memoar ini untuk membagikan pengalamannya, atau lebih tepatnya mengapa dia memutuskan untuk tetap hidup. Buku ini menawarkan wawasan tentang proses pemulihan dari penyakit mental dan bagaimana kita bisa hidup dengan kecemasan dan depresi yang ada di dalam diri kita.

6. The Noonday Demon: An Atlas of Depression - Andrew Solomon

rarebookcellar.com
rarebookcellar.com

Dalam The Noonday Demon: An Atlas of Depression, Solomon merinci perjuangannya dengan depresi berat, termasuk percobaannya dengan obat-obatan tertentu dan bagaimana pengobatannya harus berubah dari waktu ke waktu.

Memoar ini mengungkap bagian terdalam dan tergelap dari perjuangan melalui penyakit mental, menjelaskan kepada orang-orang yang tidak pernah merasakannya agar dapat mengerti dan menawarkan bantuan kepada mereka yang mengalaminya.

7. The Bell Jar - Sylvia Plath

wweek.com
wweek.com

Bisa dibilang kalau The Bell Jar adalah novel tentang penyakit mental yang paling terkenal. Novel ini menceritakan Esther Greenwood, seorang wanita jenius yang harus terpuruk karena mengalami gangguan mental. Novel ini adalah kisah klasik yang menunjukkan mengapa mereka yang mengidap penyakit mental sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari kita.

 

Buku-buku di atas tidak hanya direkomendasikan untuk kamu yang memiliki masalah kesehatan mental. Sebaliknya, kita semua harus membacanya agar lebih paham dengan masalah ini. Jika kalian memiliki penyakit mental, kalian bisa langsung berkonsultasi kepada ahlinya, jangan self-diagnose, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Shandy Pradana
EditorShandy Pradana
Follow Us