Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Tips Memulai Sustainable Clothing, Saatnya Lebih Peduli Lingkungan

ilustrasi pakaian (pexels.com/Pixabay)

Setiap harinya terjadi banyak penjualan pakaian di seluruh dunia. Namun, tahukah kamu banyak sekali pakaian yang hanya terpakai beberapa kali dan terbuang begitu saja? Pada tahun 2030, diperkirakan limbah fashion bakal meningkat jadi 148 juta ton. Selain itu, industri pakaian diketahui menyumbang sekitar 8% emisi gas rumah kaca dan merupakan industri dengan polusi tertinggi ketiga di dunia.

Hal inilah yang memicu gerakan sustainable clothing untuk lebih peduli lingkungan melalui cara berpakaian kita. Saat ini, pencemaran dan pemanasan global sudah dalam kondisi yang darurat. Populasi manusia juga kian meningkat dengan ruang lingkup yang terbatas. Perlu adanya perubahan pola hidup yang lebih eco friendly termasuk pola dan cara berpakaian kita.

Sudah saatnya bagi kita menerapkan sustainable clothing. Bagi kamu yang masih bingung bagaimana cara melakukan sustainable clothing, berikut ada 8 tips mudah menerapkan sustainable clothing dalam kehidupan sehari-hari. Simak sampai habis, ya!

1. Beli lebih sedikit dan beli yang lebih baik

ilustrasi wanita yang berbelanja pakaian (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Berbacai macam trend pakaian dan harga yang murah seringkali membuat kita jadi kalap berbelanja begitu banyak produk fashion. Namun, sadarkah kamu banyak pakaian yang dibeli namun tidak terpakai? Melansir laporan McKinsey tahun 2016, sekitar tiga dari lima pakaian berakhir di tong sampah.

Untuk menekan sampah dan limbah pakaian, mulai sekarang belajarlah untuk beli pakaian yang memang kamu butuhkan bukan yang kamu inginkan. Kemudian, keluarkan sedikit lebih banyak uang untuk membeli pakaian yang berkualitas lebih baik supaya dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Dengan begitu, kamu bisa lebih hemat dan pakaianmu akan lebih terpakai secara efektif dan efisien. Sebelum membeli, pastikan bahwa itu pakaian yang kamu butuh, nyaman untuk kamu kenakan, memang mencitrakan dirimu, dan apa bisa dipakai secara terus menerus atau tidak. Ayo, mulai lebih bijak berbelanja pakaian!

2. Beli pakaian secondhand atau vintage

ilustrasi baju secondhand (instagram.com/rajendrasecond)

Mau lebih hemat? Kamu bisa mencoba untuk membeli pakaian-pakaian bekas saja yang masih dalam kualitas baik dan layak pakai. Selain lebih murah, kamu juga bisa menekan jumlah sampah pakaian yang terbuang sia-sia.

Bayangkan banyak pakaian yang masih sangat bagus dan layak pakai, namun harus terbuang secara sia-sia dan akhirnya mencemari lingkungan. Lebih baik, pakaian tersebut diperjualbelikan saja daripada berakhir di tong sampah.

Untuk berbelanja baju bekas, pastikan baju bekas masih dalam kondisi layak pakai dan hanya sedikit mengalami kerusakan atau noda. Setelah itu, pastikan untuk mencuci pakaian terlebih dahulu sebelum dipakai.

3. Menyewa pakaian untuk acara pesta atau formal

ilustrasi sewa gaun (instagram.com/sun.da.ri)

Terkadang dalam acara formal maupun pesta, pasti ada dresscode atau pun setiap diri kita yang ingin berpenampilan terbaik. Daripada kamu membeli atau menjahit pakaian yang ingin kamu kenakan, lebih baik kamu menyewa pakaian saja.

Hal ini karena baju pesta seringkali hanya terpakai satu kali atau hanya beberapa kali saja sebelum akhirnya hanya berakhir di lemari bajumu bertahun-tahun. Selain lebih hemat, kamu juga bisa turut serta mengurangi limbah pakaian.

4. Kenali bahan pakaianmu dengan baik

ilustrasi tekstil (pexels.com/Pixabay)

Memang ini akan sedikit merepotkan, namun tidak ada salahnya kamu lebih memperhatikan bahan pakaian yang kamu beli. Kamu perlu mengenal dan mengetahui dampak dari bahan pakaianmu untuk pakaian berkelanjutan.

Sebaiknya kamu menghindari bahan sintetis, seperti poliester karena bahan ini berasal dari bahan bakar fosil dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai. Selain itu, cari atau pastikan merek pakaian memiliki sertifikasi dari Global Organic Textile Standard (untuk kapas dan wol), Leather Working Group (untuk kulit) dan Forest Stewardship Council (untuk viscose) untuk memastikan bahan yang digunakan untuk membuat pakaian memiliki dampak yang ringan terhadap planet kita.

5. Memilih produk pakaian vegan

ilustrasi kain (pexels.com/Engin Akyurt)

Produk pakaian vegan merupakan pakaian yang terbuat dari serat alami tumbuhan. Menggunakan pakaian berbahan serat tumbuhan jauh lebih baik untuk keberlanjutan dan keberlangsungan lingkungan karena sifatnya yang mudah diurai. 

Selain itu, hindarilah menggunakan pakaian atau produk fashion lainnya yang berbahankan kulit binatang. Hal ini karena seringkali kulit yang didapatkan merupakan hasil dari perlakuan kepada binatang secara tidak layak dan dapat mengancam keberadaan satwa tertentu yang langka. Bukan hanya itu saja, produk yang terbuat dari kulit banyak menggunakan zat-zat kimia berbahaya yang dapat mengancam keberlangsungan hidup alam.

Untuk memudahkan kamu, kamu bisa mencoba pakaian yang terbuat dari katun dan linen. Kain katun dan linen sendiri merupakan kain yang berasal dari serat tumbuhan yang tentu nyaman dipakai dan lebih ramah lingkungan.

6. Mendukung brand pakaian yang mendukung sustainable clothing

ilustrasi fashion (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Agar semakin banyak produk pakaian yang memerhatikan dampak keberlanjutan terhadap alam, kamu bisa nih melakukannya dengan mendukung brand-brand pakaian yang sudah terjun lebih dulu dalam sustainable clothing. Kamu bisa dengan membeli pakaian dari brand tersebut dan mengajak serta mengedukasi orang-orang di sekitarmu untuk lebih memahami dan menerapkan sustainable clothing.

Brand-brand pakaian yang peduli terhadap isu lingkungan perlu didukung agar dapat menjadi contoh dan ditiru oleh brand-brand lainnya. Brand yang peduli lingkungan cenderung akan menggunakan bahan-bahan pakaian yang ramah lingkungan. Ada juga yang bersifat daur ulang, seperti brand Patagonia yang menciptakan serat kain dari botol plastik, DuPont yang membuat serat poliester biodegradable, dan brand Eileen Fisher yang mengambil kembali pakaian mereka, memperbaiki seperlunya, dan menjualnya kembali kepada pelanggan.

Selain itu, brand yang eco friendly menggunakan serat-serat tumbuhan yang didapatkan dari pertanian lokal yang jauh lebih sehat. Karena seperti yang kita tahu, pertanian konvensional seringkali banyak memakai pestisida dan air yang dapat mengancam keberlangsungan alam.

7. Merawat pakaian dengan baik

ilustrasi mencuci baju (pexels.com/Teona Swift)

Supaya tidak banyak pakaian yang kamu buang atau pun beli tiap waktunya, kamu perlu belajar untuk merawat pakaianmu dengan baik. Cucilah pakaianmu dengan bersih dan gunakan produk-produk pembersih yang lembut untuk pakaianmu.

Ada beberapa pakaian juga yang dapat digunakan beberapa kali sebelum akhirnya dicuci. Hal ini bertujuan agar pakaian tidak cepat rusak dan memudar akibat terlalu sering dicuci. Bukan hanya soal mencuci saja, pastikan untuk selalu melipat dan menyimpan pakaianmu dengan rapi agar pakaianmu dapat lebih awet.

8. Donasikan pakaianmu yang masih layak pakai kepada yang membutuhkan

ilustrasi donasi pakaian (instagram.com/ecovero.indonesia)

Buka lemarimu dan lihatlah berapa banyak bajumu yang sudah lama tidak terpakai. Bila ada pakaian yang masih bagus namun tidak akan kamu pakai, lebih baik pakaian tersebut dijual atau disumbangkan kepada orang yang membutuhkan.

Daripada membuang bajumu atau membiarkannya berdebu memenuhi lemarimu, tidak ada salahnya untuk berbagi kepada panti-panti atau pun kepada para korban bencana yang membutuhkan. Selain bersedekah, kamu juga turut ikut serta mengurangi sampah pakaian. 

Itulah 8 langkah mudah memulai sustainable clothing. Banyak hal sederhana yang kita lakukan, namun sangat berdampak pada lingkungan. Sudah seharusnya kita lebih cermat dan peduli terhadap pola belanja dan berpakaian kita yang lebih berkelanjutan. Yuk, tetap tampil stylish dengan gaya ramah lingkungan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sintya Yoo
EditorSintya Yoo
Follow Us