5 Aktivitas yang Bisa Membantu Mahasiswa Asah Kemampuan Storytelling

- Membaca buku fiksi secara rutin untuk melatih imajinasi dan memahami pola penceritaan yang bisa ditiru.
- Menulis jurnal harian untuk melatih alur bercerita dan refleksi diri, serta menyusun narasi yang mudah dipahami orang lain.
- Diskusi kelompok atau sharing session sebagai latihan storytelling dalam suasana santai, sambil menerima feedback dari orang lain.
Storytelling bukan cuma soal bercerita panjang lebar, tapi tentang bagaimana seseorang bisa membuat pendengar merasa terhubung dengan kisah yang disampaikan. Kemampuan ini penting banget, apalagi buat mahasiswa yang sering terlibat dalam presentasi, diskusi kelas, atau bahkan saat ikut lomba. Cerita yang dibawakan dengan cara menarik bisa membuat orang lain lebih mudah paham sekaligus terkesan dengan cara penyampaian.
Menariknya, kemampuan storytelling gak hanya datang dari bakat, tapi bisa terus diasah lewat berbagai aktivitas sehari-hari. Dengan latihan yang konsisten, mahasiswa bisa menguasai teknik penyampaian cerita yang efektif, mulai dari intonasi, ekspresi, sampai alur yang enak diikuti. Beberapa aktivitas sederhana ini ternyata bisa membantu meningkatkan keterampilan bercerita sekaligus menambah rasa percaya diri. Yuk, simak lima aktivitas yang bisa dicoba!
1. Membaca buku fiksi secara rutin

Membaca buku fiksi memberi banyak manfaat untuk melatih imajinasi sekaligus memperluas kosakata. Cerita dalam novel atau cerpen biasanya punya alur yang kaya konflik, karakter, dan emosi yang bisa dijadikan bahan belajar. Dari situ, mahasiswa bisa memahami bagaimana penulis membangun suasana, memunculkan ketegangan, lalu menutup cerita dengan cara yang berkesan. Semakin sering membaca, semakin banyak pula pola penceritaan yang bisa ditiru dan diadaptasi dalam versi pribadi.
Selain itu, membaca juga melatih kepekaan dalam menangkap detail yang sering kali membuat cerita jadi lebih hidup. Misalnya, deskripsi suasana hujan dalam cerita bisa dijadikan inspirasi saat menceritakan pengalaman pribadi di depan orang lain. Mahasiswa yang terbiasa membaca juga cenderung lebih mudah menyusun cerita dengan alur yang runtut dan gak bertele-tele. Dengan begitu, cerita yang disampaikan terasa lebih jelas sekaligus enak didengar.
2. Menulis jurnal harian

Menulis jurnal bukan hanya soal mencatat aktivitas sehari-hari, tapi juga melatih kemampuan merangkai perasaan dan pengalaman jadi sebuah cerita. Saat menuliskan pengalaman, mahasiswa belajar memilih kata, membangun alur, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang jujur. Hal ini bisa menjadi latihan dasar storytelling, karena apa yang ditulis bisa dilatih lagi untuk diceritakan secara lisan.
Selain membantu melatih alur bercerita, jurnal juga bisa jadi media refleksi yang berharga. Dari catatan harian, mahasiswa bisa belajar mengenali gaya penceritaan diri sendiri, apakah lebih suka menyampaikan cerita dengan detail atau singkat padat. Dengan sering berlatih menulis, mahasiswa akan terbiasa menyusun narasi yang mudah dipahami orang lain. Aktivitas sederhana ini terbukti bisa memperkuat kepercayaan diri dalam storytelling.
3. Diskusi kelompok atau sharing session

Diskusi kelompok jadi ajang yang pas untuk melatih storytelling dalam suasana santai tapi tetap serius. Saat membahas suatu topik, mahasiswa dituntut untuk menyampaikan ide dengan cara yang jelas dan menarik agar teman-teman bisa paham. Dari situ, mereka belajar mengatur intonasi suara, memilih kata, sekaligus menjaga perhatian audiens agar gak bosan. Setiap sesi diskusi bisa dianggap sebagai panggung latihan kecil yang efektif.
Selain itu, diskusi juga membuka kesempatan untuk menerima feedback dari orang lain. Teman sekelompok bisa memberi masukan tentang cara penyampaian yang masih kaku atau kurang meyakinkan. Dengan begitu, mahasiswa bisa tahu bagian mana yang perlu diperbaiki dalam gaya bercerita. Aktivitas ini bukan hanya melatih storytelling, tapi juga membentuk kemampuan komunikasi yang lebih matang.
4. Menonton film dan menganalisis ceritanya

Film bukan cuma hiburan, tapi juga media pembelajaran storytelling yang kaya. Dari film, mahasiswa bisa belajar bagaimana alur cerita dibangun, bagaimana konflik dihadirkan, dan bagaimana karakter berkembang. Bahkan, cara sutradara menyampaikan emosi lewat dialog atau gestur bisa dijadikan inspirasi untuk menghidupkan cerita sendiri. Semakin sering menonton dengan cara analitis, semakin tajam pula kepekaan terhadap teknik penceritaan.
Setelah menonton, coba tuliskan kembali alur cerita dengan versi pribadi. Mahasiswa bisa berlatih menceritakan ulang film tersebut kepada teman-teman dengan gaya bahasa sendiri. Dari latihan itu, akan terlihat apakah penyampaian sudah runtut, menarik, dan mudah dipahami. Aktivitas ini bukan cuma mengasah storytelling, tapi juga meningkatkan keterampilan observasi yang penting buat penyampai cerita.
5. Ikut komunitas teater atau stand up comedy

Terlibat dalam komunitas teater atau stand up comedy adalah cara yang seru untuk melatih storytelling secara langsung di depan penonton. Dalam teater, mahasiswa belajar menghidupkan cerita melalui ekspresi, dialog, dan gerak tubuh. Sedangkan dalam stand up comedy, kemampuan meramu cerita sederhana menjadi sesuatu yang lucu dan relevan jadi kunci utamanya. Dua kegiatan ini sama-sama menuntut keberanian sekaligus kreativitas tingkat tinggi.
Selain melatih kemampuan bercerita, komunitas seperti ini juga memberi ruang untuk mendapat pengalaman panggung yang nyata. Dengan tampil di depan orang banyak, mahasiswa terbiasa menghadapi rasa gugup sekaligus belajar menjaga fokus penonton. Cerita yang disampaikan di panggung akan terasa lebih hidup karena adanya interaksi langsung dengan audiens. Pengalaman ini sangat berharga untuk meningkatkan keterampilan storytelling sekaligus membangun rasa percaya diri.
Storytelling bukan keterampilan yang muncul begitu saja, tapi hasil dari latihan dan pengalaman yang terus dikumpulkan. Mahasiswa bisa memulainya dari hal-hal kecil seperti membaca, menulis, atau berdiskusi sebelum akhirnya mencoba tampil di panggung yang lebih besar. Setiap aktivitas akan memberi bekal berharga untuk memperkuat gaya bercerita masing-masing.
Dengan konsistensi, siapa pun bisa mengasah kemampuan storytelling sampai ke level yang memukau. Bukan cuma berguna di dunia kampus, tapi juga bermanfaat ketika sudah masuk dunia kerja atau kehidupan sosial yang lebih luas. Jadi, jangan ragu mencoba aktivitas-aktivitas ini dan nikmati proses belajar yang seru sekaligus penuh manfaat.