Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Harga Emas Naik Turun, Gak Stabil Tapi Dicari Terus

ilustrasi emas (pexels.com/Robert Lens)
Intinya sih...
  • Harga emas dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang, seperti dolar AS yang memengaruhi permintaan dan harga emas di pasar global.
  • Emas menjadi aset safe haven saat inflasi tinggi, ketidakpastian ekonomi, dan konflik geopolitik, meningkatkan permintaan dan harga emas.
  • Suku bunga acuan bank sentral juga memengaruhi harga emas, dengan suku bunga tinggi menurunkan minat investor pada emas, dan sebaliknya.

Emas selalu punya daya tarik tersendiri. Meski harganya fluktuatif, logam mulia ini tetap jadi andalan banyak orang sebagai bentuk perlindungan nilai. Tapi pernah gak sih kamu bertanya-tanya, kenapa harga emas bisa naik turun seolah tanpa pola yang jelas? Ternyata, ada beberapa faktor utama yang memengaruhi pergerakan harga emas di pasar global.

Dari nilai tukar mata uang sampai ketegangan geopolitik, banyak hal yang bisa bikin harga emas berubah dalam waktu singkat. Nah, biar kamu gak cuma jadi penonton, tapi juga paham dinamika pasar, yuk kita bahas satu per satu lima alasan utama kenapa harga emas gak pernah benar-benar stabil, tapi tetap jadi incaran banyak orang.

1. Pengaruh nilai tukar dolar AS

ilustrasi uang dollar (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Harga emas global dihitung dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (USD), sehingga pergerakan dolar sangat memengaruhi harga emas. Saat dolar melemah, harga emas biasanya naik karena emas jadi lebih murah untuk investor internasional. Efek ini meningkatkan permintaan emas dan otomatis mendorong harganya naik. Sebaliknya, saat dolar menguat, harga emas bisa turun karena menjadi relatif lebih mahal bagi pembeli dari luar AS.

Contohnya, ketika ada kebijakan moneter dari Federal Reserve yang membuat dolar menguat, harga emas sering terkoreksi. Ini menunjukkan betapa sensitifnya emas terhadap nilai tukar. Jadi, jika kamu sedang mempertimbangkan beli emas, pantau juga kurs dolar. Meski terlihat tidak berhubungan langsung, fluktuasi mata uang ini punya dampak besar pada harga logam mulia tersebut.

2. Inflasi dan ketidakpastian ekonomi

ilustrasi tagihan yang mahal (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Alasan utama orang memburu emas adalah karena sifatnya sebagai safe haven atau tempat berlindung ketika situasi ekonomi tidak menentu. Saat inflasi tinggi, nilai mata uang menurun, dan emas menjadi aset yang relatif lebih stabil. Karena emas tidak bisa "dicetak" seperti uang, maka nilainya cenderung bertahan, bahkan meningkat saat inflasi melambung tinggi.

Selain inflasi, ketidakpastian ekonomi seperti resesi, krisis keuangan global, hingga konflik geopolitik juga mendorong investor lari ke emas. Dalam situasi genting, banyak orang memilih mengamankan kekayaannya dalam bentuk emas ketimbang investasi berisiko tinggi seperti saham. Akibatnya, permintaan emas melonjak dan harga pun ikut terdongkrak.

3. Suku bunga dari bank sentral

ilustrasi bank sentral (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Suku bunga acuan yang ditetapkan bank sentral, seperti Federal Reserve di Amerika Serikat, juga sangat memengaruhi harga emas. Saat suku bunga tinggi, instrumen keuangan seperti deposito dan obligasi menawarkan imbal hasil yang lebih menarik. Karena emas tidak memberikan bunga atau dividen, investor cenderung menjual emas dan pindah ke aset berbunga, sehingga harga emas cenderung turun.

Namun, ketika suku bunga diturunkan, kondisi berbalik. Imbal hasil dari aset berbunga menurun, sehingga emas kembali menarik sebagai aset pelindung nilai. Fenomena ini terlihat jelas saat pandemi COVID-19 melanda, di mana suku bunga global diturunkan dan harga emas melonjak drastis karena investor berbondong-bondong mencari tempat aman.

4. Permintaan perhiasan dan industri

ilustrasi perhiasan emas (pexels.com/David Rial Buggs Jr.)

Banyak yang lupa kalau emas bukan hanya untuk investasi, tapi juga punya peran penting dalam industri dan budaya. Di negara seperti India dan Tiongkok, permintaan emas sebagai perhiasan melonjak setiap musim pernikahan atau festival tradisional. Permintaan musiman ini bisa memberikan dorongan kuat terhadap harga emas, terutama di kuartal tertentu dalam setahun.

Selain untuk perhiasan, emas juga digunakan di sektor teknologi, seperti dalam pembuatan ponsel, semikonduktor, hingga perangkat medis. Ketika sektor-sektor ini tumbuh, permintaan industri terhadap emas ikut meningkat, sehingga bisa mendorong harga naik. Jadi, fluktuasi harga emas tak hanya bergantung pada investor, tapi juga pada bagaimana masyarakat dan industri mengonsumsinya.

5. Ketersediaan dan produksi emas

ilustrasi produksi emas batangan (pexels.com/Michael Steinberg)

Pasokan emas di pasar global juga sangat menentukan harga. Emas bukan komoditas yang mudah diperoleh proses penambangan memerlukan waktu panjang, biaya tinggi, dan seringkali berisiko tinggi. Jika terjadi gangguan di tambang-tambang besar, baik karena bencana alam, kebijakan pemerintah, atau konflik lokal, pasokan bisa terganggu. Ketika pasokan menurun tapi permintaan tetap tinggi, harga emas otomatis naik.

Sebaliknya, jika ada peningkatan produksi atau penemuan cadangan emas baru, pasokan bisa bertambah dan menekan harga. Teknologi penambangan baru juga bisa membuat produksi lebih efisien, yang berpotensi membuat harga turun jika permintaan tidak naik sebanding. Karena itu, selain faktor keuangan, aspek fisik dan logistik dalam industri tambang juga memainkan peran besar dalam menentukan arah harga emas.

Meskipun harga emas terus naik turun, logam mulia ini tetap jadi andalan banyak orang. Entah untuk investasi jangka panjang, pelindung nilai, atau sekadar tabungan masa depan, emas selalu punya tempat istimewa. Fluktuasi harga justru jadi peluang bagi mereka yang paham dan siap mengambil keputusan cerdas.

Dengan memahami lima faktor di atas, kamu bisa lebih bijak dalam menyikapi pergerakan harga emas. Jadi, bukan hanya ikut-ikutan beli saat ramai, tapi benar-benar tahu kapan saat yang tepat untuk ambil posisi. Gak stabil? Iya. Tapi itulah sisi menarik dari emas selalu dicari, meski penuh dinamika.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us