TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Hal yang Harus Dihindari agar Tidak Menghambat Kecerdasan Anak

Orangtua wajib tahu

ilustrasi anak menulis (unsplash.com/Jason Sung)

Anak-anak adalah harapan bangsa. Mereka adalah generasi penerus yang akan membawa perubahan dan kemajuan di masa depan. Oleh karena itu, orangtua dan guru harus mendukung dan mendorong anak-anak untuk mengembangkan kecerdasan mereka sejak dini.

Kecerdasan anak tidak hanya ditentukan oleh faktor keturunan atau bakat alam, tetapi juga oleh faktor lingkungan, pendidikan, dan pola asuh. Sayangnya, ada beberapa hal yang sering dilakukan oleh orangtua atau guru yang malah bisa bikin anak jadi kurang cerdas. Berikut lima hal yang harus dihindari orangtua agar tidak menghambat kecerdasan anak.

Baca Juga: 5 Mental Block yang Bisa Menghambat Hidupmu, Bikin Stuck!

1. Memuji kecerdasan atau bakat anak secara berlebihan

ilustrasi anak menggambar (unsplash.com/Gabe Pierce)

Siapa sih yang tidak suka dipuji? Pujian memang bisa membuat kita merasa senang, bangga, dan percaya diri. Tapi, tahukah kamu bahwa memuji kecerdasan atau bakat anak terus-terusan bisa berdampak buruk bagi perkembangan mereka? Menurut seorang ahli psikologi dari Universitas Stanford, Carol S. Dweck, memuji kecerdasan atau bakat anak terus-terusan bisa membuat mereka memiliki “mindset statis”, yaitu pola pikir yang menganggap bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang sudah ditentukan sejak lahir dan tidak bisa berubah. Anak-anak dengan mindset statis cenderung takut gagal, malas belajar, dan tidak mau mencoba hal-hal baru, karena mereka merasa bahwa hal-hal tersebut bisa merusak citra diri mereka.

Nah, daripada memuji kecerdasan atau bakat anak terus-terusan, lebih baik orangtua atau guru memuji proses belajar anak, seperti usaha, strategi, atau kemajuan yang mereka capai. Hal ini bisa membentuk “mindset berkembang”, yaitu pola pikir yang menganggap bahwa kecerdasan atau bakat adalah sesuatu yang bisa ditingkatkan melalui belajar dan latihan. Anak-anak dengan mindset berkembang cenderung suka tantangan, belajar dari kesalahan, dan berusaha keras untuk mencapai tujuan mereka. 

Baca Juga: 7 Makanan Otak, Bisa Meningkatkan Kecerdasan dan Fokus

2. Mengabaikan pengaruh teknologi pada anak

ilustrasi anak bermain ponsel (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Teknologi sudah menjadi bagian dari hidup kita sehari-hari. Apalagi di era digital seperti sekarang ini, teknologi semakin canggih dan berkembang pesat. Salah satu teknologi yang sedang naik daun adalah kecerdasan buatan (AI), yaitu sistem komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang biasanya membutuhkan kemampuan manusia, seperti berbicara, mengenali wajah, atau bermain catur.

AI bisa memberikan banyak manfaat bagi pendidikan dan kesehatan anak, tetapi juga bisa membawa banyak risiko bagi privasi dan keselamatan mereka. Orangtua atau guru harus waspada dan bertanggung jawab dalam mengawasi dan membimbing anak-anak dalam menggunakan teknologi, serta mengajarkan mereka tentang etika dan tanggung jawab digital.

Salah satu cara untuk melindungi anak-anak dari pengaruh buruk AI adalah dengan mengatur penggunaan teknologi secara bijak. Orangtua atau guru bisa menetapkan batas waktu, jenis, dan konten teknologi yang boleh diakses oleh anak-anak. Selain itu, orangtua atau guru juga harus mengedukasi anak-anak tentang cara mengenali dan melaporkan konten atau perilaku yang tidak pantas, menyesatkan, atau berbahaya di internet.

3. Menyuruh anak belajar tanpa memberikan alasan

ilustrasi memarahi anak (pexels.com/RDNE Stock project)

Anak-anak seringkali merasa bosan atau tidak tertarik dengan pelajaran yang diberikan di sekolah atau di rumah. Hal ini bisa mengurangi motivasi dan prestasi belajar mereka. Untuk mengatasi hal ini, orang tua atau guru harus memberikan alasan mengapa anak-anak perlu belajar sesuatu. Alasan ini harus relevan dengan minat, tujuan, atau kebutuhan anak-anak.

Misalnya, jika anak-anak sedang belajar matematika, orangtua atau guru bisa menjelaskan bahwa matematika berguna untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, yang bisa membantu mereka dalam menyelesaikan masalah di kehidupan sehari-hari. Atau jika anak-anak sedang belajar bahasa asing, orangtua atau guru bisa menjelaskan bahwa bahasa asing bisa membuka peluang untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai budaya dan negara.

4. Memberikan hukuman atau ancaman kepada anak

ilustrasi memarahi anak (pexels.com/Monstera)

Hukuman atau ancaman seringkali digunakan oleh orangtua atau guru sebagai cara untuk mendisiplinkan atau memotivasi anak-anak. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hukuman atau ancaman bisa berdampak negatif pada kecerdasan anak. Hukuman atau ancaman bisa menimbulkan rasa takut, stres, atau marah pada anak-anak, yang bisa mengganggu proses belajar dan menghambat perkembangan otak mereka. Hukuman atau ancaman juga bisa merusak hubungan antara anak-anak dengan orangtua atau guru, yang bisa mengurangi rasa percaya diri dan kepercayaan anak-anak.

Sebagai gantinya, orangtua atau guru sebaiknya memberikan penguatan positif kepada anak-anak, yaitu memberikan pujian, hadiah, atau penghargaan atas perilaku atau prestasi yang baik. Penguatan positif bisa meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kesejahteraan anak-anak, yang bisa mendukung proses belajar dan perkembangan otak mereka. Penguatan positif juga bisa memperkuat hubungan antara anak-anak dengan orangtua atau guru, yang bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kepercayaan anak-anak.

Baca Juga: 5 Tanda Anak Memiliki Kecerdasan Superior, Orang Tua Wajib Tahu!

Verified Writer

Muhamad Aldifa

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya