TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Sikap Toxic yang Sering Tidak Kita Sadari Ada di Dalam Diri Kita

Berubah, yuk jadi lebih baik dan lebih bijaksana lagi!

customerthink.com

Sikap toxic adalah sikap yang tidak bagus bagi kesehatan mental dalam pergaulan sosial kita sehari-hari. Sikap toxic ini bermacam-macam mulai dari selalu berpikiran negatif, memberikan komentar negatif pada orang lain, membuat orang lain merasa tidak percaya diri, dan lain-lain. Maka, sikap ini bukan hanya merugikan orang lain namun juga merugikan diri sendiri.

Oleh karena itu, sebelum mendarah-daging menjadi karakter, maka sebaiknya kita cepat mengubah sikap toxic yang kita miliki. Ada banyak sikap toxic yang sering kita temui, namun ada pula yang sering tidak kita sadari ada di dalam diri kita.  Apa saja itu? Mari simak uraian di bawah ini.

1. Menganggap orang lain bodoh hanya karena kita tahu hal yang mereka tidak tahu

psychcompany.com

Dalam pergaulan sehari-hari, mungkin kita sering menyebut orang lain bodoh ketika tidak mengetahui sesuatu. Padahal, orang itu bisa saja mengetahui hal-hal lain yang kita tidak ketahui. Intinya, setiap orang memiliki minta, bacaan, tontonan, dan lingkup pergaulan yang berbeda sehingga wawasan pun bisa berbeda.

Selain itu, berwawasan luas bukanlah satu-satunya faktor untuk menyebut seseorang cerdas. Beberapa orang tidak memiliki wawasan luas, tapi memiliki kepekaan sosial dan lingkungan yang tinggi. Pada intinya, setiap orang memiliki kelebihannya masing-masing sehingga kita tidak seharusnya menganggap rendah orang lain.

Baca Juga: 5 Hal Toxic Ini Terjadi Bila Kamu Tak Pernah Mencintai Diri Sendiri

2. Menganggap orang lain lemah hanya karena mereka gagal melalui masalah mereka dengan baik

pairedlife.com

Ketika mendengar orang lain mengalami masalah hingga berujung depresi atau mencari pelarian lain, ada yang langsung berpikiran bahwa orang itu lemah. Bahkan ketika mendengar kasus bunuh diri, orang-orang langsung menganggap bahwa orang tersebut lemah menghadapi masalah. Tidak dipungkiri bahwa kesadaran tentang “mental illness” memang masih sangat rendah di Indonesia.

Terlebih lagi, kita tidak benar-benar tahu masalah apa yang mereka hadapi. Jikapun kita tahu dan langsung menilai bahwa itu masalah ringan, bukan berarti mereka memiliki lingkungan dan pemikiran yang sama dengan kita. Maka tidak seharusnya kita mencap mereka sebagai orang yang lemah.

3. Tidak mau mendengar perspektif orang lain karena merasa diri paling benar

verywellmind.com

Perbedaan pendapat adalah hal yang sangat sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Perbedaan yang diterima dan dikelolah dengan baik dapat menguntungkan sebab bisa memperkaya perspektif. Sayangnya, banyak yang tidak bisa menerima perbedaan pendapat dan merasa diri paling benar.

Padahal bisa saja kedua perspektif itu mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Maka hal ini justru baik untuk kehidupan bermasyarakat, sebab mencerminkan kebebasan dan kemajemukan. Jika pun ternyata salah satu perspektif itu salah, maka dapat didiskusikan dengan baik dimana letak kesalahannya.

4. Mengukur segala sesuatu dari diri sendiri sehingga tidak melihat permasalahan yang mungkin terjadi pada orang lain

unsplash/Etienne Boulanger

Terkadang dengan tidak sadar kita membuat orang lain tertekan karena kita mengukur segala sesuatu dari diri sendiri. Contohnya, kita menilai orang lain malas Karen atidak bisa mengikuti kerja kelompok. Padahal, bisa saja hidup mereka dipenuhi masalah dan mereka sedang berjuang menyelesaikannya.

Hal ini bisa saja jadi cerminan bahwa kita kurang melihat dunia luar dan mendengar cerita-cerita orang lain. Jika kita membuka hati dan mata untuk melihat bahwa setiap orang memiliki cerita hidupnya masing-masing, maka mungkin kita akan lebih peka terhadap penderitaan orang lain.

Baca Juga: Stop Toxic Positivity, Lakukan 6 Hal ini Saat Sahabat Curhat Padamu

Verified Writer

Resty

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya