Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

3 Khutbah Salat Jumat 27 Desember 2024, Husnudzon kepada Allah!

ilustrasi ayah dan anak salat berjamaah (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi ayah dan anak salat berjamaah (pexels.com/Timur Weber)
Intinya sih...
  • Khutbah Jumat adalah ceramah ibadah umat islam sebelum salat Jumat, dengan tema membangun dan memotivasi para jemaah.
  • Pendidikan dan jihad sangat penting dalam Islam, sebagai kunci kesuksesan masa depan dan warisan yang harus diberikan kepada generasi selanjutnya.
  • Bersyukur kepada Allah, meningkatkan ketakwaan, sabar, dan ikhlas dalam beribadah merupakan hal penting yang disampaikan dalam khutbah Jumat.

Khutbah Jumat adalah kegiatan ibadah umat islam berupa ceramah yang disampaikan oleh khatib sebelum salat Jumat. Dalam menyampaikan khutbah jumat, khatib memiliki banyak tema mengenai khutbah ini.

Tema yang dipilih haruslah bersifat membangun, memotivasi, dan membuat para jemaah salat jumat bisa merenungi isi atau inti dari khutbah tersebut. Nah, yuk, simak tiga khutbah Jumat di bawah ini. Tambah keimananmu!

1. Pendidikan sebagai kunci dalam menggapai impian

ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi belajar (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pendidikan adalah kunci dari segala sesuatu. Barang siapa yang menjadikan pendidikan sebagai investasi masa depan, maka ia telah mendapatkan kunci kesuksesan untuk meraih segala sesuatu. Dengan pendidikan, seseorang bisa membuka jendela dunia seluas-luasnya dan menggapai apa saja yang diinginkannya.

Syekh Wahbah al-Zuhaili dalam kitab at-Tafsirul Munir, juz 11, halaman 77 menjelaskan, bahwa jihad dan pendidikan adalah dua hal yang sangat penting karena keduanya berstatus hukum fardu kifayah. Artinya, bahwa bagi setiap bangsa harus ada orang-orang yang memperhatikan ketahanan bangsa dari segi kekuatan militer dan keunggulan pendidikan.

Terdapat bukti bahwa Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan pendidikan, sekaligus bukti bahwa Islam sangat memerangi buta huruf atau kebodohan. Informasi ini sangat sesuai fakta bahwa wahyu pertama yang diterima Nabi adalah perintah untuk membaca dalam surat al-‘Alaq, ayat 1-4:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Mahamulia. yang mengajar (manusia) dengan pena.”

Pendidikan adalah warisan yang harus diberikan kepada generasi lanjut. Pendidikan lebih berharga dari pada harta. Warisan harta akan habis dimakan waktu, sedangkan warisan ilmu akan terus berkembang seiring zaman.

Semoga bangsa kita menjadi bangsa yang unggul dalam aspek pendidikan, sehingga dapat menggapai kemajuan di seluruh bidang, sampai tercipta Indonesia Emas di tahun 2045. Semoga kita bisa menginvestasikan pendidikan bagi anak-anak kita, sehingga mereka akan menjadi penerus yang unggul. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

2. Empat hal agar amal ibadah diterima Allah SWT

Ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock project)
Ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock project)

Menjadi keniscayaan bagi kita untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT atas karunia nikmat yang tidak bisa kita hitung satu persatu dalam kehidupan di dunia ini. Semua ini harus disyukuri agar senantiasa ditambah oleh Allah, bukan malah dikufuri sehingga nikmat ini akan dicabut dan diganti dengan siksa yang pedih. 

Selawat serta salam juga harus kita sampaikan kepada suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk kepada kita bagaimana menjalani dan melaksanakan misi hidup dengan baik. Melalui firman Allah yang disampaikan kepada beliaulah, kita tahu bahwa tujuan diciptakannya kita ke dunia ini hanyalah untuk beribadah kepada Allah.  

Tugas kita beribadah di dunia ini harus kita perkuat dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah agar kita senantiasa berada pada jalur yang benar sesuai syariat-Nya. Mari kita kuatkan ketakwaan ini dengan sekuat tenaga menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam Kitab Tanbighul Ghafilin, Syaikh Abi Laits As Samarqandy menyebutkan, bahwa ada 4 hal yang harus kita perhatikan agar amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Pertama adalah memiliki ilmu. Ilmu menjadi hal yang sangat penting dalam beribadah karena tanpa ilmu kita tidak akan dapat beribadah dengan benar.

Tanpa ilmu, ibadah yang kita lakukan bisa jadi keluar dari garis syariat yang telah ditentukan. Semisal saat kita akan melaksanakan salat, kita harus memiliki ilmu tentang syarat dan rukunnya. Ketika kita akan berpuasa, kita harus memiliki ilmu tentang kapan waktu berpuasa dan apa saja yang bisa membatalkannya. Jika kita beribadah tanpa ilmu, bisa saja shalat dan puasa kita batal sehingga tidak diterima Allah SWT.

Kedua adalah niat yang benar. Dalam melakukan amal ibadah di dunia, niat menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Niat menjadi penentu apakah ibadah kita memiliki nilai atau tidak di sisi Allah. Amal ibadah kita bisa diibaratkan seperti angka nol. Berapa pun angka nol yang berjajar, tak akan memiliki nilai kecuali di depan deretan nol tersebut kita awali dengan angka selain nol. Angka yang bernilai itulah yang dinamakan niat. Jika kita memiliki angka nol sebanyak enam dan diawali dengan angka 1, maka nilai satu juta yang akan kita dapatkan.

Selanjutnya yang ketiga adalah sabar dalam menjalani proses. Amal ibadah yang kita lakukan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Semuanya memerlukan proses yang didalamnya akan dijumpai dinamika seperti godaan dan sejenisnya. Sabar menjadi kunci agar kita senantiasa istiqamah dalam beribadah dan meraih kesuksesan.

Keempat adalah Ikhlas. Kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa amal ibadah yang kita lakukan harus ikhlas karena Allah SWT. Bukan karena hal-hal lain seperti ingin dilihat, dipuji, dan mendapatkan imbalan dari manusia. Dalam kitab Risalah Al Qusyairiyah disebutkan, bahwa ikhlas adalah melakukan sesuatu hanya karena Allah, bukan karena manusia yang artinya:

“Ikhlas adalah memurnikan diri kepada Allah dari pandangan makhluk."

3. Buah kesabaran dan berbaik sangka kepada Allah SWT

ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi berdoa (pexels.com/RDNE Stock project)

Marilah kita senantiasa menambah syukur atas segala nikmat dan anugerah yang telah Allah berikan kepada kita semua. Nikmat sekecil apa pun. Kita kadang lupa bersyukur dan lupa berzikir kepada Allah di saat kita justru diberikan nikmat. Sebaliknya, kita sering kali ingat dan tak henti-hentinya memohon pertolongan Allah di saat kita dalam keadaan tidak baik-baik saja, terjepit dalam masalah-masalah yang dihadapi, dalam keadaan sakit, dan sebagainya.

Manusia hidup dengan aneka cobaannya. Tidak mungkin manusia selalu diam, tenang, dimudahkan menggapai segala yang diingini, dan seterusnya. Sepanjang diberikan kesempatan hidup di dunia, pada saat itu pula manusia menemukan tantangan dan cobaannya.

Artinya, kita harus selalu siap dengan situasi dan kondisi yang menimpa. Karena itu, kita harus punya bekal yang cukup dan mental yang kuat. Prinsipnya adalah semua situasi yang kita hadapi tidak sampai mengurangi syukur kita kepada Allah SWT, kualitas ibadah kita, dan tidak juga mengurangi upaya kita dalam berbuat baik kepada sesama. Nah, apa bekalnya? Di antaranya, yaitu kesabaran dan tetap berbaik sangka kepada Allah SWT.

Pada kondisi kita sedang kurang baik-baik saja, misalnya dalam keadaan sakit, atau tengah dicoba dengan situasi sulit, tidak berarti kita kehilangan potensi menggapai pahala dan rida Allah SWT. Apalagi di saat kita dalam situasi yang normal. Allah SWT berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 10 berikut ini:

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan dipenuhi pahala mereka tanpa hitungan.”

Yakinlah, Allah adalah Zat yang maha baik. Setiap kali musibah yang menimpa kepada kita, ada tujuan baik di baliknya. Oleh karena itu, kita harus selalu berbaik sangka kepada Allah bahwa apa yang menimpa kita merupakan suratan takdir ilahi. Dan boleh jadi, musibah dan rasa sakit adalah wasilah supaya kita diangkat derajat dan martabatnya di sisi Allah ta’ala dengan dihapuskannya dosa-dosa.

Sabar atas ujian Allah SWT dan berbaik sangka kepada-Nya bukan berarti kita berdiam diri tanpa melakukan apa-apa. Pasrah atau tawakal hendaknya diposisikan di akhir setelah kita berupaya sekuat tenaga bangkit dari musibah atau cobaan itu, dan tentu saja diiringi dengan usaha batin dengan terus berdoa kepada Allah. Kita yakin bahwa Allah SWT Maha Kuasa, mampu mengubah apa pun sesuai kehendak-Nya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Alma Salsabilla
EditorAlma Salsabilla
Follow Us