Bagaimana Menjalankan Ibadah Puasa di Negeri Tanpa Malam?

Bulan suci ramadhan, bulan yang dinanti-nantikan seluruh umat muslim di dunia ini telah tiba. Semua orang berlomba-lomba mengumpulkan pahala yang dilipatgandakan. Di Indonesia sendiri menjalankan ibadah puasa tergolong tidak sulit. Selain suasana yang mendukung, waktu berpuasa pun tergolong stabil dari tahun ke tahun.
Tahun ini bulan ramadhan jatuh pada akhir Mei dan berakhir di bulan Juni. Ini artinya dibelahan bumi lain yaitu di negara-negara Eropa, umat muslim menjalankan ibadah puasa di musim panas yang waktu siangnya lebih lama dibandingkan dengan waktu malam. Lalu, bagaimana dengan umat islam yang tinggal di daerah yang tidak merasakan malam selama musim panas seperti di negara Islandia, Finlandia dan Norwegia?
Di bulan ramadhan ini, azan subuh di Islandia tepatnya di kota Reykjavik berkumandang sekitar jam 2 pagi, azan maghrib mulai setengah 12 malam dan di akhir ramadhan di jam 12 malam. Sedangkan waktu isya jam setengah satu dan di akhir-akhir ramadhan jam satu malam. Terlihat sangat berkejar-kejaran dengan waktu. Mulai dari buka puasa, waktu solat maghrib yang sangat dekat dengan solat isya dan waktu tarawih yang juga sempit. Lalu mereka harus berkejaran lagi dengan waktu subuh dan mungkin mereka belum terlalu lapar untuk kembali makan sebelum waktu imsak tiba.
Masalah lainnya adalah soal kesanggupan dan kekuatan fisik mereka yang menjalankan ibadah puasa lebih dari 20 jam. Belum lagi faktor cuaca yang sedang panas-panasnya dan tidak ada keringanan waktu bekerja karena memang mereka tinggal di negara non muslim. Dan di musim ini orang-orang pada umumnya lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah menikmati matahari sambil menikmati ice cream ataupun makanan-makanan khas musim panas lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan yang sangat besar bagi umat muslim yang menjalankan ibadah puasa.