5 Bahaya Kecanduan Paylater, Jangan sampai Terlena!

Di era digital saat ini, layanan paylater semakin populer di kalangan masyarakat. Berbagai platform marketplace berlomba menghadirkan sistem pembayaran semacam ini. Paylater sendiri adalah layanan transaksi yang memungkinkan konsumen membeli barang tanpa membayar di muka.
Meski tak memiliki kartu kredit, mereka bisa mencicil barang yang diinginkan. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada beberapa risiko yang perlu kamu waspadai jika terlalu sering menggunakan paylater. Berikut lima bahaya kecanduan paylater yang dapat mengganggu kondisi keuangan dan kehidupan seseorang secara umum.
1. Utang menumpuk tanpa disadari

Berutang tak selamanya buruk, asal digunakan untuk tujuan yang produktif seperti modal usaha yang bisa menguntungkan. Namun sebaiknya hindari berutang untuk hal konsumtif. Misalnya membeli barang yang viral karena FOMO (Fear of Missing Out), padahal kamu tidak benar-benar membutuhkannya.
Sayangnya, kehadiran paylater bisa membuat seseorang kecanduan belanja berkat kemudahan yang ditawarkannya. Banyak orang merasa terdorong untuk membeli banyak hal karena bisa langsung checkout meski saldo rekening tak memadai. Tanpa disadari utang menumpuk dan menjadi beban finansial yang berat, apalagi kalau bunganya tinggi.
2. Berdampak negatif pada skor kredit

Semakin besar utang yang dimiliki, semakin banyak pula uang yang harus dikeluarkan untuk melunasinya. Jika pendapatan terbatas sementara kebutuhan terus meningkat, ini bisa menjadi masalah. Seseorang mungkin akan kesulitan membayar tagihan paylater yang tiap hari kian menggunung.
Keterlambatan atau kegagalan dalam membayar tagihan paylater bisa berdampak negatif pada skor kreditmu. Skor kredit yang rendah bisa menyulitkan proses aplikasi pinjamanmu di masa depan, misalnya untuk modal usaha, membeli rumah, atau kendaraan. Riwayat kredit yang buruk juga bisa menyulitkanmu mendapatkan pekerjaan, lho!
3. Memicu cemas dan stres berkepanjangan

Terlalu banyak berurusan dengan utang dan masalah keuangan bisa menyebabkan stres berkepanjangan. Hal ini dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Lebih lanjut, gangguan mental juga bisa berdampak pada gejala fisik, seperti pusing, sesak napas, maag, hingga aritmia (denyut jantung tidak normal).
Hal ini sangat berbahaya, karena dapat mengganggu produktivitas sehari-hari. Seseorang jadi kesulitan berkonsentrasi sehingga pekerjaannya tidak dapat diselesaikan dengan baik. Kalau sakit, dia juga harus mengambil cuti sehingga memengaruhi penilaian kerjanya di kantor.
4. Ada denda jika terlambat membayar

Paylater sering kali disertai dengan biaya bunga dan denda jika pembayarannya terlambat. Biaya ini bisa meningkat dengan cepat dan mengakibatkan jumlah yang harus dibayar melambung tinggi dari jumlah awal. Kalau sudah begini, seseorang bisa terjebak dalam siklus gali lubang tutup lubang, di mana ia mencari pinjaman untuk menutup biaya pinjaman yang lain. Lama kelamaan, utang yang dimiliki membesar tak terkendali.
5. Menghambat pertumbuhan keuangan

Jika terlalu bergantung pada paylater, kamu mungkin akan kesulitan untuk menabung atau berinvestasi. Ketika sebagian besar penghasilan digunakan untuk membayar utang paylater, ruang untuk mengembangkan kekayaan menjadi sangat terbatas. Padahal, di usia muda, seharusnya kamu fokus untuk menyiapkan masa depan keuangan yang lebih stabil.
Paylater memang memberikan kemudahan, tapi dampaknya bisa sangat merugikan jika tidak digunakan dengan bijak. Kesadaran dan perencanaan keuangan yang baik dapat membantu menghindari bahaya yang mungkin timbul dari kecanduan paylater. Terpenting, kendalikan diri dan hindari sikap konsumtif agar kesehatan keuangan terjaga dengan baik.