Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Diva Plavalaguna)
ilustrasi seorang pria (pexels.com/Diva Plavalaguna)

Intinya sih...

  • Tidak disiplin- Prinsip lebih baik terlambat daripada tidak membuat sulit berdisiplin.- Kecenderungan perilaku ngawur dan menimbulkan kekecewaan orang lain.

  • Melewatkan kesempatan terbaik- Prinsip tersebut membuat momen terlewat dan artikel dianggap basi.- Waktu terbit dari momen emas, rendah minat pembaca.

  • Dinilai orang lain gak niat- Tepat waktu menunjukkan antusiasme dan tekad kuat.- Datang menjelang acara berakhir dinilai setengah hati.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Saking seringnya kamu mendengar kalimat lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, itu juga menjadi prinsipmu. Memang ada kalanya kalimat tersebut benar. Namun, kalau kalimat lebih baik telat ketimbang gak dijadikan senjata di segala situasi malah berbahaya.

Kalimat tersebut terdengar sebagai pembelaan diri yang sia-sia. Ujaran itu semestinya cukup dijadikan penyemangat saat keadaan benar-benar memaksamu terlambat. Bukan lantas seperti permintaan agar semua orang memaklumimu.

Selalu berdalih masih mending telat daripada sama sekali tidak akan merugikan diri sendiri. Orang lain yang berurusan denganmu juga dapat kecewa sampai kesal. Stop sedikit-sedikit kamu mengatakannya bila tak ingin menjadi seperti di bawah ini.

1. Tidak disiplin

ilustrasi tidur (pexels.com/Ron Lach)

Sebagai contoh soal kuliah atau kehadiran di tempat kerja. Dengan prinsipmu lebih baik terlambat daripada sama sekali tidak, malah kamu tambah sulit berdisiplin. Kalimat itu dijadikan penghiburan setiap sebetulnya hatimu merasa gak enak karena telat.

Malah ada kecenderungan tambah lama perilaku tambah ngawur. Bila semula kamu cuma terlambat hadir 5 menit misalnya, lama-lama menjadi 10, 15, bahkan 30 menit. Teguran orang seperti apa pun akan selalu dimentahkan olehmu.

Kalimat sakti lebih baik kamu terlambat daripada tidak dilontarkan. Bila dirimu gak mau tambah malas, lupakan kalimat tersebut. Ganti dengan lebih baik tepat waktu bahkan datang lebih awal ketimbang telat.

2. Melewatkan kesempatan terbaik atau telat momen

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Andres Ayrton)

Contoh simpel, kamu penulis artikel. Ada kalanya dirimu menulis jenis artikel yang gak mudah basi. Ada juga waktunya kamu mesti menulis artikel yang memanfaatkan momen tertentu. Misalnya, artikel terkait HUT RI.

Seharusnya dirimu mulai mengerjakan dan mengirimkannya 1 atau 2 minggu sebelum 17 Agustus. Dengan demikian, momennya pas. Artikelmu bisa terbit mendekati 17 Agustus, tepat, atau 1 sampai 3 hari setelahnya.

Namun, prinsipmu yang lebih baik terlambat daripada gak sama sekali membuatmu baru mengirimkannya 16 Agustus. Itu pun sudah malam. Sulit untuk artikelmu langsung terbit keesokannya. Padahal tambah lama waktu terbit dari momen emasnya, tambah rendah pula minat pembaca. Artikelmu dianggap basi.

3. Dinilai orang lain gak niat

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Роксана Бондаренко)

Misalnya, ketika kamu mendapatkan undangan sebuah acara. Sekadar datang punya arti yang berbeda. Kalau dirimu datang tepat sesuai waktu dalam undangan, artinya kamu sangat antusias.

Walaupun dirimu juga punya kesibukan, tapi sudah meluangkan waktu demi tiba tepat jadwal. Lain dengan bila kamu baru hadir menjelang acara berakhir. Pihak yang mengundang mungkin menilaimu memang setengah hati buat datang.

Apa pun alasanmu belum tentu bisa mengubah penilaian mereka. Walau soal niat sangat pribadi, tapi orang lain bisa membacanya dari caramu berbuat. Tunjukkan kuatnya tekadmu dengan gak hobi telat dalam hal apa pun.

4. Sulit memperbaiki diri

ilustrasi seorang pria (pexels.com/Antoni Shkraba Studio)

Soal kesalahan dan permintaan maaf, misalnya. Biasanya butuh waktu berapa lama untukmu mau meminta maaf? Makin lama itu terlaksana, makin sulit untukmu memperbaiki diri.

Kamu harus dikejar-kejar rasa gak nyaman di hati dan tekanan orang lain dulu baru akhirnya minta maaf. Lagi-lagi, dalihmu lebih baik masih mau minta maaf ketimbang tidak pernah. Namun, panjangnya masa tunda menandakan kamu lambat menyadari kesalahan diri.

Itu sama artinya perbaikan diri juga tidak terjadi dalam waktu cepat. Bahkan kalau permintaan maafmu cuma formalitas, sudah telat tetap gak ada kesadaran dari hati. Bagi orang lain, lamanya kamu meminta maaf dapat menjadi kesalahan kedua.

5. Ngajak orang agar sama leletnya denganmu

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/Alexandru Cojanu)

Kamu juga akan memberikan pengaruh yang buruk untuk orang-orang di sekitarmu. Dengan kesukaanmu berdalih lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, tentu kamu termasuk lelet. Dalam hal apa saja, dirimu tidak bergegas.

Orang lain mungkin menyerah mendorongmu untuk lebih cekatan. Kamu sukar berubah. Ada juga orang yang pendiriannya lemah berujung menjadi pengikutmu. Dirimu menularkan kemalasan serta kelambanan pada mereka.

Tentu ini merugikan mereka selagi kamu senang punya banyak teman. Ketika mereka sadar dirimu kasih pengaruh negatif, lama-kelamaan bakal menjauh. Kalaupun kamu belum dapat memperbaiki diri, jangan mengajak orang melakukan hal yang kurang baik.

6. Terlalu toleran sampai dipermainkan orang

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/MART PRODUCTION)

Contoh situasinya, ada orang yang terus menunda pembayaran utangnya atau hakmu. Seharusnya kamu lebih tegas dalam mendesaknya. Namun, dirimu lemah dalam hal beginian. Saat akhirnya dia membayar lama kemudian, kamu berusaha menghibur diri sendiri.

Kalimat lebih baik terlambat daripada sama sekali ia tak membayar berputar-putar di benakmu. Akibatnya, rasa kapokmu pernah meminjaminya uang berkurang drastis. Kamu mau saja kembali kasih pinjaman pada orang yang sama.

Celakanya, dia melihat adanya peluang buat memanfaatkan sikap toleranmu yang kebablasan. Tambah lama, waktu pelunasannya tambah panjang dan gak jelas. Sampai suatu hari kamu sadar bahwa orang itu memang berniat membawa kabur uangmu.

Kalimat yang sebetulnya dimaksudkan agar orang tak mudah putus asa ini dapat berakibat buruk bila keliru konteks. Tidak setiap saat terlambat lebih baik daripada sama sekali gak melakukan sesuatu. Berusahalah untuk mencapai yang terbaik yaitu tak telat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team