Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Berhentilah Menjadi People Pleaser, Demi Kesehatan Jiwa di Masa Depan!

unsplash/priscilladupreez
unsplash/priscilladupreez

Pernahkah kamu merasa tidak enak ketika menolak permintaan orang lain? Mungkin bisa jadi kamu termasuk pada golongan people pleaser atau orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain. 

Menurut Leon F. Seltzer psikolog dari Evolution of the Self mengatakan people pleaser disebabkan oleh didikan keluarga. Orang tua selalu menuntut anak untuk menjadi orang baik tanpa menyadari bahwa anak ingin menjadi diri sendiri. Lantas, jika kita memiliki kebiasaan untuk selalu menyenangkan orang lain apa yang bisa kita lakukan?

1. Menyadari apa yang dilakukan

https://unsplash.com/@benwhitephotography
https://unsplash.com/@benwhitephotography

Berusaha menyenangkan orang lain dengan menolong orang lain merupakan hal yang berbeda. Berusaha menyenangkan orang lain merupakan tindakan menebak apa yang diinginkan dan diharapkan orang lain. Kita harus menyadari sedang berusaha menyenangkan orang lain.

Hal yang perlu dilakukan yaitu merenungkan apa yang akan dirasakan orang lain ketika kita menolong mereka dengan terpaksa hanya karena ingin dianggap sebagai penolong.

2. Harus bersikap tega

https://unsplash.com/@nadineshaabana
https://unsplash.com/@nadineshaabana

Orang dengan kecenderungan people pleaser selalu mengalami kesusahan saat mengatakan kata "tidak" ketika dimintai pertolongan. Mereka akan merasa tidak enak ketika menolak permintaan orang lain. Maka dari itu berlatihlah untuk bersikap tega kepada orang lain.

Bukan berarti tidak boleh menolong tetapi jika saat menolong orang lain kamu sedang tidak bisa dari segi waktu, tenaga ataupun materi maka jangan sungkan untuk mengatakan "tidak".

3. Mintalah bantuan orang lain

https://www.pexels.com/@punttim
https://www.pexels.com/@punttim

Seorang people pleaser akan merasa tidak percaya diri ketika meminta bantuan orang lain. Mereka tidak ingin terlihat lemah dan selalu bersikap baik-baik saja. Maka mulailah untuk meminta bantuan orang lain sebagaimana orang lain meminta bantuan kepada kita.

Jangan merasa tidak enak dan takut merepotkan asal meminta tolong dengan cara yang baik, tidak berlebihan serta dirasa orang tersebut cukup mempuni untuk menolong kita. Ketahuilah karena sejatinya manusia hidup tidak sendiri tetapi saling berkaitan. 

4. Tentutkan kemampuan diri

https://www.pexels.com/@startup-stock-photos
https://www.pexels.com/@startup-stock-photos

Setiap manusia memiliki kemampuan untuk berkembang dengan menjadi diri tanpa harus berpura-pura menjadi orang lain. Asah mental dan kepercayaan diri kamu untuk tampil apa adanya. Buatlah daftar pencapaian yang akan diraih serta cara melakukannya.

Mulai ikut komunitas-komunitas yang dirasa bisa mengembangkan diri kamu. Tentukan mana prioritas dan bukan prioritas untuk diri kamu ataupun yang berkaitan dengan orang lain.

5. Mulai batasi diri

https://www.pexels.com/@fauxels
https://www.pexels.com/@fauxels

Mulailah batasi dengan jelas ketika menolong orang lain. Misalkan ketika kamu dimintai tolong membantu mengerjakan tugas kuliah jelaskan bahwa kamu hanya bisa membantu menjelaskan maksud tugas dan memberikan referensi sumber tidak lebih dari itu.

Ketahuilah ketika kita membantu orang lain terus menerus secara tidak langsung akan membuat orang tersebut malas. Menolak permintaan orang lain pun bukan berarti membuat kamu menjadi egois dan arogan. Jangan takut untuk berdiskusi atau meminta masukan dari orang lain. 

Berhenti menjadi people pleaser memang tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu keyakinan diri yang kuat serta waktu yang lama. Perlu ditegaskan pada diri sendiri bahwa sampai kapanpun melakukan tindakan untuk menyenangkan orang lain tidak akan menemui titik kepuasan.

Bagaimanapun hal yang utama adalah kebahagian dan kesehatan mental kamu. Yuk segera sadari dan hentikan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
rafni Asriani
Editorrafni Asriani
Follow Us