Bolehkah Mendendam karena Kamu Pernah Hidup Susah? Ketahui Batasannya!

Ukuran hidup susah memang bisa berbeda-beda setiap orang. Kondisi yang paling ekstrem, misalnya, sampai makan pun sulit. Kalaupun dirimu bisa makan, soal nutrisi sama sekali tidak dipikirkan. Bahkan kondisi makanannya bisa kurang layak buat disantap, seperti hampir basi.
Makin minim perekonomianmu di masa lalu atau bahkan masih terjadi hingga sekarang, tentu ada ketakutan kalau-kalau hal serupa kembali atau terus terjadi. Ini dapat mencetuskan perasaan mendendam. Kamu ingin sekali membalik nasibmu agar menjadi jauh lebih baik. Dirimu berusaha melakukan segala cara supaya kesulitan serupa tak lagi menimpa.
Jika dilihat dari kata dendamnya saja pasti sudah mengesankan sesuatu yang negatif. Namun, mendendam karena dirimu pernah hidup sengsara agak berbeda dengan ingin membalas dendam pada seseorang. Lalu, sejauh mana kamu boleh mendendam lantaran pernah hidup susah? Cek batasannya berikut ini agar tak merugikan siapa pun.
1. Boleh jika tujuannya memotivasi kamu untuk memperbaiki nasib

Kamu harus tahu dan mengendalikan arah dendammu. Kalau dirimu mendendam pada kehidupan yang sulit secara finansial semata-mata biar tambah semangat dalam bekerja, silakan saja.
Kamu mungkin perlu mengingat-ingat seperti apa masa sengsaramu pada saat itu. Supaya dirimu termotivasi bekerja keras dan memiliki kehidupan yang lebih stabil.
Tanpa ada rasa dendam sedikit pun, kamu malah berpikir telah terbiasa hidup serba sulit. Alhasil, apabila dirimu harus kembali merasakan hidup yang tidak layak juga gak apa-apa. Kamu yakin bisa melaluinya dengan baik.
Keyakinan seperti itu kurang baik, karena dapat menyebabkan hidupmu sulit berkembang. Sebisa mungkin kamu kudu menjauhi pengalaman hidup penuh penderitaan itu. Bukan soal dirimu akan kuat atau tidak seandainya masa kelam tersebut kembali terulang. Namun, biar hidupmu terus berkembang.
2. Tapi jangan lakukan bila ingin kaya biar bisa pamer

Siapa pun boleh bahkan perlu ingin menjadi orang kaya. Uang memang bukan segalanya dalam hidup. Namun, punya banyak uang disertai sikap bijaksana dalam memperoleh serta menggunakannya akan membuat hidupmu terasa damai.
Akan tetapi, setelah kamu kaya lalu apa lagi? Apabila kekayaan itu cuma hendak dipamerkan ke mana-mana tentu malah memperburuk karaktermu.
Miliki tekad buat menjadi lebih kaya dari waktu ke waktu, tanpa niat pamer sedikit pun pada siapa saja. Baik orang yang menjadi targetmu pernah ada salah padamu atau gak, tetap saja perbuatan pamermu tidak terpuji.
Pun biasanya pamer menjadi awal dari berbagai kehancuran, termasuk lama-kelamaan kekayaanmu seperti hilang begitu saja. Bisa juga muncul masalah serius dalam pekerjaan yang selama ini lancar mendatangkan uang untukmu.
Penyebab logisnya, fokusmu bukan lagi bekerja dengan baik dan mempertahankan bahkan menambah kekayaan. Namun, sekadar unjuk kemampuan finansial agar dirimu dikagumi orang. Batasi dendammu hanya sebagai motivasi dalam proses mengubah hidup menjadi lebih baik.
3. Waspadai jerat gaya hidup mewah yang membahayakan keuangan

Tujuan serta perwujudan dendam dalam tindakan yang gak diatur sama seperti kemarahan yang bikin perbuatanmu pada seseorang membabi buta. Dalam kaitannya dengan keuangan pribadi, sikap membabi buta terwujud dalam gaya hidupmu yang mewah.
Kamu mengabaikan kemampuan finansialmu yang sesungguhnya masih pas-pasan untuk ukuran gaya hidup semewah itu. Jangan sampai dengan cepat kehidupanmu kembali ke kondisi kekurangan seperti di masa lalu.
Meningkatkan kesejahteraan hidup tak berarti dirimu mesti bermewah-mewah. Terpenting apa-apa yang dahulu tidak bisa dibeli sekarang sudah ada uangnya. Bukan lantas kamu pasti membelinya, ya.
Keputusan membeli apa pun tetap disesuaikan dengan kebutuhan. Lebih baik kamu latihan tetap sederhana setelah kaya daripada langsung ganti gaya hidup menjadi glamor. Jika lifestyle sudah high class, kelak dirimu malah stres sekali bila harus menurunkan gaya hidup akibat masalah keuangan.
4. Juga cara mendidik anak yang menjadi terlalu memanjakan

Bentuk dendam pada kehidupanmu yang pernah susah juga bisa memengaruhi caramu dalam mendidik anak. Kamu pasti gak mau anakmu merasakan penderitaan orangtuanya dahulu.
Misalnya, dirimu tidak ingin melihat anak makan dengan lauk telur dadar yang dipotong kecil-kecil biar cukup untuk orang serumah. Seharusnya, kamu memberinya makan dengan gizi seimbang saja sudah cukup. Namun, rasa dendam yang luar biasa terhadap masa lalu mendorongmu untuk membelikannya semua makanan yang viral dan mahal. Malah urusan gizi menjadi nomor sekian.
Dirimu hanya ingin anak merasakan seluruh makanan yang dahulu mustahil dibelikan oleh orangtuamu. Belum lagi berbagai keinginannya yang sekalipun tidak cocok buat usianya tetap dituruti olehmu.
Sikapmu yang memanjakan anak secara berlebihan bakal berakibat buruk pada kesehatan fisik dan mentalnya. Kamu yang mendendam pada masa lalu, tapi anak yang tanpa sadar dijadikan korban.
5. Sadari bahwa ada banyak hikmah dari hidup dalam keterbatasan

Tentu hidup susah bukan sesuatu yang ingin diulang oleh siapa pun. Namun, jangan terlalu membencinya seakan-akan tidak ada satu pun sisi positif dari kamu pernah mengalaminya secara langsung.
Contohnya, ketika penghasilanmu masih pas-pasan dirimu malah sangat jago mengatur keuangan. Uang yang benar-benar terbatas tidak memungkinkanmu buat menghamburkanya. Dirimu otomatis belajar membedakan kebutuhan dengan keinginan. Bahkan kamu mendisplinkan diri buat menabung sesedikit apa pun. Harapannya, ini menjadi awal yang baik untuk hidup lebih mapan.
Kesulitan hidup di masa lalu juga mengajarkanmu buat selalu rendah hati. Kamu sadar tak punya apa-apa untuk disombongkan. Dirimu menjalani hidup dengan fokus bekerja dan gak berpikir aneh-aneh seperti seandainya uangmu lebih banyak. Sekalipun kamu bakal terus berusaha mempertahankan kemapananmu hari ini, tetaplah menghargai masa sulitmu yang membentuk karakter positif dalam diri.
Dendam karena pernah hidup susah bisa membawamu ke kehidupan yang lebih baik atau malah buruk. Kalau tanpa merasa dendam saja kamu sudah bisa meningkatkan kesejahteraanmu tentu lebih baik. Tidak mendendam pada apa pun menjauhkan pikiranmu dari obsesi yang berakibat buruk bagi mental, finansial, bahkan orang-orang di sekitarmu.