Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi membaca buku (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Intinya sih...

  • Philip Zimbardo membongkar transformasi dari "orang baik menjadi jahat" melalui eksperimen sosial yang kontroversial.

  • Adrian Raine menjelaskan faktor biologis dan ilmu saraf yang berkontribusi terhadap perilaku kriminal, memicu perdebatan etis.

  • Naomi Klein mengungkap kapitalisme bencana dalam skala global, menyentil kekuatan besar dan membuka sisi kelam praktik ekonomi modern.

Manusia adalah makhluk kompleks karena penuh logika, emosi, dan naluri yang saling bertabrakan. Tak heran, psikologi sebagai ilmu yang mempelajari pikiran dan perilaku manusia sering kali menyentuh wilayah yang mengganggu, kontroversial, bahkan mengejutkan. Beberapa penulis pun berani menggali sisi tergelap dari diri kita sebagai manusia.

Buku-buku psikologi yang akan kita bahas kali ini bukanlah bacaan ringan. Melainkan menantang memaksa kita melihat kenyataan dengan lebih jujur meskipun pahit. Dari eksperimen sosial yang tak manusiawi hingga permainan emosi dalam hubungan sehari-hari, berikut deretan buku psikologi kontroversial yang mengungkap sisi gelap manusia, termasuk diri sendiri.

1. The Lucifer Effect–Philip Zimbardo

buku The Lucifer Effect (penguinrandomhouse.com)

Bayangkan seseorang yang tampak baik dan normal, tiba-tiba berubah menjadi sosok kejam hanya karena diberi sedikit kekuasaan. Itulah inti dari The Lucifer Effect yang ditulis oleh psikolog terkenal Philip Zimbardo, otak di balik eksperimen penjara Stanford yang kontroversial.

Dalam buku ini, Zimbardo membongkar bagaimana lingkungan sosial, tekanan kelompok, dan situasi ekstrem bisa mendorong seseorang melakukan tindakan yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Ia menyelami proses psikologis di balik transformasi dari "orang baik menjadi jahat", dengan studi kasus nyata yang membuat pembaca terdiam karena ngeri sekaligus penasaran.

Kontroversi muncul karena banyak orang merasa buku ini terlalu membenarkan perilaku buruk dengan alasan kondisi sosial, bukan tanggung jawab individu. Selain itu, eksperimen yang dijadikan dasar tulisan ini dianggap tidak etis dan meninggalkan luka psikologis pada pesertanya.

2. The Anatomy of Violence–Adrian Raine

buku The Anatomy of Violence (goodreads.com)

Apakah seorang kriminal dilahirkan dengan sifat kekerasan, ataukah dibentuk oleh lingkungan? Adrian Raine mencoba menjawab pertanyaan ini melalui pendekatan yang tak biasa yaitu ilmu saraf. Dalam The Anatomy of Violence, ia mengeksplorasi bagaimana faktor biologis seperti kerusakan otak, genetika, dan pola asuh berkontribusi terhadap perilaku kriminal.

Raine menunjukkan bahwa beberapa orang memiliki "otak kriminal" yakni struktur otak tertentu yang membuat mereka lebih mudah terdorong melakukan kekerasan. Buku ini memicu perdebatan etis besar-besaran. Pasalnya, ilmu ini justru akan digunakan untuk menstigma atau mendiskriminasi orang sejak lahir.

3. The Shock Doctrine–Naomi Klein

buku The Shock Doctrine (naomiklein.org)

Dalam The Shock Doctrine, Naomi Klein tidak membahas psikologi dalam ranah individual, tapi dalam skala global. Ia mengungkap bagaimana pemerintah dan korporasi besar menggunakan krisis, baik itu bencana alam, perang, atau resesi ekonomi, untuk menerapkan kebijakan yang biasanya ditolak publik.

Klein menyebut ini sebagai kapitalisme bencana, sebuah strategi manipulatif yang mengandalkan kekacauan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Buku ini dianggap kontroversial karena menyentil banyak kekuatan besar dan membuka sisi kelam praktik ekonomi dan politik modern. Banyak pihak merasa Klein terlalu menyederhanakan masalah atau membuat teori konspirasi.

4. The Invisible Gorilla–Christopher Chabris and Daniel Simons

buku The Invisible Gorilla (theinvisiblegorilla.com)

Berdasarkan eksperimen terkenal mereka, Chabris dan Simons menunjukkan bahwa manusia cenderung melewatkan hal-hal besar yang terjadi di depan mata karena keterbatasan kognitif dan bias persepsi. Buku ini menjelaskan fenomena seperti ingatan palsu, kepercayaan diri berlebihan, dan kesalahan logika dengan cara yang sangat mudah dipahami namun menggugah.

Kontroversi muncul karena temuan mereka menantang banyak hal yang dianggap pasti, termasuk validitas kesaksian mata dalam pengadilan atau akurasi penilaian profesional. Buku ini mengajarkan bahwa pikiran kita lebih rapuh dari yang kita bayangkan dan itu bisa berdampak besar dalam kehidupan nyata.

5. Mistakes Were Made (But Not by Me)–Carol Tavris and Elliot Aronson

buku Mistakes Were Made (But Not by Me) (harpercollins.com)

Dalam Mistakes Were Made (But Not by Me), dua psikolog sosial ini membahas bagaimana otak kita secara aktif membela ego saat terbukti salah. Dengan teori kognitif seperti disonansi kognitif dan justifikasi diri, mereka menunjukkan bagaimana orang bisa tetap merasa benar bahkan setelah jelas-jelas terbukti salah, baik dalam hubungan pribadi, keputusan politik, hingga kasus kriminal.

Buku ini membuat pembacanya tidak nyaman karena mengungkap perilaku yang hampir semua orang lakukan, namun jarang disadari. Kontroversinya terletak pada gaya penyampaiannya yang tajam dan terkadang menyindir, membuat pembaca merasa tersudut.

6. Games People Play–Eric Berne

buku Games People Play (ericberne.com)

Di balik obrolan santai dan hubungan sehari-hari, Eric Berne melihat pola yang lebih dalam. Ia menjelaskan bahwa interaksi kita sering kali diwarnai oleh peran-peran tersembunyi seperti "korban", "penyelamat", atau "penghukum", yang dijalankan tanpa kita sadari. Berne menyebut ini sebagai permainan psikologis yang kita mainkan untuk memenuhi kebutuhan emosional tertentu.

Buku ini menuai pujian karena mampu membuka mata banyak orang terhadap dinamika relasi yang tidak sehat. Tapi juga dikritik karena dianggap terlalu sinis dan mengeneralisasi hubungan manusia. Meski begitu, tak bisa disangkal bahwa banyak dari apa yang dijelaskan Berne terasa terlalu akurat dan membuat pembaca merenung.

Membaca buku psikologi kontroversial yang mengungkap sisi gelap manusia bukan hanya soal memahami teori psikologi, tetapi juga menghadapi refleksi tajam tentang siapa diri ini sebenarnya dan kenapa bisa bertindak seperti itu. Setelah menyelami semuanya, seberapa siap kamu untuk menerima sisi gelap dari dirimu sendiri?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team