5 Buku Vandana Shiva tentang Ekofeminisme, Bahas Perempuan dan Alam

- Ecofeminism, ditulis bersama Maria Mies (1993): Vandana Shiva membahas hubungan antara marjinalisasi perempuan dan perusakan pada alam, serta analisis mendalam mengenai sistem patriarki dan kapitalisme.
- Staying Alive: Women, Ecology, and Development (1988): Menyoroti pembangunan modern yang didominasi oleh sistem patriarkal dan keterkaitan perusakan alam dan penindasan terhadap perempuan.
- Soil not oil: Environmental Justice in an Age of Climate Crisis (2008): Kritik Vandana Shiva mengenai akar krisis iklim yaitu ketergantungan akan industri minyak dan pertanian industrial yang tidak sustainable.
Perempuan dan alam memiliki hubungan erat dan pengalaman yang sama. Alam sering dieksploitasi oleh kapitalisme, sementara perempuan sering ditindas oleh patriarki dan ketidakadilan gender. Keterkaitan yang erat ini dibahas dalm salah satu cabang feminisme yaitu ekofeminisme.
Vandana Shiva adalah salah satu aktivis lingkungan, fisikawan, dan penulis buku yang relevan tentang ekofeminisme dari India. Ia kerap membantu organisasi akar rumput yang bergerak di bidang hijau, seperti petani dan perempuan marjinal melalui berbagai organisasi yang didirikannya. Berikut beberapa rekomendasi buku Vandana Shiva tentang ekofeminisme.
1. Ecofeminism, ditulis bersama Maria Mies (1993)

Ecofeminism adalah buku paling populer ditulis oleh Vandana Shiva. Bersama Maria Mies, Vandana Shiva menjabarkan hubungan antara marjinalisasi perempuan dan perusakan pada alam. Di buku ini juga terdapat beragam analisis mendalam mengenai sistem patriarki dan kapitalisme yang sering merugikan perempuan sekaligus alam.
Ecofeminism ditulis dalam dua perspektif, yaitu perspektif Vandana Shiva yang membahas globalisasi bisa merusak ekosistem lokal dan pengetahuan tradisional di negara-negara berkembang. Sementara Maria Mies yang seorang sosiolog dari Jerman, menulis kapitalisme berdampak pada kerusakan alam dan eksploitasi tenaga kerja dari kelompok rentan seperti perempuan.
Buku ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia. Bagi kamu yang berminat memahami tentang ekofeminisme secara mendalam, kamu bisa membaca buku ini. Terutama bagi kamu seorang mahasiswa atau sedang meneliti tentang isu-isu gender.
2. Staying Alive: Women, Ecology, and Development (1988)

Staying Alive: Women, Ecology, and Development terbit lebih dahulu sebelum buku Ecofeminism. Buku ini menyoroti pembangunan modern yang didominasi oleh sistem yang patriarkal. Pembangunan modern kala itu dicirikan dengan kekerasan pada alam, dalam bentuk eksploitasi besar-besaran yang sering kali perempuan adalah korban paling rentan.
Shiva masih menunjukkan keterkaitan perusakan alam dan penindasan terhadap perempuan. Perempuan sering kali berperan menyediakan makanan, air, atau kayu bakar dari hutan. Saat hutan dieksploitasi, maka perempuan yang paling merasakan dampaknya.
Meskipun terbit di tahun 1988, buku ini masih sangat relevan untuk di baca saat ini. Isu perempuan dan krisis iklim masih terus bergulir dan menjadi isu yang sangat mendesak. Staying Alive: Women, Ecology, and Development bisa jadi landasan untuk memamhami masalah krisis lingkungan dan isu sosial.
3. Soil not oil: Environmental Justice in an Age of Climate Crisis (2008)

Soil Not Oil: Environmental Justice in an Age of Climate Crisis adalah buku yang berisi kritik Vandana shiva mengenai akar krisis iklim yaitu ketergantungan akan industri minyak dan pertanian industrial yang gak sustainable. Vandana Shiva berargumen bahwa sistem pangan global terlalu bergantung pada bahan bakar fosil dan penggunaan pupuk kimia yang merusak tanah.
Selain mengkritik, Shiva juga menjelaskan solusi konkret melalui pertanian berkelanjutan yang sering diabaikan. Pertanian berkelanjutan bukan sebatas menggunakan pupuk dan pestisida organik, tetapi juga mempertahankan keanekaragaaman hayati, kebersihan air, serta kesejahteraan petani dan masyarakat lokal.
Buku ini juga memengaruhi pembaca untuk bertindak dengan memilih produk-produk berkelanjutan sebagai konsumen. Bagi kamu yang peduli dengan isu ketahanan pangan dan lingkungan, buku ini wajib kamu baca.
4. Water Wars: Privatization, Pollution, and Profit (2002)

Dalam buku Water Wars: Privatization, Pollution, and Profit, Vandana Shiva menguraikan kondisi krisis air global yang makin memburuk. Kelangkaan air bukan hanya semata-mata disebabkan karena bencana atau kejadian alamiah. Namun, ada campur tangan manusia yang terus menyebabkan krisis air.
Air yang seharusnya jadi hak setiap manusia untuk mendapatkannya direduksi menjadi sebuah komoditas yang diperjualbelikan. Air yang dimaksud di sini bukan hanya untuk diminum tetapi untuk sanitasi, irigasi, hingga pembangunan. Air yang diperdagangkan menunjukkan privatisasi air, yang mana kelompok miskin yang gak bisa membeli dipastikan sulit mengakses sumber daya ini.
Vandana Shiva gak hanya mengemukakan argumennya semata, ia juga menyajikan analisis data dan studi tentang krisis air di berbagai belahan dunia. Buku ini juga mengaitkan isu sumber daya alam yang amat vital yaitu air dengan keadilan sosial.
5. Terra Viva: My Life in a Biodiversity of Movements (2023)

Bila kamu ingin mengenal lebih jauh siapa Vandana Siapa dan latar belakangnya, buku ini adalah pilihan yang paling cocok buat kamu. Buku ini berisi autobiografi dan perjalanan hidup Vandana Shiva dalam mengarungi gerakan sosial ekologis.
Buku ini menggambarkan Vandana Shiva yang sedari kecil sudah hidup berdampingan langsung dengan alam. Ia berasal dari Uttarakhand, India. Daerah ini berada di kaki Pegunungan Himalaya. Vandana Shiva sangat mendedikasikan dirinya untuk menghidupkan dan melestarikan keanekaragaman hayati yang menghuni bumi.
Ekofeminisme mungkin masih asing atau bahkan jarang didengar oleh sebagian orang. Namun, memahami ekofeminisme akan membantumu membongkar akar penindasan ganda, yaitu terhadap perempuan dan alam. Buku-buku Vandana Shiva tentang ekofeminisme adalah bacaan yang tepat untuk membuka wawasan tentang krisis global, khususnya isu lingkungan dan gender.