5 Cara Berhenti Mengambil Kesimpulan yang Terburu-buru

Pernahkah kamu langsung merasa seseorang marah hanya karena dia menjawab pesanmu dengan singkat? Atau buru-buru menyimpulkan bahwa kamu gagal total hanya karena satu kesalahan kecil saat presentasi?
Kebiasaan mengambil kesimpulan yang terburu-buru seperti ini dikenal sebagai jumping to conclusions, dan tanpa disadari bisa berdampak besar pada kesehatan mental maupun hubungan sosial. Supaya tidak terus-terusan terjebak dalam pola pikir negatif ini, yuk kenali cara efektif untuk menghentikannya satu per satu.
1. Latih kesadaran diri terhadap pola pikir negatif

Langkah pertama untuk berhenti menyimpulkan terlalu cepat adalah dengan menyadari kapan kamu mulai melakukannya. Coba perhatikan pikiranmu dalam situasi tertentu, apakah kamu langsung mengasumsikan yang terburuk tanpa bukti? Catat pola pikir ini dan kenali pemicunya supaya kamu bisa lebih waspada ke depannya.
Menuliskan pikiran negatif di thought journal bisa jadi cara yang ampuh untuk melihat seberapa masuk akal asumsimu. Dilansir Verywell Mind, menurut Katharina Star, PhD, seorang pakar kecemasan dan gangguan panik, menuliskan pikiran dan perasaanmu bisa membantu memisahkan fakta dari asumsi. Semakin kamu mengenali pola negatifmu, semakin mudah untuk menghentikannya.
2. Tantang asumsi yang muncul di kepala

Saat kamu mulai berpikir negatif, jangan langsung percaya pada pikiranmu sendiri. Tanyakan pada dirimu, “Apakah aku punya bukti konkret untuk kesimpulan ini?” Kalau jawabannya tidak, berarti itu cuma dugaan semata yang belum tentu benar.
“Ingat, tidak semua yang kamu pikirkan itu pasti benar,” jelas Judy Ho, neuropsikolog dan profesor di Pepperdine University, dilansir CNBC. “Kamu bisa punya puluhan ribu pikiran dalam sehari, tapi bukan berarti semuanya akurat atau bisa dipercaya begitu saja,” tambahnya.
Mengutip Forbes, Mark Travers, seorang psikolog, menjelaskan bahwa, dengan mengidentifikasi pola pikir yang tidak membantu dan mempertanyakan validitasnya, kamu bisa mulai mengubah narasi batinmu. Mulailah menantang pikiran negatif dengan mencari alternatif yang lebih realistis. Ini bukan soal menyangkal perasaan, tapi membuka ruang untuk kemungkinan lain.
3. Reframe situasi dengan sudut pandang yang lebih positif

Daripada langsung menganggap yang terburuk, coba reframe atau ubah cara pandangmu terhadap situasi tersebut. Misalnya, kalau temanmu tidak balas pesan, bukan berarti dia marah, mungkin saja dia sedang sibuk atau kehabisan baterai. Perspektif baru ini bisa membantumu mengurangi kecemasan yang tidak perlu.
Katharina Star menyarankan untuk secara sadar mengganti asumsi negatif dengan interpretasi yang lebih sehat dan masuk akal. Kalau kamu melakukan kesalahan saat presentasi, anggap saja itu proses belajar, bukan kegagalan total. Dengan berpikir seperti ini, kamu sedang melatih otak untuk lebih fokus pada solusi daripada rasa takut.
4. Berlatih membuat keputusan secara mindful

Kadang kita menyimpulkan sesuatu secara cepat karena ingin segera merespons atau menghindari ketidakpastian. Padahal, sedikit jeda untuk berpikir bisa membantu kita mengambil keputusan yang lebih tenang dan bijak. Di sinilah mindfulness atau kesadaran penuh punya peran penting.
Dalam penelitiannya, Mark Travers menyebutkan bahwa mindfulness memperkuat kesabaran dalam mengamati pikiran sendiri dan meningkatkan kesadaran internal untuk mengambil keputusan secara lebih sengaja. Jadi sebelum bereaksi, tarik napas, evaluasi apa yang sebenarnya kamu rasakan, dan ambil keputusan yang selaras dengan nilai dan tujuanmu.
“Jika kamu bingung memilih suatu keputusan, cara terbaik adalah memilih langkah yang membawa perubahan. Jangan hanya diam dan tetap dalam kondisi sekarang, apalagi kalau kamu sudah lama merasa ragu,” kata Steven Levitt, ekonom dari University of Chicago, dilansir BBC.
5. Tanyakan langsung, bukan nebak-nebak

Daripada berasumsi tentang isi pikiran orang lain, kenapa kamu tidak langsung saja menanyakannya? Komunikasi terbuka bisa jadi cara tercepat untuk meredakan ketidakpastian. Daripada stres sendiri, ngobrol bisa memberikan klarifikasi yang selama ini kamu butuhkan.
Misalnya, kalau kamu merasa seseorang bersikap dingin, tanyakan dengan sopan apakah ada sesuatu yang salah. Katharina Star menekankan pentingnya bertanya sebelum menarik kesimpulan karena berkomunikasi secara langsung bisa menghilangkan banyak kebingungan. Jangan biarkan asumsi menghancurkan sesuatu yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan satu percakapan.
Mengambil kesimpulan secara cepat sering terjadi tanpa disadari, seolah jadi reaksi otomatis. Padahal, dengan kesadaran dan latihan, cara berpikir ini bisa diubah jadi lebih sehat. Kadang, kamu hanya perlu berhenti sejenak dan memberi ruang untuk berpikir lebih jernih.