Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Cara Mengatasi Kecemasan yang Mungkin Belum Pernah Dicoba

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Mengelola kecemasan dengan menulis surat untuk kecemasan itu sendiri, sebagai latihan emosional yang membuat lebih sadar dan mengenali pola kecemasan sendiri.
  • Mengatasi serangan cemas dengan teknik grounding berbasis panca indera, membuat otak fokus pada momen saat ini untuk menurunkan gejolak kecemasan.
  • Praktek mindfulness dengan menjadi penonton pikiran negatif, melalui teknik “non-judgmental awareness”, serta ritual aneh yang bisa jadi penyelamat untuk mengalihkan fokus dari kecemasan.

Merasa cemas bukanlah hal yang aneh. Kalian mungkin pernah mengalami malam-malam penuh pikiran yang berlarian, jantung berdebar tanpa sebab, atau tiba-tiba merasa panik meski tidak ada yang terlihat salah. Kecemasan bisa muncul dalam banyak bentuk, dari yang ringan sampai yang cukup mengganggu aktivitas harian. Dan meskipun banyak orang bilang, “Tenang saja, itu cuma di pikiranmu,” kenyataannya tidak sesederhana itu, bukan?

Kabar baiknya, ada banyak cara untuk mengelola kecemasan. Namun, kabar lebih baiknya lagi, beberapa di antaranya sangat out of the box dan mungkin belum pernah kalian coba sebelumnya. Cara-cara ini bukan sekadar menyarankan meditasi atau olahraga—yang memang bagus, tapi kadang terasa membosankan jika sudah terlalu sering disebut. Berikut ini, kita akan bahas lima cara cerdas yang sedikit berbeda, segar, dan bisa jadi lebih cocok untuk kalian yang butuh pendekatan baru untuk menenangkan pikiran. Siap mencoba sesuatu yang berbeda?

1. Tulis surat untuk kecemasan kalian

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/Helena Lopes)

Ya, kalian tidak salah baca. Tulis surat untuk rasa cemas itu—anggap dia seperti sosok yang bisa kalian ajak ngobrol. Mulailah dengan kalimat seperti, “Hai, Kecemasan, aku tahu kamu datang hari ini, tapi...” dan biarkan tangan kalian mengalir menuliskan isi hati. Ini bukan sekadar gaya-gayaan, melainkan latihan emosional yang bisa membuat kalian lebih sadar dan mengenali pola kecemasan kalian sendiri.

Dengan memberi “wujud” pada kecemasan, kalian tidak lagi membiarkannya menghantui secara diam-diam. Kalian bisa melihatnya sebagai bagian dari diri yang bisa diajak berdamai, bukan musuh yang harus dilawan terus-menerus. Menulis surat ini bisa jadi ritual pribadi yang menenangkan, apalagi kalau dilakukan secara rutin.

2. Coba terapi "grounding" menggunakan panca indera

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/cottonbro studio)

Serangan cemas sering membuat kita merasa “lepas” dari kenyataan—seolah melayang dan tidak bisa mengendalikan apa pun. Salah satu cara cerdas dan sederhana untuk mengatasi itu adalah dengan teknik grounding berbasis panca indera. Caranya: sebutkan 5 hal yang kalian lihat, 4 hal yang bisa kalian sentuh, 3 hal yang bisa kalian dengar, 2 hal yang bisa kalian cium, dan 1 hal yang bisa kalian rasa.

Teknik ini bisa menurunkan gejolak kecemasan karena membuat otak kalian kembali fokus ke momen saat ini. Tidak perlu alat khusus, cukup dengan duduk tenang di mana pun kalian berada dan menyadari lingkungan sekitar. Ini semacam “penyegaran” untuk pikiran yang lagi riuh. Makin sering dilatih, makin cepat juga otak kalian belajar kembali ke realita saat mulai cemas.

3. Mainkan peran "penonton" dalam pikiran kalian

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Bayangkan kalian sedang duduk di bangku penonton, dan semua pikiran negatif yang muncul itu sedang tampil di atas panggung. Daripada langsung terbawa atau melawan mereka, coba amati saja. Jangan menilai, jangan menolak, cukup jadi penonton. Ini adalah konsep dari mindfulness yang sering disebut sebagai “non-judgmental awareness”.

Dengan membiarkan pikiran lewat seperti awan di langit, kalian memberikan ruang tanpa tekanan. Lama-lama, kalian akan sadar bahwa pikiran itu hanya pikiran. Tidak semuanya harus dipercaya, apalagi ditakuti. Teknik ini membantu kalian menciptakan jarak emosional dari rasa cemas yang biasanya menyeret kalian terlalu dalam.

4. Pakai "ritual aneh" untuk mengalihkan energi

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/Yogendra Singh)

Kadang, yang dibutuhkan otak saat cemas adalah kejutan kecil yang mengalihkan fokus. Nah, di sinilah “ritual aneh” bisa jadi penyelamat. Misalnya, kalian menyusun kertas warna-warni berdasarkan gradasi, menari asal di kamar dengan lagu 2000-an, atau menulis ulang lagu favorit jadi puisi. Aneh? Memang. Namun, efektif.

Ritual ini tidak butuh logika, hanya butuh keberanian untuk melepaskan energi yang mengendap. Kalian akan kaget betapa pikiran bisa terasa jauh lebih ringan setelah melibatkan tubuh atau kreativitas dalam bentuk yang tidak biasa. Ini seperti reset button untuk emosi yang lagi meledak-ledak.

5. Jadikan "check-in" dengan diri sendiri sebagai kebiasaan

ilustrasi mengatasi kecemasan (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Kalian mungkin sering check-in di hotel atau bandara, tapi kapan terakhir kali check-in dengan diri sendiri? Buat jadwal harian atau mingguan di mana kalian duduk tenang dan bertanya ke diri sendiri: “Apa yang aku rasakan hari ini?”, “Apa yang membuatku tenang atau gelisah?”, “Apa yang bisa aku lakukan untuk mendukung diriku sendiri sekarang?”

Check-in ini bukan untuk mencari solusi cepat, tapi untuk membangun koneksi yang lebih sehat antara pikiran dan tubuh kalian. Semakin rutin dilakukan, semakin kalian bisa mengenali tanda-tanda kecil sebelum kecemasan membesar. Anggap ini sebagai bentuk self-care yang paling jujur dan mendalam. Kadang, cukup dengan mengenal diri sendiri lebih baik, kecemasan pun perlahan kehilangan cengkeramannya.

Mengatasi kecemasan memang bukan hal instan. Namun, kalian tidak harus selalu terjebak dalam cara-cara konvensional yang terasa membosankan. Lima pendekatan di atas bisa jadi awal dari perjalanan yang lebih menyenangkan, lebih kreatif, dan tentu saja lebih personal dalam menghadapi rasa cemas yang datang dan pergi.

Ingat, kecemasan itu bukan musuh yang harus dimusnahkan, melainkan pesan dari dalam diri yang butuh perhatian. Semakin kalian mengenal dan mendengarkannya, semakin kalian bisa berdamai dan hidup lebih tenang. Jadi, siap mencoba cara yang belum pernah kalian coba sebelumnya? Siapa tahu, itulah kunci yang selama ini kalian cari.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Merry Wulan
EditorMerry Wulan
Follow Us