Cerita Danesya Mayra Bantu Potensi Anak dan Dukung Produktivitas Ibu

- Danesya Mayra Juzar mendirikan Productive Mamas dan Mindtastic untuk memberi dukungan pada perempuan agar tetap produktif dalam berbagai aspek kehidupan.
- Productive Mamas menjadi media pemberdayaan ibu rumah tangga dengan menawarkan pelatihan, peluang freelance, membuka bisnis, atau mendalami hobi.
- Mindtastic fokus pada pengembangan keterampilan anak usia 6-14 tahun dan mengajak anak-anak untuk mempresentasikan ide serta mendalami keterampilan teknik seperti mengedit, mendesain, dan copywriting.
Jakarta, IDN Times - Bicara peran seorang ibu, kita tidak bisa mengabaikan betapa penting kontribusinya dalam berbagai aspek kehidupan. Sayangnya, masih banyak ibu yang merasa kurang produktif sejak memiliki anak, bahkan menghadapi beragam tantangan baru. Padahal, perempuan selalu mampu menghadirkan perspektif dan energi yang positif, apa pun tugas dan tanggung jawabnya.
Seorang Talents Mapping Practitioner bernama Danesya Mayra Juzar, mengajak perempuan untuk bisa lebih berdaya dan tetap produktif dengan menginisiasi platform Productive Mamas. Tak sampai di situ, ibu tiga anak ini juga mendirikan Mindtastic yang fokus mengembangkan keterampilan anak.
Cerita di balik Productive Mamas dan Mindtastic akan diulas lebih mendalam melalui exclusive interview bersama perempuan yang akrab disapa Nesya pada Rabu (9/10/24) secara daring. Ia juga berbagi pandangannya terkait pemberdayaan perempuan sebagai penggerak perubahan baik secara finansial, emosional, dan sosial.
1. Mendorong produktivitas para ibu, Nesya inisiasi platform Productive Mamas untuk perempuan yang ingin berdaya

Sebagian besar ibu di Indonesia mengemban peran ganda yang menuntutnya bertanggung jawab dalam berbagai aspek. Tekanan ini sering muncul dari ekspektasi masyarakat bahwa seorang ibu harus optimal dalam urusan domestik, namun harus tetap berprestasi dalam kariernya.
Akan tetapi, menjaga keseimbangan antara tanggung jawab sebagai ibu dan kebutuhan pribadi, sangatlah menguras energi. Terlebih, tanpa adanya dukungan positif dari lingkungan sekitar.
Memahami persoalan tersebut, Nesya membangun Productive Mamas sebagai media untuk memberi support serta wadah untuk memupuk semangat perempuan. Seperti namanya, Productive Mamas diharapkan dapat meningkatkan produktivitas para ibu melalui konten dan kegiatan.
"Productive Mamas sendiri merupakan media parenting yang awalnya ditujukan untuk orangtua, tetapi kini lebih fokus pada pemberdayaan ibu-ibu agar tetap aktif, kreatif, dan produktif. Platform ini dirancang khusus untuk para ibu rumah tangga yang ingin berdaya dengan menawarkan pelatihan, peluang freelance, membuka bisnis, atau mendalami hobi," ujar Nesya.
Didirikan sejak 2015, Productive Mamas semula berfokus pada memberikan insight mengenai pola asuh orangtua. Platform online tersebut akan memaparkan rekomendasi kegiatan, aktivitas belajar, hingga mengeksplorasi gaya parenting yang sekiranya dapat menjadi informasi positif.
Nesya mengaku media sejenis kala itu masih belum banyak. Maka, ia berinisiatif untuk membangun platform Productive Mamas. Selain untuk mendorong produktivitas, Nesya menilai para ibu juga butuh support system, parenting, dan komunitas yang saling mendukung.
"Awal mulanya, semua ini karena aku melihat adanya gap. Aku selalu berangkat dari kegelisahan atau concern, melihat ada yang belum ada. Semuanya berawal dari keinginan pribadi untuk menciptakan sesuatu yang aku ingin, seperti platform parenting ini. Begitu juga dengan Mindtastic, aku ingin ada kegiatan seperti ini untuk anak-anakku. Ketika aku merasa, 'Kok belum ada?', maka aku berangkat dari kegelisahan tersebut," ujarnya.
2. Ajak ibu untuk lebih produktif dan mengoptimalkan potensi melalui kegiatan yang bermanfaat

Produktivitas seringkali tercermin dari kemampuan mengelola berbagai tanggung jawab dan peran, baik dalam ranah pribadi, keluarga, maupun karier. Produktif bukan berarti sibuk, bukan berarti bekerja, namun produktif dapat dimaknai sebagai pemanfaatan sumber daya dan dukungan yang ada untuk mencapai hasil optimal dalam beragam aspek kehidupan.
"Produktif itu sebenarnya kata yang luas dan bisa diartikan macam-macam. Tapi kalau buat aku sendiri, produktif itu adalah melakukan hal sesuai potensi yang bermanfaat," ujar Nesya.
Tak bisa memungkiri, banyak perempuan mungkin dihadapkan pada tantangan untuk menyeimbangkan peran dan kesulitan untuk bisa mencapai produktivitas yang maksimal. Atau, justru kesulitan untuk memanfaatkan sumber daya secara efisien.
Nesya menilai, ibu yang produktif justru bisa jadi contoh yang baik untuk anak-anaknya. Ia memberikan gambaran untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, melakukan kegiatan yang positif dan membawa kebahagiaan, serta tidak menyia-nyiakan kesempatan hanya untuk kegiatan yang kurang berguna.
Nesya membagikan perspektifnya, "Sebagai orangtua, terutama kalau belajar parenting, kita harus sadar bahwa memberi contoh adalah hal utama. Kalau setiap hari kita malas-malasan, gimana anak-anak kita mau belajar jadi produktif? Jadi, hidup kita harus bermanfaat. Bahkan, ibu rumah tangga yang masak, mengantar anak, itu juga termasuk produktif menurutku. Tapi kalau kita hanya meluangkan waktu tanpa melakukan apa-apa atau tanpa mempelajari hal baru, anak kita juga gak akan melihat contoh yang baik."
Sebagai perempuan dan ibu muda, Nesya sangat memahami posisi orangtua yang merasa kesulitan untuk bisa melakukan aktivitas secara maksimal. Kesibukan mengurus anak, kegiatan rumah tangga lainnya, bahkan ada yang bekerja, menjadi hambatan tersendiri.
Namun, Nesya mengajak para orangtua untuk tetap bersemangat dalam menjalani hari dan mencoba menekuni hal yang menjadi minatnya. Ia membuka jalan agar para ibu bisa meluangkan waktu untuk hal yang berfaedah dan melakukan pengembangan diri.
"Productive Mamas, sesuai dengan namanya, aku ingin ibu-ibu di Indonesia lebih aktif, kreatif, dan produktif. Selain itu, aku juga ingin mereka tetap berdaya. Karena target market terbesarku adalah ibu rumah tangga, aku berharap mereka bisa menjadi ibu rumah tangga yang tetap berdaya dengan diberikan berbagai macam exposure dan pelatihan," tambahnya.
3. Gak hanya Productive Mamas, Nesya juga menginisiasi platform Mindtastic untuk membantu tumbuh kembang anak

Nesya tidak hanya aktif mengembangkan komunitas Productive Mamas, tetapi juga menunjukkan komitmen mendalam di bidang pengembangan anak. Inisiatif tersebut muncul kala melihat kondisi masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya observasi dini terhadap bakat minat anak.
"Menurutku, masih ada gap yang besar antara orang yang sadar dan mengobservasi bakat anaknya secara menyeluruh dengan yang tidak. Yang aku maksud dengan menyeluruh di sini, adalah sampai ke trait-trait harian dan bakat yang sifatnya jarang dilakukan oleh orangtua. Setelah aku melakukannya, baru orang biasanya sadar akan hal ini," tutur Nesya.
Dengan passion yang besar di bidang social-education, Nesya membangun platform yang berfokus pada pengembangan keterampilan anak. Diberi nama Mindtastic, media ini akan mengembangkan pengalaman dan fokus pada pengenalan peran serta profesi secara lebih luas.
"Mindtastic merupakan platform yang menyediakan program-program pengembangan keterampilan untuk anak-anak usia 6-14 tahun, khususnya di jenjang SD hingga SMP. Program ini lahir dari pengamatan terhadap sepupu-sepupuku yang merupakan generasi Z di jenjang SMA. Mereka sering bingung dalam menentukan jurusan sekolah karena kurangnya pengenalan diri dan eksplorasi kegiatan di masa SD-SMP. Sayangnya, saat mereka di jenjang SMA, mereka baru mulai khawatir dan bingung memilih jurusan, padahal waktu sudah mepet," sebut sosok Certified Coach (ICF) itu.
Nesya menilai masih banyak orangtua yang hanya berfokus pada penilaian akademik atau prestasi yang besar saja. Malah, mereka cenderung mengabaikan kemampuan terpendam yang perlu observasi lanjut. Baginya, setiap anak pasti memiliki keunikan dan potensi yang berbeda sehingga membutuhkan bantuan orangtua untuk bisa mengeksplorasinya secara maksimal.
Dengan kepedulian yang besar terhadap anak-anak, Nesya ingin platform yang diinisiasinya memberi dampak secara lebih luas. Kata dia, "Untuk Mindtastic, harapanku adalah anak-anak Indonesia bisa tumbuh dengan self-awareness yang lebih tinggi. Mereka bisa memahami potensi diri, kelebihan, dan kekurangannya sehingga nantinya mampu memilih peran atau profesi yang tepat, yang gak cuma bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang di sekitar mereka."
Konkretnya, Mindtastic akan memperkenalkan berbagai profesi dan mendatangkan narasumber bagi anak usia 6-12 tahun. Anak juga diperkenalkan dengan beraneka pelatihan seperti pelatihan marketing, finance, dan banyak lainnya.
Tak sampai di situ, aktivitas yang hanya diselenggarakan setiap akhir pekan ini akan mengajak anak untuk mempresentasikan berbagai ide. Anak juga diajak untuk mendalami keterampilan teknik seperti mengedit, mendesain, dan copywriting hingga menciptakan konten. Tentunya, rangkaian kegiatan dari Mindtastic memiliki standar dan kurikulum sebagai capaian dan penilaian.
4. Sebagai talents mapping practitioner, Nesya ingin membantu menemukan potensi terbaik anak

Mungkin bukan hal yang asing lagi bila anak-anak mendapatkan label 'kurang pintar' hanya karena nilai akademis yang kurang memuaskan. Masih banyak orang yang menganggap anak-anak yang tidak mendapat ranking di kelas, tidak pernah memenangkan kejuaraan, hingga tidak memiliki kemampuan di bidang tertentu, bukanlah sosok yang pintar.
Pemikiran tersebut menjadi umum dan mengakar sebagai stigma. Padahal, kecerdasan tidak terbatas pada nilai atau kemampuan di bidang tertentu saja. Dari keresahan tersebut, Nesya berupaya untuk mengeksplorasi bakat, minat, dan kemampuan intelegensi yang mungkin belum muncul dalam dirinya.
"Melalui talents mapping dan multiple intelligence, aku belajar kalau setiap orang punya kecerdasannya masing-masing. Aku pun sadar, ternyata aku bukan gak pintar, hanya belum menemukan bidang yang aku suka. Waktu kuliah, nilaiku mulai bagus, aku ikut banyak organisasi, dan ternyata aku bisa. Jadi, kalau kita punya support system dan lingkungan yang tepat, semua orang sebenarnya bisa berkembang," Nesya ceritakan perjalanannya hingga mencapai keberhasilan saat ini.
Nesya kemudian menyadari, mungkin banyak orang yang 'tersesat' dalam pencarian passion atau bakat seperti dirinya. Kemudian, ia memilih untuk mendalami keterampilan terkait bakat dan minat hingga berhasil menjadi certified coach dan talents mapping practitioner.
Nesya mengambil sertifikasi sebagai talents mapping practitioner atau praktisi yang membantu individu untuk memetakan bakat dan minat dalam dirinya. Melalui pekerjaannya yang sekarang, Nesya membantu lebih banyak orang untuk mengetahui kemampuan dalam diri, tak terbatas pada usia tertentu.
"Akhirnya aku merasa, ini deh bidangku untuk membantu ibu dan anak menemukan potensi mereka. Karena dulu, aku sudah merasakan sendiri betapa gak enaknya saat gak kenal diri sendiri, merasa kurang pintar, kurang berdaya, dan kurang bermanfaat," ceritanya.
Perjalanan hidup Nesya yang penuh lika-liku, pada akhirnya membuat ia sadar akan kecintaannya terhadap dunia anak-anak dan parenting. Sebagai perempuan yang mengalami langsung pengalaman mothering dan pernah berada di fase clueless sebagai anak-anak, wajar jika Nesya bersikeras membangun Mindtastic dan Productive Mamas.
"Dari situ aku percaya, semua orang bisa berubah, bisa tumbuh jadi lebih baik, dan menemukan potensinya, terlepas dari mana pun garis start-nya. Aku yakin banget kalau siapa pun bisa mencapai hal besar asal mau belajar, punya support system yang mendukung, dan terekspos ke kegiatan yang tepat," tambahnya.
5. Support system menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup
Penemuan jati diri bukanlah usaha singkat bagi Nesya. Terlebih sebagai seorang talents mapping precticioners, memahami diri sendiri membutuhkan waktu dan melalui proses eksplorasi diri.
"Aku sadar, setiap orang punya perjalanan masing-masing. Jalannya beda-beda. Jadi, benar-benar gak perlu melihat orang lain karena capek kalau kita terus membandingkan diri. Menurutku, dua hal itu, keinginan untuk bertumbuh dan insecurity, naik bersamaan. Di satu sisi, semua orang ingin bertumbuh. Tapi di sisi lain, level insecurity dan mental health di kalangan perempuan Indonesia sering kali goyah karena peer pressure dan berbagai aspek lainnya," kata Nesya.
Memahami hal tersebut, Nesya mengungkapkan support system menjadi sangat penting. Namun, perlu diingat bahwa support system bisa diciptakan dengan cara mendekatkan diri pada lingkungan positif yang sesuai kebutuhan.
Nesya berpesan, "Aku selalu ingat bahwa kita perlu mengelilingi diri dengan orang-orang yang nol, minus, dan plus supaya ada keseimbangan. Maksudnya, orang yang nol itu adalah mereka yang ada di fase kehidupan yang sama dengan kita, sedangkan plus adalah mentor-mentor yang lebih expert atau lebih pintar dari kita. Nah, minus di sini bukan berarti lebih gak pintar, tapi dalam beberapa bidang kita mungkin lebih tahu, sehingga kita bisa berbagi ilmu dengan mereka. Dengan keseimbangan seperti ini, kita bisa menemukan support system yang relevan, baik yang ada di fase kehidupan yang sama, tempat kita bisa berbagi ilmu, maupun mereka yang lebih membutuhkan. Tapi di sisi lain, kita juga bisa terus belajar dari orang-orang yang lebih tahu."