Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
widyo-andana-pradiptha-2_61e06fab-82fd-4d45-b4e3-dffe7b3c3cb4.jpeg
Widyo Andana Pradiptha, Community Writer of the Month (dok. Pribadi)

Intinya sih...

  • Widyo Andana Pradiptha bergabung dengan IDN Times Community setelah kehilangan pekerjaan dan berhasil menerbitkan artikel pertamanya pada Juni 2023.

  • Widyo mengalami pasang surut dalam menulis, namun berhasil belajar banyak hal dari editor serta sesama community writer.

  • Sejak bergabung, Widyo telah menghasilkan puluhan juta rupiah dari menulis di IDN Times Community sejak 2023.

Sosok Widyo Andana Pradiptha boleh jadi tidak asing di IDN Times Community. Sebab, namanya konsisten masuk jajaran Best Article bulanan pada 2025 ini. Karya-karyanya kerap hadir sebagai salah satu yang terbaik di antara yang terbaik. Tidak heran, community writer asal Purwokerto ini terpilih sebagai Community Writer of the Month pada Juni 2025.

Startnya di komunitas ini sebenarnya tidak semulus kelihatannya. Widyo mengalami pasang surut sebelum konsisten menempatkan dirinya sebagai peraih titel artikel terbaik tiap bulan. Perjalanannya di sini bahkan dimulai dari kisah yang kurang menyenangkan tentang kehilangan pekerjaan.

1. Bergabung dengan IDN Times Community setelah pemutusan hubungan kerja

potret Widyo Andana Pradiptha, Community Writer of the Month Juni 2025 (dok. pribadi/Widyo Andana Pradiptha)

Widyo Andana Pradiptha sehari-hari bekerja sebagai finance officer. Dia juga mengambil pekerjaan lepas sebagai penulis konten dan penerjemah bahasa Indonesia-Inggris. Kebetulan, Widyo memiliki latar belakang lulusan Sastra Inggris sehingga memahami seluk-beluk dunia kepenulisan.

Sebelum bekerja seperti dewasa ini, Widyo sempat kehilangan pekerjaannya pada 2023 lalu. Saat itulah dia bergabung dengan IDN Times Community. “Aku tahu platform ini sebenarnya sudah dari 2019, tapi baru mulai nulis di sini sejak Mei 2023 pasca-layoff buat cari penghasilan tambahan sembari seeking for a new opportunity,” terangnya.

Widyo sendiri berhasil menerbitkan artikel di IDN Times Community pada Juni 2023. Artikel pertamanya, “6 Wasit Paling Kontroversial di Dunia Sepak Bola”, diterbitkan di kanal Sport. Dia mengaku membutuhkan waktu 1 bulan untuk membuat artikelnya terbit. Itu pun setelah beberapa kali artikelnya ditolak.

Widyo bahkan sempat bergerilya ke beberapa kanal di IDN Times. Namun, dia menemukan pelabuhan utamanya di kanal Sport. Widyo pun memutuskan untuk fokus di situ, terutama untuk sepak bola dan balapan.

“Aku sudah mengikuti kedua olahraga itu sejak masih di sekolah menengah, dan aku suka menulis sejak di bangku kuliah,” jelas Widyo. “Maka, aku putuskan untuk menggabungkan antara passion dan skill ke dalam tulisan.”

2. Sempat tidak bersemangat karena moderasi artikel tersendat

ilustrasi menulis (unsplash.com/Nils Stahl)

Seperti kebanyakan community writer di IDN Times Community, Widyo Andana Pradiptha mengalami pasang surut dalam perjalanan menulisnya. Pada awal pertemuan dengan platform ini, dia mengaku kebingungan mengikuti Panduan Menulis IDN Times. Bahkan, merasa tidak bersemangat karena proses moderasi artikel tersendat.

“Sempat down juga dengan kritik dari editor yang intinya mulai ‘malas’ memoderasi tulisanku karena tidak ada perkembangan. Walaupun latar belakangku lulusan sastra, ternyata kemampuan berbahasaku masih cukup jelek,” kenang Widyo.

Lambat laun, Widyo mulai bisa mengikuti pola-pola artikel yang layak terbit. Dia mengaku telah belajar banyak hal, mulai dari penggunaan preposisi, struktur kalimat S-P-O-K, sampai kepada pemilihan diksi yang variatif. Di situlah dia mulai menikmati perjalanannya menulis di IDN Times Community dan mengenal karakteristik kanal Sport.

Selama berkarya di IDN Times Community, Widyo telah merasakan perkembangannya sendiri. Dia mempelajari banyak hal dari masukan-masukan editor sekaligus sesama community writer. Misalnya, soal membedakan preposisi di, ke, pada, dan kepada serta hal lain yang sejenis. Begitu pun soal kosakata dan pola kalimat yang variatif.

“Karena aku kebetulan join dengan grup commuter sport (Sports Center), aku jadi belajar ilmu jurnalistik dan SEO writing dari teman-teman inhouse (redaksi IDN Times), yang jujur, tidak diajarkan semasa kuliah,” tambahnya.

3. Menghasilkan puluhan juta dari menulis di IDN Times Community sejak 2023

potret Widyo Andana Pradiptha, Community Writer of the Month Juni 2025 (dok. pribadi/Widyo Andana Pradiptha)

Dua tahun berlalu sejak Widyo Andana Pradiptha bergabung dengan IDN Times Community. Sejak itu pula, dia sudah menghasilkan puluhan juta dari menulis. Sebab, Widyo rajin mengirim artikel, terutama di kanal Sport.

Widyo mengaku bisa mengirim 3–4 artikel per hari sepanjang 2023–2024. Dari sana dia mendapat bayaran hingga 2 juta per bulan. Namun, karena pekerjaannya belakang ini, Widyo menurunkan jumlahnya menjadi 1–2 artikel per hari. Rata-rata penghasilan pun turun meski masih berada di angka 1,2–1,5 juta per bulan.

Widyo biasanya mendapat inspirasi menulis sebanyak itu dari internet. Dia rajin membaca artikel, terutama dari media luar negeri yang berhubungan dengan minatnya akan sepak bola dan balapan, karena penyajian datanya baru dan relevan. Ini juga agar dirinya sekaligus bisa belajar bagaimana caranya mengolah statistik menjadi narasi.

Selain itu, Widyo menemukan inspirasi dengan memperbanyak berdiskusi dengan teman dan komunitas. Menurutnya, cara ini sering disepelekan karena dianggap menghabiskan waktu, apalagi dengan pembahasan yang ngalor-ngidul. Namun, di situlah dia justru menemukan perspektif lain mengenai klub atau tim yang mereka sukai, yang kemudian bisa diolah menjadi artikel yang mumpuni.

4. Menulis artikel tidak selalu mulus, selalu ada tantangan dalam prosesnya

ilustrasi menulis (unsplash.com/Zan Lazarevic)

Menulis artikel, terutama artikel sport, bukan sekadar urusan menulis, melainkan juga sebuah proses panjang yang umumnya dimulai dari sebuah ide. Sayangnya, menemukan sebuah ide saja tidak pernah cukup di IDN Times Community. Sebab, potensi bentrokan ide dengan sesama community writer sangat mungkin terjadi. Artikel yang layak terbit sekalipun bisa tidak terbit saat idenya bertabrakan dengan ide yang sama.

Community writer tentu mesti lebih sering mencari jalan keluar untuk bisa menerbitkan artikel di IDN Times Community dengan potensi bentrokan ide dan tantangan yang mengikutinya. Widyo Andana Pradiptha boleh jadi salah satu yang berhasil menemukan itu. Dia telah bekerja keras mencari formula agar karya-karyanya diterima dengan baik lewat ide-ide yang dianggap orisinal yang dieksekusi dengan penuh detail.

Dalam proses mendapatkan ide, Widyo, misalnya, sering mengalihkan pikirannya kepada aspek historis, perjalanan karier, atau aspek-aspek lain yang dikaitkan dengan isu tertentu alih-alih menggali ide populer yang berpotensi bentrok di kanal Sport. Dari situ, dia bisa mengeksekusinya menjadi sebuah artikel yang terasa lebih punya makna. Syukur-syukur ia berdampak kepada kehidupan yang lebih luas.

Kendati demikian, Widyo percaya kalau tantangan terbesar menjadi seorang penulis itu bukan saat mencari ide, melainkan saat berani menulis jelek. Menulis itu, katanya, seperti memahat patung. Awalnya, bentuknya memang tidak jelas, tetapi di situlah potensinya. Orang tidak bisa membuat patung indah kalau tidak dimulai dari bongkahannya.

Menurut Widyo, seorang penulis jangan terlalu memikirkan karya yang langsung sempurna. Fokus saja menuangkan semua isi kepala seperti apa pun bentuknya. Biarkan dahulu semuanya keluar. “Urusan poles-poles, merapikan, bikin mengalir, itu nanti. Time will tell,” tegasnya.

5. Menulis artikel yang baik membutuhkan waktu

potret Widyo Andana Pradiptha, Community Writer of the Month Juni 2025 (dok. pribadi/Widyo Andana Pradiptha)

Dunia makin terbuka berkat kehadiran internet. Orang yang tinggal di Indonesia bisa mengetahui peristiwa di belahan dunia lain dengan cepat. Namun, banjir informasi juga berpotensi menimbulkan disrupsi.

Widyo Andana Pradiptha memandang ini sebagai salah satu tantangan menulis pada era modern. Itu termasuk menulis di IDN Times Community, terutama dalam urusan pertarungan antara memperhatikan kualitas dan kuantitas artikel. Menurut Widyo, arus informasi yang cepat kadang membuat community writer, termasuk dirinya, ingin menulis lebih cepat. Namun, upaya ini membuatnya malah mengabaikan kualitas. Akhirnya, jadi terburu-buru mengirim artikel dan mendapatkan banyak revisi dari editor.

Oleh sebab itu, Widyo belakangan memilih untuk sedikit memperlambat lajunya dengan memperhatikan detail. Utamanya detail pada informasi yang layak disampaikan. Dia berusaha memilah dan memilih kembali apa yang patut diangkat. Upaya inilah yang kemudian membuat artikel-artikelnya konsisten masuk ke jajaran Best Article bulanan di IDN Times Community. Menurut catatan, karya-karya Widyo menjadi salah satu yang terbaik sepanjang November 2024–April 2025.

Dengan segala pasang-surutnya, Widyo sendiri kini makin termotivasi untuk berkarya lebih sering. Dia tertarik memperdalam ilmunya dalam sports writing. Namun, Widyo tidak menutup kemungkinan untuk menjajal kanal lain di IDN Times. Kebetulan, dia menaruh minat kepada sains dan bisnis.

“Sebagai penyuka karya-karya Carl Sagan dan Ann Drunyan, rasanya banyak yang pengin aku tulis, terutama soal fakta-fakta luar angkasa,” jelas Widyo. “Sementara itu, pengin bahas bisnis karena aku sendiri aktif di trading, jadi cukup mengikuti perkembangan ekonomi dunia. Namun, masih ada keraguan tersendiri karena belum sepenuhnya mengenal karakteristik artikel dan editor di kanal tersebut.”

Dengan begitu, Widyo Andana Pradiptha mungkin segera melebarkan sayapnya ke kanal lain. Kemauannya untuk belajar telah membuktikan dirinya bisa beradaptasi dengan beragam tantangan dalam menulis. Mungkinkah dia merealisasikannya dalam waktu dekat? Sambil menunggu karyanya yang lain, karya-karya lamanya di kanal Sport bisa diakses lewat IDN Times Community.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team