Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat Parentific

Bangun platform scientific-based parenting di Instagram

Kesehatan mental saat ini jadi isu serius sebab memiliki kaitan erat dengan keberlangsungan hidup seseorang hingga keharmonisan keluarga. Sayangnya, tak sedikit informasi terkait kesehatan mental yang disampaikan secara keliru atau mengandung narasi yang menyesatkan. 

Imbasnya, tak sedikit orang melakukan self diagnosis sehingga mengalami kekeliruan dalam melakukan penanganan. Kondisi tersebut justru akan memperparah keadaan mentalnya. Keresahan akan informasi yang kerap simpang siur, juga dirasakan psikolog Arfilla Ahad Dori yang akrab disapa Dori.

Melalui wawancara eksklusif bersama IDN Times pada Sabtu (16/12/23), Dori menjelaskan keresahannya akan informasi dan narasi terkait pola pengasuhan dan mental health yang kerap tak sesuai dengan rujukan ilmiah. Apakah langkah yang dilakukan Dori dalam melihat fenomena ini? Simak kisah inspiratifnya dalam artikel di bawah! 

1. Parentific merupakan platform edukasi yang mengulik topik parenting dan kesehatan mental dengan basis ilmiah

Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat ParentificArfilla Ahad Dori, founder Parentific. (instagram.com/doripii)

Kemudahan mendapatkan informasi di media sosial tak selalu menghadirkan dampak positif. Sejumlah pemberitaan, edukasi, atau konten yang tersebar di platform online justru menciptakan misleading atau informasi yang menyesatkan. 

Keresahan tersebut turut dialami Dori selepas memiliki anak. Informasi tekait kesehatan mental maupun pola pengasuhan banyak disampaikan oleh pihak nonprofesional dengan narasi yang keliru. Tak jarang kesalahan tersebut menjadi tren, diikuti oleh banyak orang, dan membentuk pemahaman yang salah. 

Sebagai psikolog, Dori tergerak untuk berkontribusi dalam mengedukasi masyarakat melalui platform daring yang diinisiasinya, yakni Parentific. Parentific menjadi media edukasi berbasis ilmiah dan praktis yang bertujuan menyebarkan informasi terkait parenting, mental health, dan pendidikan. 

"Jadi sebenarnya Parentific ini adalah sebuah wadah ya, atau kalau aku nyebutnya sih platform ya. Jadi, itu dia lahirnya dari kegelisahanku pribadi gitu, sebagai seorang psikolog dan juga seorang ibu gitu," tutur Dori kepada IDN Times siang itu secara daring.

Keresahan berikutnya adalah terkait topik psikologi yang diangkat biasanya mengandung informasi yang kurang ilmiah, seperti yang disampaikan Dori, "Banyak banget konten parenting atau konten psikologi yang selama ini ditulis oleh mungkin orang yang latar belakangnya nonpsikologi. Jadi besar banget potensi untuk itu misinformation atau mungkin ada hoax-nya juga, ada salah kaprahnya juga gitu."

2. Menjadikan penelitian dan jurnal sebagai sumber utama, Dori ingin mnjembatani ilmu pengetahuan dengan masyarakat awam

Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat ParentificArfilla Ahad Dori, founder Parentific. (instagram.com/doripii)

Menariknya, Parentific berkomitmen untuk mengedepankan informasi berbasis ilmu pengetahuan yang telah teruji dan kredibel. Menghindari konten yang tak bertanggung jawab, Dori yang saat ini berprofesi sebagai psikolog, memilih menulis langsung informasi yang didapat dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, maupun rujukan langsung dari rekan profesinya.

Bukan tanpa sebab, bagi Dori, menyampaikan informasi yang sesuai pendekatan saintifik, akan memberikan edukasi yang lebih komperhensif bagi masyarakat. Untuk membuatnya lebih menarik, Dori tetap menyesuaikan dengan tren yang beredar, mengemasnya dengan grafis yang menarik, dan menyampaikan menggunakan narasi yang ringan. 

"Menggunakan pendekatan saintifik, jadi kalau dibilang berbasis sains, iya berbasis hasil-hasil penelitian. Jadi, selama ini aku juga melihat sebenarnya penelitian itu banyak banget tentang parenting, tentang psikologi, tapi kebanyakan mandek di perpustakaan, di library online," jelas Dori. 

Parentific juga diharapkan bisa menjembatani pemahaman dari masyarakat awam dengan bukti ilmiah. Missing link itu yang berusaha dijembatani oleh Parentific. Jurnal dan penelitian dinarasikan secara lebih ringan agar bisa diterima oleh individu.

Proses pembuatan konten di Parentific memakan waktu yang lama serta proses yang panjang karena Dori tak ingin pesan yang disampaikan  justru menimbulkan kesalah pahaman. "Misalnya, ambil contoh, topik inner child atau topik tes sidik jari. Tes sidik jari itu banyak banget yang request. Waktu itu, terus setelah kita riset, kemudian aku baca penelitian, konsultasi juga ke ahli yang lain, mungkin kakak angkatan, atau rekan sejawat psikolog, terus sempat lakukan riset lapangan juga ke beberapa provider tes sidik jari. Nah, setelah data terkumpul, dituliskan, dan itu memang prosesnya gak simpel," bebernya.

Komitmen tersebut mengorbankan momentum saat sebuah topik ramai dibicarakan. Namun, Dori mengaku tak masalah jika konten yang diunggah terkesan lebih lambat daripada platform lainnya. Ia mengaku tak ingin masyarakat menjadi kian sesat sebab tak jarang, topik yang tengah hype di media sosial sebenarnya tidak memiliki acuan baku atau dasar ilmiah. 

3. Kerap alami penolakan saat sampaikan fakta ilmiah, Dori enggan ambil pusing selama informasi yang disampaikan bukan hoax

Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat ParentificArfilla Ahad Dori, founder Parentific. (instagram.com/doripii)

Tantangan yang kerap dihadapi dalam mengungkap fakta ilmiah adalah penolakan oleh beberapa individu. Misalnya ketika meluruskan stigma, mitos atau hoax yang beredar di masyarakat, tak jarang Parentific mengalami pertentangan. 

Di tanya soal pandangannya akan konten yang mungkin tak memuaskan semua pihak, Dori teguh untuk tetap sampaikan fakta daripada melanjutkan misinformation. "Prinsipku pribadi, yang kubawa ke Parentific adalah edukasi orang yang mau diedukasi. Jadi, prinsip kami seperti itu. Ketika kita sudah menyajikan konten edukasi tetapi ada yang menolak, itu di luar kuasa kami, selama yang kami tulis sudah sesuai jalur pendekatan saintifik."

Dori juga meyakini, orang yang mau belajar, akan memiliki keterbukaan terhadap informasi baru. Ia tak khawatir jika konten Parentific kurang disenangi sebab harus mendobrak pemahaman keliru yang telah diyakini selama ini. 

Meski bergerak di media digital, Dori mengaku tak menargetkan traffic, followers, engagement, dan sejenisnya. Tujuan utama dalam membangun platform ini adalah menyampaikan kebenaran secara ilmiah berdasarkan riset yang telah teruji.

"Goals-ku adalah yang penting aku menyampaikan apa yang selama ini diteliti, dipelajari, dan untuk penerimaannya, kukembalikan lagi ke masyarakat. Kalau memang mereka mau belajar, pasti akan mau baca sampai habis (kontennya) tapi kalau memang gak, kembali lagi ke masyarakat plus minusnya," tambah Dori. 

Baca Juga: Ence Adinda, Sebarkan Edukasi Pilah Sampah lewat iLitterless

4. Parentific semula menjadi platform berbagi, harapannya bisa terus bertahan untuk memberi manfaat

Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat Parentificilustrasi ibu dan anak yang beranjak remaja (pexels.com/Karolina Grabowska)

Tujuan utama dibuatnya Parentific adalah berbagi informasi. Secara pribadi, Dori sebagai awardee LPDP,  beasiswa oleh pemerintah Indonesia, ingin berkontribusi nyata kepada masyarakat luas. Profesinya sebagai psikolog dinilai sejalan dengan tujuan terbentuknya Parentific. 

"Niat awalnya adalah memang untuk sharing. Goals besarnya sebenernya yang aku targetkan adalah sustainability-nya aja gitu, gimana supaya Parentific ini bisa bertahan," kata Dori. Ia seraya menambahkan bahwa pengetahuan terus berkembang dan tak menutup kemungkinan konten Parentific akan mengalami pembaruan apabila ada riset terkini yang mematahkan teori lama.

Di luar profesinya sebagai psikolog, Dori memahami terkadang orangtua ingin mendapatkan informasi secara cepat dan instan untuk menjawab permasalahannya. Meski demikian, Dori mengimbau agar orangtua tetap bersikap skeptis saat menerima informasi, apalagi konten di media sosial. 

5. Masifnya konten di media sosial bisa bikin kondisi mental ibu terganggu. Ini jadi tantangan untuk perempuan

Arfilla Ahad Dori Sebarkan Edukasi Parenting-Ilmiah lewat ParentificArfilla Ahad Dori, founder Parentific. (instagram.com/doripii)

Tantangan menjadi seorang ibu di era digital kian kompleks dan tak jarang memengaruhi kondisi mentalnya. Kebahagiaan, rasa sedih, hingga ekspketasi yang dihadapi seorang ibu dapat dengan mudah terpengaruh oleh konten di media sosial. Apalagi, terkait buah hatinya.

"Masifnya konten-konten tentang parenting, tentang ibu, itu kan banyak banget yang mempengaruhi mental seorang ibu. Saya juga merasa waktu dulu pertama kali fokus di rumah mengurus anak, itu lihat konten sedikit aja, bisa ke-trigger sampai pikiran overthinking," cerita Dori. 

Dori memahami tak jarang orangtua, khususnya ibu merasa lelah dengan peran barunya. Hal ini wajar terjadi karena peran baru juga menghadirkan tanggung jawab yang bertambah. 

Untuk itu, Dori menyarankan perempuan bisa mengambil keputusan secara mindful. "Pertama adalah harus paham dulu bahwa pilihan ini (menjadi ibu) adalah pilihan yang kita ambil secara sadar setelah mempertimbangkan berbagai plus minus-nya. Jadi ketika kita memutuskan, oke aku akan hamil, aku akan punya anak, aku akan menikah pada usia segini, itu kan keputusan yang semestinya kita ambil secara sadar," katanya.

Melalui kesadaran yang penuh, diharapakan penyesalan dan kekecewaan dapat dijalani secara lebih tenang. Jika perempuan masih merasa terpaksa dengan peran menjadi istri atau ibu, Dori sarankan untuk membingkai ulang realita yang tengah dihadapinya saat itu. 

Dori berharap kontribusi yang disalurkanya melalui Parentific dapat membantu lebih banyak masyarakat, khususnya orangtua untuk bisa mengambil keputusan secara lebih sadar dan bijak. Harapannya, setiap keluarga bisa mendapatkan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan serta media sosial dapat menjadi ekosistem yang lebih positif. 

Baca Juga: Fast Fashion, Tren Merusak Bumi demi Penampilan Trendi

Topik:

  • Dina Fadillah Salma
  • Febriyanti Revitasari

Berita Terkini Lainnya