Fenomena Brain Drain, Harapan yang Terbang dari Tanah Air

- Fenomena brain drain di India
- Pengertian brain drain oleh Prof Hermanto Siregar
- Fenomena brain drain di Indonesia dan penyebabnya
Fenomena brain drain atau migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri menjadi isu yang semakin mendapat sorotan, terutama di negara-negara berkembang. Istilah ini merujuk pada perpindahan sumber daya manusia ke negara lain demi mencari peluang yang lebih baik dalam hal karier, pendapatan, dan kualitas hidup.
Meskipun secara individu keputusan ini tampak menguntungkan, secara kolektif, hal ini dapat berdampak serius pada pembangunan negara asal karena kehilangan talenta yang seharusnya menjadi motor penggerak kemajuan nasional. Yuk, pahami lebih dalam di artikel ini!
1. Fenomena brain drain

Dilansir laman UPI, kasus brain drain banyak dirasakan oleh negara negara berkembang. Di India, sejak tahun 1960-an banyak ilmuwan dan tenaga ahli muda India yang berkualitas memilih untuk bekerja di luar negeri. Banyak anak muda India lulusan Indian Intitute of Technology (IIT) Bombay, New Delhi, Madras, dan lulusan universitas lainnya di India yang memilih untuk bekerja di perusahaan perusahaan Amerika, Canada, Inggris dan negara maju lainnya.
Kaum profesional muda India menguasai lebih dari 8000 perusahaan di bidang teknologi komunikasi. Dengan demikian, potensi devisa mengalir deras ke Amerika. Sementara India, negeri asalnya hanya gigit jari. Pemerintah India pun melakukan berbagai terobosan. Salah satunya, tahun 1990-an India memberlakukan transisi kebijakan baru pola ekonomi melalui proses liberalisasi. Hal lainnya melalui penguatan jaringan diaspora sebagai silent networking, yaitu jalinan senyap antar komunitas diaspora. Akhirnya, banyak profesional India yang pulang kampung.
2. Pengertian brain drain

Dilansir laman resmi IPB, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University, Prof Hermanto Siregar, menilai bahwa dalam era konektivitas global yang semakin baik, brain drain merupakan suatu keniscayaan. Ia menjelaskan, brain drain adalah fenomena berpindahnya sumber daya manusia (SDM) berpendidikan atau berkualitas tinggi dari suatu negara ke negara lain. Perpindahan SDM tersebut umumnya dari negara berkembang ke negara maju yang lebih tinggi tingkat kesejahteraan penduduknya.
“Di negara-negara maju yang merupakan tujuan perpindahan SDM berkualitas tersebut, angkatan kerja relatif langka karena rendahnya bahkan negatifnya laju pertumbuhan penduduk. Sementara di negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia terdapat angkatan kerja yang sangat banyak, tetapi kesempatan kerja relatif sedikit,” ujarnya.
3. Fenomena brain drain di Indonesia

Laman UPI menjelaskan, bahwa fenomena brain drain juga terjadi di Indonesia. Walaupun tidak secara masal, pada tahun 1960-an, banyak mahasiswa Indonesia yang tak pulang ke tanah air. Misal, ketika perubahan politik tahun 1965 dari Orde Lama ke Orde Baru, banyak mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di universitas di Rusia ataupun PT di negara Eropa timur dan memilih tak pulang ke tanah air.
Demikian juga pada tahun 1980-an, ketika Menristek BJ Habibie mengirim ratusan remaja potensial untuk belajar ke luar negeri. Banyak para lulusan luar negeri tersebut yang tak langsung pulang. Mereka banyak yang memilih bekerja di berbagai perusahaan di AS.
Demikian juga ketika Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) mengirimkan ribuan tenaga mudanya untuk dididik dalam berbagai disiplin ilmu. Mereka dikirim untuk menjadi ahli pesawat, ahli telekomunikasi, ahli kelautan, ahli satelit, dan sebagainya. Namun dengan adanya restrukturisasi kebijakan BPIS, banyak para profesional tersebut yang menganggur. Kemudian, mereka brain drain ke berbagai perusahaan di luar negeri.
4. Penyebab brain drain

Dilansir laman School Development Outreach, salah satu penyebab utama dari brain drain adalah kurangnya kesempatan kerja yang menarik di negara asal. Banyak individu yang memiliki kualifikasi tinggi merasa bahwa mereka tidak dapat mengembangkan karier mereka dengan baik di dalam negeri, sehingga mereka memilih untuk mencari kesempatan kerja di luar negeri yang menawarkan gaji yang lebih tinggi dan lingkungan kerja yang lebih menarik.
Faktor ekonomi juga turut mempengaruhi keputusan para profesional untuk meninggalkan negara asal, karena mereka mencari kehidupan yang lebih baik dan stabilitas finansial di luar negeri. Para profesional yang memiliki kualifikasi tinggi sering kali merasa terbatas dalam mengembangkan karier mereka di dalam negeri, sehingga mereka memilih untuk mencari peluang kerja di luar negeri yang menawarkan gaji yang lebih tinggi dan lingkungan kerja yang lebih menarik.
Menghadapi tantangan brain drain, diperlukan langkah strategis dan berkelanjutan dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan profesional dalam negeri. Dengan menciptakan iklim yang kondusif, negara tidak hanya mampu mempertahankan sumber daya manusianya, tetapi juga mendorong kembalinya diaspora untuk turut membangun tanah air.