Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual 

Berantas stigma demi cegah pelecehan seksual pada anak  

Belakangan kasus kekerasan seksual semakin marak terjadi di Indonesia. Tak selalu menyasar orang dewasa, nyatanya kekerasan seksual juga sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Kejadian ini seharusnya tidak boleh terjadi pada siapa pun.

Tak jarang dari mereka mulai berani untuk bercerita dan speak up kepada publik melalui bantuan media sosial. Dengan begitu, semakin banyak orang yang sadar bahwa kekerasan seksual sudah sepatutnya untuk dicegah dan dihentikan. Ini pun bertujuan agar tak ada lagi korban, terlebih pada anak-anak dan remaja.

Mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak-anak dan remaja sudah dilakukan oleh salah satu generasi muda Indonesia. Mariana Yunita, perempuan 29 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) secara aktif memberikan edukasi pada anak-anak dan remaja setempat tentang kesehatan seksual.

Tak hanya itu, Mariana bersama timnya yang tergabung dalam Tenggara Youth Community dengan sigap jadi garda terdepan mengedukasi anak-anak dan remaja di NTT terkait bahayanya kekerasan seksual. Bahkan, Tenggara Youth Community juga memberikan pengetahuan tentang Hak Seksual dan Kesehatan Reproduksi sejak dini yang masih dianggap tabu itu.

1. Bersama Tenggara Youth Community, Mariana perjuangkan Hak Seksual dan Kesehatan Reproduksi untuk anak-anak dan remaja  

Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual kegiatan Tenggara Youth Community (dok. Tenggara Youth Community)

Dirikan sejak Agustus 2016, Tenggara Youth Community berfokus memberikan informasi terkait Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) pada anak dan remaja. Mariana dan teman-teman komunitas pun telah memiliki program edukasinya sendiri, yakni Bacarita Kespro.

Program edukasi yang diiniasi tersebut dipilih karena bahasanya yang lebih lokal, sehingga dirasa mampu dekat dengan masyarakat NTT. Bacarita Kespo hadir dengan konsep dan metodenya sendiri.

"Kami (Tenggara Youth Community) datang untuk bercerita pada teman-teman. Metode yang kami siapkan disesuaikan dengan kelompok yang kamu datangi. Kamu mencari tahu karakteristiknya, kebutuhan materi kesehatan reproduksinya, hingga memikirkan cara menyampaikan pada mereka," kata Tata saat diwawancara pada Sabtu (18/12/2021).

Beragam topik kesehatan reproduksi dibahas dengan menarik oleh Mariana bersama teman-teman komunitasnya, seperti pengalaman menstruasi dan mimpi basah yang terjadi di usia awal remaja. Kedua hal tersebut dirasa perlu dibahas karena orangtua jarang mengomunikasikan.

"Aku ingat waktu aku pertama kali menstruasi, bahkan aku kaget karena kejadiannya di sekolah. Belum lagi aku takut di-bully sama teman-teman. Mama tidak pernah kasih tahu ke aku dan adik-adikku," tambahnya.

Adanya program Bacarita Kespro yang dibuat oleh Tenggara Youth Community diharapkan jadi jalan keluar yang baik terkait edukasi HKSR. Sebab, edukasi tersebut sangat dibutuhkan anak-anak dan remaja agar tidak mengalami kebingungan jika mengalami.

2. Semua berawal dari pengalaman menjadi korban pelecehan seksual saat masih kecil  

Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual Mariana Yunita di salah satu acara Tenggara Youth Community (dok. Tenggara Youth Community)

Mengawali berdirinya Tenggara Youth Community ini bukan hal yang mudah untuk Mariana. Perempuan yang akrab disapa Tata ini pernah mengalami kekerasan seksual oleh kerabatnya sendiri. Hal itulah yang memotivasi Mariana untuk membangun komunitas ini bersama teman-temannya agar bisa memberikan edukasi seksual pada anak dan remaja.

Mariana memang bukan lulusan dari pendidikan sejalan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan seksual, reproduksi, atau kekerasan seksual. Ia sempat mengenyam pendidikan dengan jurusan Kedokteran Hewan.

Namun, pengalaman pahit yang ia dapatkan saat masih kecil membuatnya merasa bahwa membahas isu terkait HKSR dan kekerasan seksual sejak dini adalah yang penting dilakukan. Meski belajar ilmu tak sejalan, Mariana tetap teguh akan kemauannya.

"Di Kupang belum ada kelompok remaja yang membahas isu ini atau yang mendengarkan cerita mereka yang menjadi korban. Di Tenggara Youth Community, sebagian besar teman-teman pernah menjadi korban kekerasan seksual atau kekerasan dalam pacaran," ujarnya.

Tak hanya Mariana, banyak orang yang bergabung ke dalam komunitasnya karena pernah merasakan pengalaman serupa. Ketika diwawancara, banyak dari mereka yang mengaku baru menyadari bahwa hal yang dialami adalah kekerasan seksual.

"Tidak ada cara atau jurus tertentu mengajak langsung teman-teman untuk bergabung. Kami lebih berkunjung ke suatu kelompok remaja, lalu bercerita kegiatan Tenggara," tambahnya.

Baca Juga: Semangat Elmi Sumarni, Membangun Mimpi dan Suarakan Isu Disabilitas

3. Banyak kasus yang Tenggara Youth Community dampingi, termasuk kasus lokal

Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual kegiatan Tenggara Youth Community (dok. Tenggara Youth Community)
dm-player

Selama lima tahun berdiri, Mariana bersama teman-teman komunitasnya juga sempat menangani kasus terkait kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi di wilayah NTT. Menurut Mariana, tantangan terbesar kasus yang terjadi adalah kekerasan seksual sampai tindak pembunuhan, sama seperti di wilayah lainnya.

Namun, berbeda dengan kasus kekerasan seksual yang sering dialami remaja atau anak muda. Tenggara Youth Community sering menemukan Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO) pada remaja di NTT. Sayangnya, kasus seperti itu tak pernah dituntas meski melapor.

"Kami pernah mendampingi satu korban dan dia ditanya balik oleh polisi, 'Terus kenapa kamu sudah tahu dia minta video dan foto telanjang, tapi tetap kamu kirim?' Padahal, jawaban itu sangat tidak kita harapkan," jelas Mariana.

Selain itu, kasus lainnya yang paling sering terjadi di Kupang adalah pembuangan bayi. Biasanya, kejadian tersebut menyoroti ibunya yang dianggap tidak becus.

"Padahal, masih ada pihak lainnya, yaitu laki-laki yang sebenarnya bisa kita sorot juga," katanya.

Satu lagi kasus berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang pernah Mariana dan teman-teman komunitas dampingi, yakni tentang Sifon. Tradisi tersebut merupakan penyunatan anak laki-laki dengan cara tradisional menggunakan bambu. Tak berhenti di situ, mereka diminta langsung berhubungan seksual dengan perempuan yang sudah dipilih.

Menurut Mariana, tradisi tersebut sangat berisiko bagi kesehatan seksual anak bahkan bisa menyebabkan penyakit kelamin. Dengan usaha dan tekat yang besar, Mariana akhirnya mampu sedikit demi sedikit memberikan edukasi dan mengubah tradisi Sifon dengan yang lebih aman.

4. Tak selalu mulus, hadirnya Tenggara Youth Community juga sempat mengalami penolakan  

Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual Mariana Yunita di salah satu acara Tenggara Youth Community (dok. Tenggara Youth Community)

Bisa dibilang kini Tenggara Youth Community telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat Kupang, NTT. Namun, semua itu dilalui dengan beberapa penolakan terlebih dahulu. Mariana mengaku pernah mendapat penolakan terkait komunitasnya itu.

Penolakan yang Mariana dapatkan dari sekolah tidak terlihat. Namun, penolakan dari kelompok gereja cukup sering didapatkan. Menurutnya, terdapat kekhawatiran bahwa pendidikan seksualitas berkaitan dengan seks bebas atau berisiko membuat anak hamil di luar nikah.

"Kami sangat mengerti terhadap penolakan tersebut. Jadi, kami kemudian membuka ruang diskusi pada pihak gereja menginginkan informasi dalam bentuk seperti apa. Akhirnya, mereka mengatakan bahwa kalau bisa dikorelasikan dengan Alkitab," kata Mariana bercerita.

Mariana juga menyampaikan bahwa ketika awal pembukaan Bacarita Kespro komunitasnya menjemput bola. Sembari memperkenalkan komunitas pada anak-anak dan remaja, Mariana juga mendekati orangtuanya dan menjelaskan isu yang dibawa. Namun, penolakan verbal yang hanya didapat.

Masih banyak orang-orang yang tidak tahu bahwa edukasi kesehatan seksual itu sangat penting. Tak bisa instan, edukasi ini sifatnya bertahap.

5. Mengedukasi dengan cara yang fun menyesuaikan usia

Cerita Mariana Yunita Bangun Komunitas Peduli Kesehatan Seksual anggota komunitas Tenggara Youth Community (dok. Tenggara Youth Community)

Edukasi mengenai Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi yang dibawa oleh Tenggara Youth Community dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Komunitas ini menyasar anak usia PAUD dan TK hingga dewasa berumur 24 tahun. Tentu dibutuhkan metode yang berbeda di setiap rentang usianya agar edukasi tersampaikan dengan baik.

Mariana dan teman-teman komunitasnya selalu menyesuaikan kelompok yang didatangi berdasarkan banyak hal. Infomasi utamanya adalah umur, sudah belajar tentang apa saja, hingga jumlah laki-laki dan perempuan dalam satu kelompok.

"Kamu melihat atau bertanya pada pendamping tentang metode pembelajaran yang selama ini digunakan. Bahkan, sesi perkenalan saja bisa memakan waktu sampai 30 menit agar para anak-anak dan remaja ini nyaman dengan teman-teman Tenggara," jelasnya.

Selain itu, untuk mendapatkan metode dan materi yang cocok, Mariana kerap sharing bersama teman-teman komunitasnya yang juga tergabung dengan kelompok lain.

"Nanti kalau bahas pubertas, metodenya gimana? Mau gambar sendiri atau gimana? Semua itu pure dari Tenggara," tambah Mariana.

Sebelum pandemik menerjang, kelas edukasi yang dilakukan Mariana dan komunitasnya dilakukan sampai tiga kali dalam seminggu. Di masa pandemik, edukasi sempat dilakukan secara online, seperti WhatsApp grup, Zoom, Google Meet, dan Instagram Live.

Mengubah pandangan orang terkait suatu hal yang dianggap tabu perlu perjuangan. Hal itu dibuktikan Mariana Yunita melalui komunitas yang ia dirikan. Bersama Tenggara Youth Community, semoga masyarakat Indonesia semakin terbuka dan mampu menerima edukasi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) dengan baik. Pergerakan positif ini patut kita dukung demi masa depan Indonesia yang lebih cerah.

Baca Juga: Buah Manis Gede Andika Bangun Les Bahasa Berupah Sampah Plastik

Fernanda Saputra Photo Verified Writer Fernanda Saputra

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya