Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Filosofi Menarik dari Musim Semi, Pertanda Harapan Baru?

ilustrasi musim semi (unsplash.com/@agathe_26)
ilustrasi musim semi (unsplash.com/@agathe_26)

Untuk negara dengan empat musim tentunya sudah sangat familier dengan musim semi. Biasanya, musim semi hadir sekitar bulan Maret hingga Juni. Ciri khas dari musim semi ditandai dengan suhu yang mulai menghangat serta pepohonan yang kembali ditumbuhi dedaunan.

Musim semi tentunya membuat penampilan lanskap sekitar tampak sangat berbeda dengan musim sebelumnya. Meski demikian, kehadiran musim semi ternyata dapat memberikan beberapa filosofi menarik yang bisa jadi inspirasi kehidupan juga, lho!

1. Musim semi adalah waktu untuk menikmati keindahan hidup

ilustrasu musim semi (unsplash.com/@yukato)
ilustrasu musim semi (unsplash.com/@yukato)

Musim dingin memang tampak sangat indah dengan hamparan salju. Namun, musim semi tak kalah menawan dengan rerumputan yang tumbuh hijau dan pepohonan yang kian bersemi. Semuanya bahkan tampak sangat memesona saat dilihat langsung.

Hal inilah yang kemudian memunculkan pendapat bahwa musim semi seolah menjadi waktu untuk menikmati keindahan hidup. Apalagi, dengan hamparan alam yang sangat indah dengan warna-warnanya yang cerah.

2. Menjadi momen saat tumbuhan kembali tumbuh dan bersemi

ilustrasi tulip oranye (unsplash.com/@jsanio)
ilustrasi tulip oranye (unsplash.com/@jsanio)

Pada saat musim dingin, salju yang turun seolah akan menutupi seluruh bagian bumi. Bahkan, pepohonan dan tumbuhan seolah akan menggugurkan daunnya satu persatu. Namun, hal ini akan berubah pada saat musim semi tiba.

Musim semi seolah menjadi momen di mana pepohonan kembali tumbuh dengan cantiknya. Termasuk aktivitas manusia yang kembali berjalan dengan normal setelah sibuk bertahan dari hamparan salju saat musim dingin lalu.

3. Musim semi seolah menjadi harapan baru setelah gugur

ilustrasi bunga lavender (pexels.com/@gottapics)
ilustrasi bunga lavender (pexels.com/@gottapics)

Musim dingin yang hadir sebelum musim semi memang tidak selalu berjalan indah. Terkadang, ada banyak tantangan seperti cuaca yang ekstrem, rasa lapar, hingga kesulitan akses ke luar rumah saat badai salju tiba. Namun, semua itu seolah usai dengan hadirnya musim semi.

Musim semi seolah menjadi harapan baru setelah hadirnya musim gugur dan musim dingin. Meski mungkin semuanya butuh proses, kehidupan seolah kembali normal dan bisa berjalan lebih lancar.

4. Identik sebagai musim penuh cinta

ilustrasi tulip merah (unsplash.com/@jakuma)
ilustrasi tulip merah (unsplash.com/@jakuma)

Jika diperhatikan memang musim semi memiliki keindahan karena tumbuhan yang mulai mekar. Dedaunan dan bunga-bunga seolah mekar dengan indahnya, apalagi ditambah dengan hijaunya rerumputan.

Tidak heran jika ada pepatah yang mengatakan "cinta tumbuh bersemi' sehingga memiliki makna bahwa musim semi identik sebagai musim penuh cinta. Apalagi, ditambah dengan nuansa sekitar yang indah seolah semakin menambah rasa cinta tersebut.

5. Menjadi musim yang ditunggu-tunggu karena dipenuhi keceriaan

ilustrasi warga Jepang (unsplash.com/@trapnation)
ilustrasi warga Jepang (unsplash.com/@trapnation)

Setiap musim seolah memiliki vibes tersendiri yang berbeda satu sama lain. Termasuk dalam hal ini adalah vibes yang dimiliki oleh musim semi. Umumnya, musim semi identik dengan suasana yang penuh dengan keceriaan.

Bahkan, jika diperhatikan lebih dalam, kamu dapat melihat bahwa banyak orang akan menikmati musim semi dengan bersantai di taman. Hal inilah yang kemudian akan semakin menambah keceriaan di antara semua orang.

Keberadaan musim semi seolah memberikan banyak filosofi menarik di dalamnya. Semoga kamu dapat memetik pesan moral positif dari musim semi tersebut dengan penuh keceriaan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us