Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau Mansinam

Galang bantuan pendidikan bersama Papua Future Project

Indonesia punya segudang pekerjaan rumah di bidang pendidikan. Salah satunya soal pemerataan. Tidak semua daerah ternyata terjangkau oleh pendidikan yang sama, terutama di pelosok-pelosok, padahal kita satu Indonesia.

Brischo Jordy Dudi Padatu, pemuda asal Papua, mungkin lebih paham soal itu. Dia melihat kesenjangan dengan mata kepalanya sendiri, utamanya di Pulau Mansinam, Papua Barat—tidak jauh dari tempat kelahirannya di Manokwari, Papua.

Sebagai cendekiawan muda sekaligus putra daerah, Jordy tentu tidak ingin tinggal diam. Apalagi pikirannya dipenuhi niat-niat baik. Dia pun berusaha mengulurkan tangannya untuk membantu Indonesia memecahkan masalah itu.

Brischo Jordy sendiri memulainya dengan menggagas sebuah gerakan bernama Papua Future Project. Lewat komunitas berbasis proyek itu, peraih Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022 dari PT Astra International Tbk tersebut terjun langsung menggalang bantuan pendidikan di Papua Barat.

Bersama para relawan, Jordy hendak memangkas kesenjangan antara pendidikan di kota dan pelosok. Dia mengajak teman-temannya untuk mengajar di Pulau Mansinam.

1. Kuliah sambil menggalang bantuan pendidikan di Pulau Mansinam

Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau MansinamBhrisco Jordy, salah satu peraih Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022, menaiki perahu bersama anak-anak Papua. (instagram.com/papuafutureproject)

Bhrisco Jordy baru mendapat gelar Bachelor of Arts dari International Relations and Affairs President University pada Maret 2022. Itu berarti, dia menggagas Papua Future Project saat masih berstatus mahasiswa. Kebetulan PFA berdiri pada 2020.

Tahun 2020 sendiri merupakan tahun yang berat bagi kebanyakan orang di dunia. Pandemik COVID-19 merebak ke seluruh penjuru; berdampak kepada banyak lini kehidupan, tidak terkecuali di pelosok. Pendidikan yang sejatinya belum cukup mumpuni di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3T) pun makin memprihatinkan.

Pulau Mansinam, Papua Barat, menjadi salah satu yang terdampak. Jordy menyaksikan bagaimana COVID-19 membuat segalanya makin runyam. Pendidikan sempat terbengkalai karena mobilitas yang terbatas. Guru-guru tidak bisa datang, anak-anak kehilangan waktu belajar.

"Guru-guru yang datang ke Pulau Mansinam ini sebenarnya dari kota. Selama ada pemberlakuan lockdown, ya, sudah, anak-anak jadi tidak belajar," jelas Jordy saat diwawancarai. "Sebelumnya saja mereka hanya belajar sekitar 2 jam sehari, itu pun kalau gurunya datang. Ditambah lagi dengan COVID-19, pendidikan mereka sangat tidak karuan."

Kondisi yang tidak meyakinkan menginspirasi Bhrisco Jordy untuk menggalang bantuan pendidikan di Pulau Mansinam. Dia mengajak teman-temannya untuk mengajar di sana. Meski masih sibuk dengan kuliahnya, Jordy mau membagi waktu demi masa depan yang lebih baik untuk banyak orang.

2. Mengulang sejarah di tempat pertama kali masuknya Injil ke Papua

Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau Mansinamkegiatan Papua Future Project (instagram.com/papuafutureproject)

Pulau Mansinam merupakan pulau kecil. Ia tak jauh dari Manokwari, ibu kota Provinsi Papua Barat. Penduduknya tidak lebih dari 800 jiwa.

Pulau Mansinam seperti imaji banyak orang tentang tempat-tempat indah. Pohon kelapa nyiur melambai di pinggir pantai. Lautnya terhampar biru sejauh mata memandang. Sementara, bukit membentang hijau di depan cakrawala yang tidak pernah polos lagi karena pepohonan yang menghiasinya.

Meski begitu, daya tarik Pulau Mansinam bukan hanya pada keindahan alam. Bagi sebagian orang, ia telah menjadi destinasi wisata religius. Apalagi Pulau Mansinam menjadi tempat pertama kali masuknya Injil ke Papua. Tidak heran jika patung Yesus setinggi 30 meter juga tegak di sana.

Mengurai sejarah, masuknya Injil ternyata tidak lepas dari peran Carl Wilhelm Ottouw dan Johann Gottlob Geissler, misionaris asal Jerman, yang datang pada 1855. Mereka datang membawa ajaran agama sekaligus tata cara hidup yang dianggap modern saat itu. Pulau Mansinam lantas disebut sebagai gerbang peradaban di Papua.

Dengan semangat yang mirip, Bhrisco Jordy berjuang melakukan hal yang sama. Lewat bantuan pendidikan bersama Papua Future Project, dia seolah mengulang sejarah. Jordy dkk berusaha membaur dengan masyarakat untuk mengetahui seluk beluk kehidupan mereka sambil belajar dan mengajar.

Jordy sendiri menyadari bahwa anak-anak di Pulau Mansinam berhak atas pendidikan yang cukup, terutama demi menjaga warisan budaya, mempertahankannya, bahkan mengembangkannya. "Caranya dengan memberikan mereka pendidikan sehingga mereka bisa membaca, bisa menulis—menulis tentang budaya apa yang mereka tahu agar tidak terkikis oleh perkembangan zaman," ujarnya.

3. Punya tiga program utama bersama Papua Future Project

Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau MansinamAnak-anak Indonesia mengikuti kegiatan Papua Future Project di Pulau Mansinam, Papua Barat. (instagram.com/papuafutureproject)

Tersenyumlah Indonesia! Sejak digagas pada 2020, Papua Future Project rutin melakukan kegiatan. Mereka kini punya tiga program utama.

dm-player

Program pertama adalah bimbingan belajar intensif di Pulau Mansinam. PFA menggalang bantuan pendidikan tiap Sabtu. Mereka akan berkumpul di kota pada pukul 11 pagi, lalu menyeberang dengan perahu selama 20—30 menit.

"Memang, fokus kami dari awal adalah Pulau Mansinam, karena anak-anak di sini—kalau mau dibilang—itu anak-anak terpilih, sebenarnya. Mereka adalah saksi bersejarah dari peradaban Papua," tutur Bhrisco Jordy Dudi Padatu.

Program kedua adalah donasi buku dan literasi keliling. Kegiatan ini berjalan 2 bulan sekali. Sebab, Jordy dkk perlu waktu untuk mengumpulkan buku dan mengecek daerah-daerah yang membutuhkan berikut akses menuju ke tempat.

Menurut penuturan pemuda kelahiran 9 September 2000 itu, PFA telah menyumbangkan buku ke enam pulau sejauh ini. Mereka menyalurkan semuanya dengan berkolaborasi bersama komunitas-komunitas yang turut membantu meningkatkan literasi.

Untuk literasi keliling sendiri, kegiatannya terdengar menyenangkan. Mereka melakukan trip ke daerah-daerah, seperti liburan, tetapi dengan misi tambahan edukasi, semacam penyuluhan tentang berbagai hal yang menarik di suatu tempat yang dikunjungi.

Sementara itu, program ketiga rupanya bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan lembaga internasional di bawah PBB. Kebetulan Bhrisco Jordy merupakan mitra potensial UNICEF. Tugas mereka adalah memberi penyuluhan tentang kesehatan kepada anak-anak, terutama terkait imunisasi.

"Setelah pandemik COVID-19, mereka sangat takut imunisasi karena desas-desus orang kena vaksin mati di tempat. Jadi, tenaga kesehatan kesulitan sekali memberikan imunisasi kepada anak-anak di sini," terang Jordy dalam sebuah wawancara yang sama.

Baca Juga: Bhrisco Jordy, Pelita Harapan bagi Pendidikan di Pulau Mansinam

4. Meski punya keterbatasan, PFA ingin memperluas uluran tangan ke daerah lain

Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau Mansinamkegiatan Papua Future Project (instagram.com/papuafutureproject)

Papua Future Project berjalan berbulan-bulan bukan tanpa hambatan. Mereka tentu punya keterbatasan, contohnya sumber daya manusia. Ada banyak yang ingin membantu, tetapi terkendala jarak dan waktu.

Dengan keterbatasan itu, Bhrisco Jordy lantas menerapkan asynchronous learning. Metode ini ibarat pembelajaran daring secara tidak langsung. Sebab, para relawan membuat bahan ajar via video yang kemudian diputar saat belajar tatap muka.

Sayangnya, video saja tidak cukup, apalagi jika tidak didukung teknologi yang memadai. Sering kali bahan ajar diputar menggunakan satu laptop, padahal anak-anak yang ingin menonton ada puluhan, bahkan ratusan orang.

Sudah begitu, kurikulum yang ada juga berpotensi tidak cocok. Oleh karena itu, alih-alih mengikuti kurikulum pusat, Bhrisco Jordy memilih menyusun sendiri kurikulum pembelajaran mereka. Dia menyebutnya kurikulum kontekstual.

Kurikulum itu mengintegrasikan pembelajaran mata pelajaran di sekolah dengan nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang berkembang di masyarakat. Ini selaras dengan pandangan Papua Future Project tentang pendidikan yang bukan hanya soal akademis, melainkan juga cara bertahan hidup.

Sejauh ini, proyek berjalan serius. Meski punya keterbatasan, PFA justru ingin memperluas uluran tangan ke daerah lain, bukan cuma Pulau Mansinam. Ini dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan di daerah 3T.

5. Dapat perhatian dari UNICEF dan menjadi salah satu peraih SATU Indonesia Awards 2022

Bhrisco Jordy, Papua, dan Ulangan Sejarah di Pulau MansinamBhrisco Jordy, salah satu peraih Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022, mengajar bersama Papua Future Project di Pulau Mansinam, Papua Barat. (instagram.com/papuafutureproject)

Bhrisco Jordy merupakan sosok yang aktif sejak kuliah. Dia bergabung dengan organisasi-organisasi internasional untuk melebarkan sayapnya, bahkan menjadi mitra potensial UNICEF.

Meski begitu, kepeduliannya kepada tanah kelahiran membawanya pulang ke Papua. Dia sadar peran pemerintah saja tidak cukup. "Tugas mereka bukan hanya di bidang pendidikan, banyak aspek yang harus mereka kerjakan," tegasnya. Indonesia memerlukan pemuda sepertinya untuk ikut bergerak.

Papua Future Project menjadi bukti nyata upaya seorang Bhrisco Jordy dalam membangun Indonesia yang lebih baik, utamanya dalam bidang pendidikan. Ini kemudian menginspirasi Astra Indonesia untuk memberinya penghargaan SATU Indonesia Awards ke-13.

Cerita inspiratif Jordy dan PFA telah memupuk harapan dan optimisme untuk bangkit bersama-sama. Pendidikan dianggapnya sebagai tanggung jawab bersama. Tidak heran jika dia jadi 1 dari 565 penerima SATU Indonesia Awards, yang terdiri dari 87 penerima tingkat nasional dan 478 penerima tingkat provinsi.

Dengan menjadi salah satu peraih SATU Indonesia Awards, Bhrisco Jordy berharap ada lebih banyak perhatian datang ke Papua. Dia bisa membantu menyalurkan perhatian itu lewat Papua Future Project yang terus menjalankan program mereka. Jordy juga berpesan agar pemuda-pemuda Indonesia mau berbagi dari hal-hal kecil yang berdampak kepada lingkungan sekitar.

Baca Juga: Bhrisco Jordy, Secercah Harapan bagi Pendidikan Anak di Papua

G.N. Putra Photo Verified Writer G.N. Putra

Senang dengan olahraga dan budaya populer. Pernah menulis untuk beberapa media.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Naufal Al Rahman

Berita Terkini Lainnya