5 Gaya Hidup Slow Living yang Diminati Anak Muda

- Digital detox: istirahat sejenak dari layar
- Mindful morning routine: awali hari tanpa terburu-buru
- Minimalisme: hidup dengan lebih sedikit tapi bermakna
Di tengah hiruk-pikuk dunia digital yang serba cepat dan penuh tuntutan, semakin banyak anak muda yang memilih melambat. Mereka mulai sadar bahwa kesuksesan tak selalu harus berarti sibuk tanpa henti. Dari sinilah tren slow living atau hidup yang dijalani dengan lebih sadar dan tenang mulai diminati.
Bukan sekadar tren, slow living menjadi bentuk perlawanan terhadap burnout dan overworking yang kini banyak dirasakan generasi muda. Berikut lima gaya hidup slow living yang sedang populer di kalangan anak muda
1. Digital detox: istirahat sejenak dari layar

Banyak anak muda kini mulai menyadari dampak negatif dari konsumsi media sosial yang berlebihan, seperti stres, overthinking, dan FOMO (Fear of Missing Out). Mereka mulai menerapkan digital detox, yaitu kebiasaan menjauhkan diri dari ponsel, notifikasi, dan media sosial selama beberapa jam hingga beberapa hari.
Bahkan, banyak yang menetapkan waktu khusus seperti “no phone after 9 PM” atau “social media-free weekend.” Hasilnya? Tidur lebih nyenyak, pikiran lebih jernih, dan produktivitas meningkat.
2. Mindful morning routine: awali hari tanpa terburu-buru

Alih-alih bangun lalu langsung scroll HP, anak muda kini mulai menerapkan morning routine yang mindful. Ini bisa berupa journaling, meditasi, stretching ringan, atau sekadar minum teh sambil menikmati suasana pagi.
Gaya hidup ini membantu mereka memulai hari dengan perasaan yang lebih tenang dan terfokus. Selain itu, rutinitas pagi yang konsisten terbukti meningkatkan mood dan mengurangi stres harian.
3. Minimalisme: hidup dengan lebih sedikit tapi bermakna

Minimalisme bukan sekadar gaya dekorasi estetik. Bagi banyak anak muda, ini adalah filosofi hidup: memiliki barang yang benar-benar dibutuhkan, bukan yang sekadar mengikuti tren.
Dari lemari pakaian kapsul (capsule wardrobe) hingga membersihkan media sosial dari akun-akun yang tidak membawa manfaat semuanya bagian dari usaha menyederhanakan hidup agar bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar penting.
4. Makan dengan penuh kesadaran (mindful eating)

Di era serba instan dan delivery food, tren mindful eating muncul sebagai bentuk slow living yang berfokus pada menikmati makanan secara utuh. Anak muda mulai meluangkan waktu untuk memasak sendiri, memilih bahan makanan sehat, dan makan tanpa terganggu gadget.
Dengan cara ini, mereka bisa lebih menghargai proses makan, mengenali sinyal kenyang tubuh, dan menjaga hubungan yang lebih baik dengan makanan baik secara fisik maupun mental.
5. Mengisi waktu luang dengan aktivitas tanpa target

Slow living juga berarti memberi ruang untuk aktivitas yang tidak harus “produktif” secara materiil. Anak muda kini gemar kembali ke aktivitas seperti membaca buku fisik, berkebun, menggambar, berjalan sore, atau sekadar mendengarkan musik sambil rebahan.
Aktivitas ini dianggap sebagai bentuk istirahat aktif yang menyenangkan dan menenangkan jiwa, sekaligus menjauhkan dari tekanan budaya hustle yang mengagungkan kesibukan tanpa henti.
Slow living juga berarti memberi ruang untuk aktivitas yang tidak harus “produktif” secara materiil. Anak muda kini gemar kembali ke aktivitas seperti membaca buku fisik, berkebun, menggambar, berjalan sore, atau sekadar mendengarkan musik sambil rebahan.
Aktivitas ini dianggap sebagai bentuk istirahat aktif yang menyenangkan dan menenangkan jiwa. Sekaligus menjauhkan dari tekanan budaya hustle yang mengagungkan kesibukan tanpa henti.