Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi galau (pexels.com/Sofia Alejandra)
ilustrasi galau (pexels.com/Sofia Alejandra)

Lebaran udah beres, tapi bukannya senang, malah muncul rasa galau yang gak jelas. Padahal seharusnya momen ini bikin bahagia, habis ketemu keluarga, makan enak, dan dapet THR. Tapi kenapa ya kok justru banyak orang yang ngerasa sedih atau kosong setelah semua kemeriahan itu berlalu?

Fenomena ini ternyata umum banget lho, bahkan sering disebut post-holiday blues. Bisa karena tekanan sosial, kelelahan, atau bahkan rasa kangen yang berlebihan. Nah, biar gak bingung, yuk cari tahu lima penyebab utama kenapa habis Lebaran malah galau dan gimana cara ngatasinnya!

1. Perubahan rutinitas yang terlalu cepat

ilustrasi galau (pexels.com/Nathan Cowley)

Selama Lebaran, kebanyakan orang terbiasa dengan suasana santai, tidur larut, atau bahkan begadang ngobrol sama keluarga. Tiba-tiba harus balik ke rutinitas kerja atau kuliah yang padat, otak dan tubuh pasti kaget. Rasanya kayak dipaksa lari sprint setelah seharian rebahan.

Belum lagi tekanan buat langsung produktif lagi, padahal mental belum siap. Alhasil, muncul rasa malas, lelah, dan akhirnya galau karena merasa gak bisa beradaptasi dengan cepat. Butuh waktu buat transisi, jadi jangan terlalu keras sama diri sendiri.

2. Kangen suasana Lebaran dan keluarga

ilustrasi galau (pexels.com/Sofia Alejandra)

Momen Lebaran emang spesial, ketemu keluarga besar, makan bersama, dan tertawa cerita masa kecil. Begitu semuanya berakhir, rasa sepi tiba-tiba menyerbu. Apalagi buat yang merantau, balik ke kota sendiri terasa lebih sunyi daripada biasanya.

Gak jarang orang jadi overthinking, mikirin kapan bisa ketemu lagi atau khawatir hubungan sama keluarga bakal renggang. Padahal, silaturahmi gak harus berhenti cuma karena Lebaran udah selesai. Tetap jaga komunikasi biar rasa kangen gak berubah jadi galau berkepanjangan.

3. Tekanan sosial dan ekspektasi yang gak terpenuhi

ilustrasi galau (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Lebaran sering dibumbui pertanyaan-pertanyaan yang bikin deg-degan, kayak "Kapan nikah?", "Udah dapet kerja belom?", atau "Kapan punya anak?". Meski sekadar candaan, pertanyaan itu bisa ninggalin bekas di pikiran, apalagi kalo ekspektasi diri sendiri juga tinggi.

Pas Lebaran berakhir, tekanan itu bisa muncul lagi dalam bentuk rasa gagal atau insecure. Padahal, hidup gak harus selalu sesuai timeline orang lain. Daripada terus-terusan membandingkan diri, mending fokus sama pencapaian sendiri pelan-pelan.

4. Keuangan yang menipis usai Lebaran

ilustrasi galau (pexels.com/Engin Akyurt)

THR udah habis, tapi tagihan malah numpuk. Gak heran kalo banyak orang yang langsung galau begitu ngeliat saldo rekening setelah Lebaran. Apalagi kalo sebelumnya kebablasan belanja baju baru atau bagi-bagi angpao.

Rasa sesal biasanya muncul belakangan, pas udah telat. Tapi tenang aja, kondisi keuangan masih bisa diperbaiki kok. Buat prioritas pengeluaran, cari cara buat nabung lagi, dan yang paling penting, jangan ngulangin kesalahan yang sama tahun depan!

5. Kelelahan fisik dan emosional

ilustrasi galau (pexels.com/Aviz Media)

Persiapan Lebaran itu melelahkan, dari belanja kebutuhan, masak besar-besaran, sampai jadi tuan rumah buat tamu yang dateng terus-terusan. Begitu semuanya selesai, badan rasanya kayak baru abis lari marathon.

Kelelahan fisik bikin emosi jadi gak stabil, mudah sedih, atau gampang marah. Ditambah lagi, habisnya energi positif selama Lebaran bikin tubuh dan pikiran butuh waktu buat recharge. Istirahat yang cukup dan lakukan self-care biar gak terus-terusan terbawa galau.

Galau habis Lebaran itu wajar, tapi jangan dibiarin berkepanjangan. Ingat, momen ini cuma sementara dan semua orang juga ngerasain hal yang mirip. Coba fokus sama hal-hal positif, kayak kenangan indah selama Lebaran atau rencana-rencana seru ke depan. Yang paling penting, jangan lupa buat tetap bersyukur dan nikmati proses.

Hidup gak selalu harus sempurna, yang penting bahagia dengan caramu sendiri. Jadi, udah siap buat move on dari galau dan lanjutin hari dengan semangat baru?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team