Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi merasa tertinggal (pexels.com/Pavel Danilyuk)
ilustrasi merasa tertinggal (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Pernahkah kita merasa seperti semua orang di sekitar bergerak lebih cepat dalam hidup? Rasanya pencapaian orang lain begitu mudah diraih, sementara kita masih berkutat dengan hal-hal yang belum selesai. Perasaan tertinggal seringnya muncul diam-diam dan membuat kita meragukan diri sendiri.

Padahal setiap orang punya garis waktu yang berbeda. Apa yang terlihat dari luar belum tentu menggambarkan seluruh perjuangan yang dilalui. Boleh jadi kita sebenarnya sedang tumbuh dan bergerak maju, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. Berikut beberapa hal yang bikin kita kerap merasa tertinggal.

1. Melihat pencapaian orang lain di media sosial

ilustrasi terjebak perbandingan media sosial (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Media sosial sering menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Kita mudah terjebak untuk membandingkan diri dengan pencapaian yang terlihat sempurna. Tanpa sadar, kita mulai merasa tertinggal dan tidak cukup baik.

Padahal, setiap orang punya tantangan dan perjuangannya sendiri yang tidak selalu ditampilkan. Kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang terjadi sebenarnya dalam kehidupan mereka. Fokus pada perjalanan diri sendiri jauh lebih bermakna daripada terus membandingkan.

2. Merasa terlambat memiliki pekerjaan atau karier impian

ilustrasi menentukan arah karier (pexels.com/Vlada Karpovich)

Melihat teman-teman sebaya sudah bekerja di tempat impian bisa membuat kita merasa ketinggalan. Rasanya seolah-olah kita sedang diam di tempat, sementara orang lain berlari kencang. Namun, kenyataannya setiap jalan menuju karier punya waktu dan prosesnya masing-masing.

Barangkali saat ini kita sedang belajar, memperluas pengalaman, atau memperkuat fondasi untuk masa depan. Hal-hal demikian seringnya tidak terlihat, namun sebenarnya sangat berarti. Jadi, jangan remehkan setiap langkah kecil yang sedang kita jalani sekarang.

3. Belum menikah atau berkeluarga di usia tertentu

ilustrasi perempuan sendiri (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Tekanan sosial tentang pernikahan sering membuat kita merasa seperti ada tenggat waktu yang harus dipenuhi. Ketika teman mulai menikah satu per satu, kita mungkin mulai bertanya-tanya, “Apa aku tertinggal?” Padahal, keputusan besar seperti itu tidak bisa dipaksakan hanya karena merasa tertinggal.

Setiap orang punya prioritas dan kesiapan yang berbeda-beda dalam konteks hubungan asmara. Menunggu waktu yang tepat bukan berarti kita gagal, tapi justru menunjukkan bahwa kita peduli pada kualitas dan kesiapan diri. Jangan terburu-buru hanya untuk memenuhi ekspektasi orang lain.

4. Impian yang tidak kunjung terwujud

ilustrasi merasa tertekan (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Terkadang kita sudah berusaha keras, tetapi hasil yang diinginkan belum juga terlihat. Kita mulai mempertanyakan pada diri sendiri, "Apakah semua ini sia-sia?" Perasaan seperti itu bisa sangat berat dan membuat kita merasa jauh tertinggal.

Namun, proses menciptakan sesuatu seringnya butuh waktu lebih lama dari yang kita bayangkan. Banyak hal besar lahir dari perjalanan panjang yang penuh tantangan. Saat ini kita mungkin belum sampai pada tujuan, namun hal itu bukan berarti kita tidak bergerak ke arah yang benar.

5. Perubahan diri yang terasa lambat

ilustrasi merasa frustrasi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Kita sering ingin berubah menjadi versi diri yang lebih baik, tapi perubahan itu terasa berjalan lambat. Ketika kesalahan lama terulang, kita merasa belum berkembang dan semakin tertinggal. Hal itu bisa membuat kita kehilangan kepercayaan pada proses yang sedang dilalui.

Padahal, pertumbuhan bukanlah sesuatu yang instan. Kemajuan kecil pun tetaplah sebuah progres, meski kadang tak langsung terasa. Memberi ruang bagi diri sendiri untuk tumbuh perlahan adalah bagian penting dari proses menjadi pribadi yang lebih baik.

Tidak apa-apa jika langkah kita saat ini terasa lebih lambat dari orang lain. Proses yang kita jalani sejatinya memiliki nilai tersendiri, dan itu yang membentuk kita jadi pribadi yang lebih kuat. Terkadang, kita hanya perlu berhenti sejenak untuk melihat betapa jauh kita sudah berjalan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team