Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Cara Menjaga Kesehatan Mental Antar Anggota Keluarga

ilustrasi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi keluarga (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Kesehatan mental harus diutamakan, tidak hanya fokus pada kesehatan jasmani
  • Komunikasi dan obrolan di rumah sangat penting untuk menjaga kesehatan mental
  • Pencegahan gangguan mental dapat dilakukan sejak dalam keluarga masing-masing

Tingginya kesadaran generasi milenial dan Z akan kesehatan mental sangat positif. Sehat jiwa dan raga memang harus beriringan. Jangan lagi masyarakat menitikberatkan pada kesehatan jasmani saja dan mengabaikan aspek rohani. 

Meski raga sehat, apabila mental seseorang terganggu maka dia tidak bisa menjalani hidup dengan produktif. Ia memang masih dapat bergerak ke sana kemari. Namun, dia tak mampu berpikir dengan jernih. Tindakannya malah dapat membahayakan diri serta keluarga.

Potensi-potensi terbaik dalam dirinya menjadi gak berkembang. Seperti ia sebetulnya pandai, tetapi gangguan mental membuatnya tidak bisa menggunakan kepandaiannya. Lalu bagaimana cara buat menjaga kesehatan mental? Usaha ini harus dimulai dari rumah yang menjadi tempat anak bertumbuh. Berikut langkah-langkahnya.

1. Biasakan mengobrol setiap hari

ilustrasi percakapan (pexels.com/The OurWhisky Foundation 🥃)
ilustrasi percakapan (pexels.com/The OurWhisky Foundation 🥃)

Kebiasaan setiap anggota keluarga sibuk di kamar masing-masing sampai hampir gak pernah mengobrol bukan hal baik. Untuk sementara waktu memang itu tidak terlihat berbahaya. Tapi tanpa sadar kalian sedang menanamkan rasa kesendirian dalam diri. Kalian adalah individu-individu yang terlepas satu sama lain.

Ikatan sebagai saudara atau orangtua dan anak menjadi hampir tidak terasa. Kalian gak tahu masalah masing-masing. Setiap hari kamu serta anggota keluarga lainnya hanya sibuk dengan pikiran sendiri. Suatu saat kalian pusing sekali memikirkan persoalan yang berat, akal sehat dapat seperti tertutup kabut. Tapi bila kalian terbiasa mengobrol, hati dan pikiran terasa lebih ringan.

2. Bercanda tanpa mem-bully

ilustrasi keluarga (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Candaan sebetulnya juga bagian dari usaha menjaga kesehatan mental. Apabila suasana di rumah terlalu serius dan menegangkan, tingkat stres setiap orang pasti lebih tinggi. Kalian sulit untuk rileks. Hal-hal sepele saja sudah bikin stres apalagi yang lebih berat daripada itu. Akan tetapi, perhatikan betul cara kalian bercanda.

Etika harus tetap dijunjung tinggi. Jangan ada yang bercanda sambil melakukan bullying. Misalnya, mengatakan saudara bodoh atau mengejek fisiknya. Kalau ada anggota keluarga yang bercandanya berlebihan, segera tegur supaya tak menjadi kebiasaan. Walau berbalut candaan, perundungan akan tetap menyakiti hati bahkan bisa bikin orang depresi.

3. Utamakan apresiasi daripada kritik

ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)
ilustrasi keluarga (pexels.com/William Fortunato)

Kritik tidak dilarang untuk diberikan pada saudara, pasangan, anak, bahkan orangtua. Namun, jangan sampai kritik lebih diutamakan daripada apresiasi. Nanti kamu terkesan membenci saudara atau sebaliknya. Kritik yang gak dibarengi apresiasi juga bikin orang lain merasa sama sekali tidak dihargai.

Pilihan kata-kata dalam kritikan tersebut pasti menjadi pedas sekali. Penerimanya bakal overthinking, merasa sangat buruk, serta kehilangan kepercayaan diri. Apabila apresiasi diutamakan daripada kritik, kesehatan mental semua anggota keluarga lebih terjaga. Kalian juga terhindar dari perilaku mencari-cari cela satu sama lain. 

4. Mendiskusikan masalah kesehatan mental secara terbuka

ilustrasi keluarga (pexels.com/Monstera Production)
ilustrasi keluarga (pexels.com/Monstera Production)

Masalah kesehatan mental sangat nyata dan bukan sekadar tren yang diciptakan dalam pemberitaan untuk menakut-nakuti masyarakat. Kalian pasti pernah melihat ODGJ di tempat-tempat umum, mendengar kasus bunuh diri di lingkungan sekitar atau dalam berita, sampai pelaku tindak kriminal yang ternyata mengalami gangguan jiwa. Bicarakan hal-hal di atas secara terbuka.

Semuanya sebetulnya ada di sekitar kalian. Tidak ada gunanya kalian menutup mata atau mengindari topik tersebut. Ketika adikmu kaget idolanya bunuh diri misalnya, jangan menyebutnya lebai. Ajak dia bicara dan beri tahu hal-hal yang bisa menjadi penyebab seseorang bunuh diri. Tegaskan pula bahwa tindakan tersebut bukan buat ditiru. Selalu ada jalan yang lebih baik untuk setiap masalah.

5. Membangun kemandirian, tapi juga siap saling menolong

ilustrasi kakak adik (pexels.com/Angela Roma)
ilustrasi kakak adik (pexels.com/Angela Roma)

Mandiri bukan berarti serba sendiri-sendiri. Tidak semua kesulitan dalam hidup dapat diatasi seorang diri. Semua anggota keluarga harus siap mengulurkan tangan kapan pun dibutuhkan. Jangan selalu mengeluarkan jurus andalan, "Kamu kan, sudah besar. Urus sendiri masalahmu."

Tapi kesediaan saling menolong begini gak bisa dibentuk dalam waktu singkat. Jauh sebelum persoalan berat menimpa siapa pun, kalian telah harus terbiasa saling bantu. Misalnya, adik kesulitan melakukan sesuatu. Dirimu sebagai kakak membimbingnya sampai ia bisa mengerjakannya sendiri. Kalau nilai kemandirian yang diajarkan terlalu kaku, nanti kalian menjadi individualis dan gak punya kepedulian satu sama lain.

6. Membicarakan persoalan tanpa bertengkar

ilustrasi pasangan (pexels.com/Amina Filkins)
ilustrasi pasangan (pexels.com/Amina Filkins)

Masalah pasti ada di dalam keluarga. Bisa persoalan antara kamu dan pasangan, antarsaudara, atau anak dengan orangtua. Hindari sekuat tenaga terjadinya pertengkaran. Cekcok cenderung membuat kedua belah pihak berusaha menekan mental. Kata-kata negatif terus dilontarkan buat membungkam lawan.

Akibatnya, kalian mengalami tekanan psikis yang berat. Ini bahkan lebih buruk daripada pertengkaran dengan teman. Bila sekadar keributan dengan kawan, kalian tidak perlu setiap saat bertemu. Masa-masa kalian gak berjumpa akan memulihkan mental masing-masing. Sementara itu, keributan dengan keluarga di rumah menyebabkan suasana yang tak mengenakkan terus meliputi kalian. Tingkat stres kian tinggi.

7. Jika ada anggota keluarga mengalami gangguan mental, segera periksa

ilustrasi sendirian di kamar (pexels.com/Victor)
ilustrasi sendirian di kamar (pexels.com/Victor)

Meski enam hal di atas sudah dilakukan dan dapat membantu meningkatkan kesehatan mental, gangguan jiwa masih bisa terjadi. Saudaramu misalnya, yang semula tampak baik-baik saja terguncang hebat setelah batal menikah. Kamu serta saudara lainnya sudah mencoba menghibur dan menyemangatinya lagi.

Tapi tampaknya itu belum berhasil. Bahkan saudaramu makin menarik diri dan emosinya sangat tidak stabil. Kondisi begini jangan dianggap aib yang harus ditutupi dari orang luar. Segeralah membawanya berkonsultasi dengan psikolog. Nanti psikolog akan mengarahkan perlu atau tidak saudaramu juga diperiksa oleh psikiater. Jangan biarkan kondisinya memburuk tanpa penanganan ahli.

Kesehatan mental harus menjadi perhatian bersama. Pencegahan gangguan mental dapat dilakukan sejak dalam keluarga masing-masing. Baik kamu sudah berkeluarga atau masih single, lakukan tujuh cara di atas agar kesehatan mentalmu dan seluruh anggota keluarga lebih terjaga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us