5 Pengingat saat Hidup Gak Instagramable, Lebih Penting Realitas

- Hidupmu tak kalah indah dari orang lain, meski feed IG-mu sepi
- Tanpa dokumentasi di medsos, hidupmu tetap punya cerita yang berarti
- Fokus pada prosesmu sendiri dan jalani hidup sesuai kemampuan finansial
Hidup yang Instagramable artinya gambaran hidup yang menarik untuk dibagikan di media sosial. Khususnya, Instagram yang banyak digunakan untuk membagikan foto dan video. Beranda media sosialmu pasti juga sudah kerap dihiasi unggahan orang yang secara visual menarik.
Seperti foto dan video liburan, kebersamaan dengan orang-orang terdekat, hingga berlatar belakang kantor atau pekerjaannya. Semuanya tampak menarik. Unggahan-unggahan tersebut mengesankan kehidupan pemilik akun yang sangat dinamis dan berwarna.
Rasanya beda sekali dengan hidupmu. Kamu malah bingung hendak mendokumentasikan apa terkait keseharianmu. Sepertinya tak ada yang istimewa dan patut dijadikan highlight di medsos. Kamu jangan lantas insecure dengan hidup gak Instagramable. Pahami lima hal ini supaya kamu tak meremehkan hidup sendiri.
1. Bukan berarti hidupmu gak seindah hidup orang lain

Feed IG-mu yang sepi dari foto dan video menarik bukan alasan untuk insecure. Kamu tidak perlu sibuk menduga-duga unggahan orang lain yang serba indah benar-benar menggambarkan kenyataan hidupnya atau gak. Namun, yang pasti itu bukan tanda hidupmu kalah indah dari hidup mereka.
Kamu tak pernah berada dalam kehidupan mereka. Demikian juga mereka tidak menjalani hari-harimu. Hal-hal terbaik dalam hidup tentu dirasakan oleh masing-masing orang. Tapi tak semuanya diabadikan dalam foto atau video.
Kehidupanmu tidak bisa dibilang gak indah hanya lantaran kamu tak mengunggah foto dan video yang menarik banyak komentar dan love. Kamu menjalani keseharian dengan penuh makna juga sudah ciri hidup yang bahagia. Sekalipun kebahagiaan itu gak sampai muncul di feed atau story media sosialmu.
2. Tanpa dokumentasi di medsos, hidupmu tetap punya cerita

Kamu adalah pemilik cerita dalam hidupmu. Dirimu berhak memilih membagikan setiap kisah hidupmu atau menyimpannya buat diri sendiri dan orang terdekat. Sering kali cerita hidup yang terlalu banyak serta penuh warna justru sulit diwakili hanya dalam beberapa foto dan video.
Pun sibuk mendokumentasikan setiap momen dalam hidupmu bisa berakibat kurang baik. Di antaranya, kamu menjadi kesulitan untuk menikmati momen tersebut. Dokumentasi terbaik sesungguhnya ada dalam memorimu.
Daripada setiap momen terdapat foto atau videonya, tapi ketika dirimu melihatnya kembali gak ingat rasanya. Penggunaan kamera secara berlebihan merenggut kesempatanmu untuk betul-betul menikmati suasana. Tidak ada hidup yang tanpa cerita. Sebelum era media sosial pun, kehidupan setiap orang sudah kaya akan cerita.
3. Jadilah penikmat unggahan orang atau tinggalkan saja

Kamu tidak perlu kesal dengan para pengguna media sosial yang mewarnai berandamu dengan foto dan video menarik. Memang itulah salah fungsi media sosial. Tanpa aktivitas mereka, dirimu tak menemukan hal menarik ketika membuka medsos.
Cukup nikmati saja unggahan-unggahan mereka. Walaupun bagimu mungkin foto dan video itu tampak terlalu sempurna dibandingkan realitas, jangan nyinyir. Mereka juga tidak secara terang-terangan mengatakan hidupnya sesempurna unggahan.
Boleh jadi kamu yang terlalu naif dalam mengambil kesimpulan. Kalau dirimu tidak nyaman dikepung oleh unggahan-unggahan seperti itu, minimalkan waktu bermain medsos. Barangkali tren media sosial memang kurang cocok untukmu. Atau, gunakan media sosial lain yang lebih sesuai buatmu.
4. Fokus pada prosesmu, bukan perjalanan hidup orang lain

Baik kamu maupun orang lain sama-sama sedang dan terus berproses. Akan tetapi, sebagian orang mengunggah perjalanan hidup mereka dengan jelas sekali di media sosial. Dirimu dapat dengan mudah mengetahui alur hidupnya.
Seperti beberapa waktu lalu muncul unggahan yang menunjukkan seseorang wisuda S1. Tidak berselang lama kemudian dia membagikan bukti ia lolos beasiswa S2. Kemudian hari-harinya sebagai mahasiswa pascasarjana, lulus, dan mulai bekerja.
Setiap proses yang diunggah dengan jelas seperti ini barangkali membuatmu tidak nyaman. Namun, sebetulnya itu karena kamu menjadi merasa hidupmu berjalan di tempat. Padahal, selama rutinitas dijalankan dengan baik, dirimu juga lagi berproses kok.
Perjalanan hidup orang lain jangan dijadikan pusat perhatianmu. Lihatlah sesekali saja. Selebihnya, kamu perlu memfokuskan diri pada prosesmu sendiri. Kamu bakal merasa lebih tenang dan hemat pikiran.
5. Bila butuh modal besar buat Instagramable, mending tidak usah

Tak bisa dimungkiri, sedikit banyak untuk memiliki hidup yang Instragramable perlu biaya. Besar atau kecilnya dapat sangat bervariasi. Tapi jelas ada biaya ekstra untuk membuat foto dan video yang menarik.
Beda dengan jika kamu tak merasa perlu menjadikan kehidupanmu sebagai konten. Dirimu tidak butuh gadget dengan kamera bagus yang mahal. Kamu pun gak perlu sering-sering makan di restoran mewah cuma biar dapat foto makanan yang estetik.
Juga tidak usah sebentar-sebentar liburan serta menginap di hotel bagus. Bila semua itu dapat menggerus pendapatanmu, keputusanmu untuk menghindarinya telah tepat. Instagramable atau tak, lebih utama menjalani hidup sesuai kemampuan keuangan masing-masing.
Potongan-potongan momen dalam hidup orang lain yang didokumentasikan dengan indah dan dibagikan di media sosial tak perlu menekan mentalmu. Tidak ada hidup yang gak indah selama kamu tahu cara melihatnya secara positif serta bersyukur. Termasuk bila hidup gak Instagramable, bukan berarti hidupmu hampa.