Hypefast Bocorkan Strategi Jitu Brand Menangkan Pasar di Ramadan 2025

- Ramadan sebagai momen istimewa: spiritual dan peluang bagi industri fashion
- Peningkatan signifikan belanja Ramadan di Indonesia, peluang besar bagi brand lokal
- Strategi jitu untuk menangkan pasar Ramadan 2025: live shopping, Employee-Generated Content, optimalisasi hashtag
Bagi masyarakat muslim di Indonesia, Ramadan selalu menjadi momen yang sangat istimewa. Tidak hanya memiliki makna spiritual yang mendalam, tetapi juga dapat menjadi peluang bagi pelaku industri, terutama di bidang fashion untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan konsumen.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar kedua di dunia, Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dalam kebiasaan berbelanja selama di bulan suci. Menurut studi dari Redseer, rata-rata pengeluaran masyarakat Indonesia sepanjang Ramadan diproyeksikan mencapai Rp4,8 juta. Angka ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat cukup tinggi.
Selain itu, angka tersebut menandakan adanya kesempatan besar bagi brand lokal untuk meningkatkan interaksi dan penjualan mereka. Hypefast sebagai house of brands terbesar di Asia Tenggara yang mendukung pertumbuhan brand lokal, memberikan beberapa strategi jitu yang dapat dimanfaatkan oleh brand untuk menangkan pasar di Ramadan 2025. Yuk, simak selengkapnya!
1.Ramadan menjadi momen yang ideal bagi brand untuk membangun koneksi lebih erat dengan konsumen

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa Ramadan menjadi momen spesial bagi masyarakat muslim di Indonesia. Tidak hanya menyimpan makna spiritual yang mendalam, tetapi juga menjadi peluang bagi para pemilik brand lokal untuk membangun koneksi lebih erat dengan konsumen.
Achmad Alkatiri, CEO Hypefast, menuturkan bahwa Ramadan bukan cuma momen yang ideal untuk memperkuat branding, tetapi juga kesempatan emas bagi brand untuk membangun loyalitas pelanggan, memperkuat angegement, dan mendorong penjualan. Hal ini dapat terwujud apabila dilakukan melalui upaya serta strategi yang tepat.
“Dengan tren belanja dan kebiasaan konsumen yang terus berkembang, brand perlu menerapkan strategi yang dapat menyelaraskan semua channel yang dimiliki demi bisa memenangkan pasar di Ramadan 2025,” katanya, dalam keterangan rilis yang diterima IDN Times.
Lebih lanjut, Achmad mengatakan bahwa selama bulan Ramadan, pola konsumsi masyarakat dalam berbelanja turut mengalami perubahan. Menurut data dari Think With Google, 72 persen konsumen menganggap bulan ini sebagai momen terbaik untuk memperoleh penawaran menarik. Di samping itu, 78 persen konsumen lebih terbuka untuk mencoba merek baru.
2.Tren Live Shopping semakin diminati

Ada beberapa strategi jitu yang dapat dimanfaatkan oleh pemilik brand demi meningkatkan penjualan selama Ramadan 2025. Hal ini termasuk memahami tren perilaku konsumen serta mengoptimalkan platform digital dan offline demi mengembangkan konversi selama bulan suci.
Salah satu tren yang semakin diminati adalah belanja live shopping. Data menunjukkan, bahwa sebanyak 46 persen sampai 61 persen pengguna dalam kategori kecantikan, perawatan rumah, dan elektronik menemukan produk melalui demonstrasi secara langsung. Temuan ini didukung oleh data TikTok yang menunjukkan bahwa sepanjang Ramadan 2024 terdapat lonjakan interaksi berkat fitur tersebut.
3.Pemanfaatan Employee-Generated Content (EGC) dinilai lebih efektif

Gak cuma itu, pemanfaatan Employee-Generated Content (EGC) dinilai lebih efektif dalam meningkatkan interaksi bersama audiens. Dengan mendorong karyawan untuk membagikan konten yang autentik, brand dapat memperluas jangkauan dan memperkuat kredibilitas mereka. Strategi ini juga terbukti ampuh membangun kepercayaan audiens sekaligus memberikan sentuhan personal pada brand.
Melalui pengalaman dan wawasan yang dibagikan secara organik, brand dapat menciptakan hubungan yang lebih erat dengan audiens. Pendekatan ini relevan untuk dijadikan sebagai bagian dari kampanye Ramadan guna meningkatkan daya tarik konsumen.
4.Optimasilasi hashtag untuk meningkatkan visibilitas konten

Perlu diketahui, bahwa optimalisasi hastag juga berperan penting dalam meningkatkan visibilitas konten. Sebagai contoh, pada platform TikTok terdapat #racunTikTok yang telah mencapai lebih dari 400 juta views. Selain itu, ada juga #takjil yang telah melampaui 2,6 miliar views.
Pada Ramadan 2024, ditemukan bahwa sebanyak 62 persen dari 1,5 triliun tayangan video di TikTok berkaitan dengan konten belanja. Selain itu, data dari Redseer menunjukkan, sebanyak 70 persen konsumen lebih sering mencari informasi terlebih dahulu sebelum membeli barang. Artinya, dengan mengoptimalkan penggunaan hashtag yang trending selama Ramadan akan membantu konsumen menemukan produk yang mereka cari.
5.Memperkuat strategi promosi di gerai fisik

Meskipun platform digital menawarkan kemudahan dan kepraktisan dalam hal berbelanja, namun gak sedikit masyarakat Indonesia yang tetap menikmati pengalaman berbelanja secara offline. Data menunjukkan, 69 persen konsumen Indonesia masih memilih berbelanja langsung di toko.
Fenomena ini terjadi lantaran dipengaruhi oleh kebiasaan budaya Ramadan di Indonesia, di mana mayoritas masyarakatnya lebih suka mencoba pakaian baru terlebih dahulu sebelum membelinya. Oleh sebab itu, memperkuat strategi promosi di gerai fisik menjadi langkah utama demi meningkatkan daya tarik pembeli dan mendorong penjualan.
6.Menyesuaikan waktu promosi dengan pola konsumsi konten masyarakat selama Ramadan

Strategi terakhir, tapi juga penting adalah menyesuaikan waktu promosi dengan pola komsumsi konten masyarakat selama bulan Ramadan. Achmad Alkatiri menegaskan, bahwa waktu promosi menjadi salah satu faktor krusial kampanye Ramadan dapat berjalan efektif.
“Saat Ramadan, perubahan kebiasaan dalam mengakses konten ikut memengaruhi waktu berbelanja. Studi menunjukkan, banyak orang mulai merencanakan pembelian sejak seminggu sebelum menerima THR. Dengan memahami pola ini, brand dapat menentukan waktu yang tepat untuk mengoptimalkan strategi promosi terutama yang melibatkan penawaran-penawaran spesial,” tambahnya.
Menjelang magrib dan saat sahur menjadi momen utama di mana interaksi digital meningkat secara signifikan. Hal ini karena saat berbuka puasa, banyak orang mulai mengakses media sosial untuk mencari hiburan, informasi seputar promosi, atau bahkan melakukan transaksi last-minute. Begitupun ketika sahur, banyak orang menghabiskan waktunya sebelum Subuh dengan menonton video, menelusuri konten, atau berbelanja secara online.
Strategi ini juga berlaku pada saat promosi offline. Achmad mengungkapkan, promosi di toko atau pusat perbelanjaan akan lebih efektif apabila dilakukan menjelang berbuka puasa. Sebab, saat itu, orang mulai mencari makanan dan berbagai kebutuhan lainnya. Di sisi lain, periode puncak akan terjadi pada minggu terakhir sebelum Lebaran, ketika urgensi berbelanja semakin meningkat.
Dengan memahami pola ini, brand dapat memaksimalkan strategi pemasaran mereka, baik secara offline maupun online. Di sisi lain, menyesuaikan waktu promosi dengan kebiasaan konsumsi masyarakat selama bulan puasa juga membantu membuka peluang yang lebih luas bagi brand untuk mendapat perhatian audiens dan meningkatkan konversi penjualan mereka.
Itulah tadi beberapa strategi jitu dari Hypefast yang dapat mendukung brand lokal dalam menangkan pasar Ramadan di tahun 2025. Jangan lupa terapkan strategi di atas dibarengi dengan mengadopsi nilai-nilai Ramadan supaya kampanye yang dijalankan dapat lebih efektif dan memberi dampak positif yang lebih luas.