5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesia

Pernah baca roman 'Di Bawah Lindungan Ka'bah'?

Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan karya fenomenal berjudul Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan Di Bawah Lindungan Ka’bah. Karya-karya tersebut sangat populer di kalangan masyarakat kita dan mengandung pesan yang bermakna. Lantas, siapa sih tokoh di balik penulisan karya tersebut?

Tidak lain adalah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau biasa dikenal dengan sebutan Buya Hamka, sosok penulis dan ulama termahsyur di Indonesia. Yuk, kenal lebih dekat sosok Beliau melalui fakta menarik berikut!

1. Hamka mendapatkan pendidikan keagaaman dari surau di Maninjau semasa kecilnya 

5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesiapotret sebuah surau (padangpariamankab.go.id)

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka lahir di Maninjau, Sumatera Barat, tepatnya di Desa Kampung Molek pada 17 Februari 1908. Oleh karena itu, masa kecil Beliau banyak dihabiskan di Maninjau. Beliau tinggal di kampung halaman yang asri dengan teras-teras sawah yang bersusun-susun serta pemandangan Danau Maninjau yang indah.

Karena masa kecil Beliau banyak dihabiskan di Maninjau, maka Beliau pun mendapatkan pendidikan keagaamaan dari Surau di Maninjau. Di daerah Sumatera, surau merujuk pada suatu bangunan yang dijadikan tempat beribadah umat Islam, fungsinya memang sama seperti masjid. Surau menjadi tempat yang efektif untuk menimba ilmu keagamaan dan membentuk kepribadian Hamka. Beliau tinggal di Maninjau sebelum pindah bersama kedua orangtuanya ke Padang Panjang.

2. Hamka kecil sering kali menyewa buku di bibliotek milik gurunya, Zainuddin Labay El-Yunusy 

5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesiailustrasi perpustakaan (unsplash.com/Ryunosuke Kikuno)

Minat baca yang tinggi mulai terasa ketika Hamka mengetahui bahwa gurunya, Zainuddin Labay El-Yunusy, yang membuka Diniyah School pada 1916, baru saja membuka bibliotek. Bibliotek merupakan tempat seseorang dapat menyewa buku. Mengetahui hal tersebut, hampir setiap hari Beliau menyewa buku di bibliotek.

Setelah selesai membaca buku yang disewanya, biasanya Hamka menyalin isi buku tersebut dengan versinya sendiri. Saat itu usia Beliau terbilang sangat muda. Namun, Beliau sudah memiliki curiosity yang tinggi, termasuk pada ilmu pengetahuan. Bahkan, Beliau kecil sempat menawarkan diri untuk bekerja di percetakan milik Bagindo Sinaro, karena kehabisan uang untuk menyewa buku. Di sela-sela kesibukan menimba ilmu di Diniyah dan Thawalib, Beliau selalu mengatur waktunya untuk bisa membaca.

3. Potensi menulis Hamka sudah terlihat sejak muda, Khatibul Ummah merupakan buku pertamanya yang berisi pidato teman-temannya

5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesiailustrasi buku tulis (unsplash.com/Aaron Burden)

Semasa mudanya, Hamka belajar retorika di atas mimbar dan giat menghadiri mimbar demi mimbar ketika tokoh SI (Sjarikat Islam) berpidato menggerakkan massa. Kita ketahui bahwa Hamka sangat mengagumi sosok Tjokroaminato, pemimpin SI sejak tahun 1914. Melalui Tjokroaminato, Hamka belajar banyak tentang Islam dan Sosialisme.

Merantau ke tanah Jawa di usia 16 tahun untuk menimba ilmu membuat Beliau memiliki pengetahuan yang luas dan semakin cakap dalam menyampaikan Islam. Dikatakan bahwa saat Beliau kembali ke kampung halaman, Beliau giat berpidato dalam pertemuan-pertemuan besar.

dm-player

Kemudian ketika Hamka berusia 17 tahun, Beliau menjadi juru siar Islam dan anti-komunis. Beliau juga senantiasa membukukan pidato atau khotbah teman-temannya saat di surau Padang Panjang, kumpulan pidato ini tertuang dalam buku pertamanya yang berjudul Khatibul Ummah.

Baca Juga: 5 Quotes Inspiratif Buya Hamka, Tamparan untuk Si Tukang Menyerah

4. Hamka pernah menjadi wartawan dan editor di beberapa surat kabar 

5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesiailustrasi mesin tik (unsplash.com/Daria Kraplak)

Hamka sudah aktif menulis sejak usianya masih belia. Ternyata, Beliau telah aktif menulis bukan hanya sebagai penulis semata, tetapi juga sebagai wartawan dan editor. Tercatat pada tahun 1920-an, Beliau pernah menjadi wartawan beberapa surat kabar, yaitu Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah.

Hamka juga pernah menjadi editor dalam majalah Kemajuan Masyarakat pada tahun 1929. Pengalaman menjadi editor dalam majalah cukup banyak. Selain dalam majalah Kemajuan Masyarakat, Beliau juga pernah menjadi editor dalam majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat, dan Gema Islam.

Dalam majalah Panji Masyarakat, Beliau tidak hanya menjadi editor, tetapi juga turut menulis. Dikatakan bahwa Panji Masyarakat adalah majalah yang sangat terkenal kala itu karena menerbitkan tulisan Bung Hatta yang berjudul Demokrasi Kita.

5. Hamka adalah penulis yang produktif menulis buku dalam berbagai genre 

5 Fakta Buya Hamka, Penulis sekaligus Ulama Ternama di Indonesiaposter film Di Bawah Lindungan Ka'bah (hotstar.com)

Di samping merupakan aktivis Islam, Hamka memiliki potensi yang luar biasa dalam menulis di berbagai genre, termasuk fiksi maupun nonfiksi. Beberapa roman yang pernah Beliau tulis di antaranya Di Bawah Lindungan Ka’bah, Merantau ke Deli, dan Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Setelah merampungkan roman-roman tersebut, Beliau tak berhenti menulis roman dan menghasilkan karya, di antaranya Di Lembah Sungai Nil, Di Tepi Sungai Dajlah, dan Mandi Cahaya di Tanah Suci.

Tercatat bahwa saat Orde Baru pada 1966, Hamka lebih banyak berperan sebagai ulama. Kemudian di tahun 1975, Beliau menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Meskipun demikian, bukan berarti Beliau berhenti menulis. Beliau tetap menulis dengan tulisan yang lebih menonjolkan keulamaannya.

Dari beberapa fakta menarik tentang Buya Hamka di atas, kita jadi tahu perjalanan hidup Buya Hamka dan potensi yang dimiliki Beliau sungguh luar biasa, ya. Tentunya, ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Beliau, termasuk bagaimana Beliau memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan.

Teringat salah satu kutipan Beliau yang mengatakan, “Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Novel Buya Hamka, Bikin Kamu Nostalgia Masa Lalu

Riani Shr Photo Verified Writer Riani Shr

Menulis adalah salah satu upaya menyembuhkan yang ampuh.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Chalimatus Sa'diyah

Berita Terkini Lainnya