Kegigihan Hasyim Membangun Pedis Care untuk Merawat Pasien Luka

Metode subsidi silang yang membantu pasien kurang mampu

Pandemik yang terjadi pada 2020 membuat orang-orang lebih fokus dengan COVID-19. Padahal ada banyak penyakit lain yang juga perlu diperhatikan, seperti diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan kadar gula tinggi.

Kondisi yang kerap dialami oleh pasien diabetes adalah luka yang sulit sembuh sehingga diperlukan penanganan khusus untuk merawat luka diabetes. Jika tidak, luka bisa semakin parah dan semakin lama proses penyembuhannya.

Diabetes tak mengenal kasta ekonomi, penyakit ini bisa menyerang kalangan atas, menengah, bahkan bawah. Aktivitas pun jadi terganggu, belum lagi apabila penderita adalah seorang kepala keluarga. Akibatnya, penderita dan keluarga bisa mengalami kondisi mental yang kurang baik dan kehilangan harapan. Lantas bagaimana nasib mereka yang tak punya cukup biaya jika anggota keluarganya mengalami luka?

Perawatan luka diabetes yang asal-asalan mengetuk pintu hati Hasyim. Karena keterbatasan, pasien luka diabetes hanya dirawat seperti luka biasa. Perban yang lama dibuka, luka dibersihkan sendiri, dan ditutup perban lagi. Padahal, seharusnya ada penanganan tersendiri untuk luka seperti itu. Apabila tetap ditangani tidak sesuai prosedur, maka luka bisa semakin parah dan kaki berakhir diamputasi.

Hasyim mengklaim bahwa perlu bahan dan metode tersendiri untuk merawat luka seperti ini. Ia kemudian bertekad untuk membantu pasien-pasien luka dengan membangun Pedis Care, layanan kesehatan dan pelatihan khusus luka.

Baca Juga: Asa Itu Bernama Pedis Care, Untuk Indonesia di Tengah Darurat Diabetes

1. Bersama rekan sesama perawat, Hasyim membuat sebuah layanan kesehatan di tahun 2015 yang fokus pada perawatan berbagai macam luka

Kegigihan Hasyim Membangun Pedis Care untuk Merawat Pasien LukaAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Pedis Care merupakan sebuah platform layanan kesehatan untuk merawat luka seperti luka diabetes, luka bakar, hingga luka kanker. Pedis Care menyediakan perawatan di luar rumah sakit dan berbasis homecare. Hasyim menggunakan bahan khusus dan metode yang berbeda untuk merawat pasien-pasien yang menderita luka diabetes.

Pada awal terbentuknya, Pedis Care beranggotakan tiga orang. Kini, telah ada sebanyak 50 orang yang menjadi keluarga besar Pedis Care. Hasyim tak sembarangan memilih personil untuk tim Pedis Care. Ada kompetensi khusus dan pengawasan yang ketat.

Hasyim mengklaim bahwa kebutuhan terhadap pelayanan homecare semacam ini mendapat high demand terutama pasca pandemi. Pedis Care tak hanya berupa layanan kesehatan homecare, tetapi juga menyediakan beragam kursus dan pelatihan khusus bidang luka baik secara offline maupun online. 

Uniknya, Pedis Care bisa mendeteksi dan menganalisis kondisi luka diabetes. Pengguna hanya perlu memberikan hasil foto dan video yang menampilkan luka dari beberapa angle. Setelah itu, teknologi AI akan generate atau menganalisis kondisi luka. Beberapa informasi akan muncul, seperti luas luka, berapa persen jaringan yang sehat dan berapa persen jaringan yang mati.

Hasil analisis tersebut sangat memudahkan bagi perawat Pedis Care karena dapat memangkas banyak waktu dalam mengetahui kondisi luka pasien. Bahkan, Pedis Care bisa memberikan grafik terkait evaluasi progres penyembuhan. Misalnya, saat pertama dianalisis luka pasien luasnya sekian, kemudian hasil analisis berikutnya berkurang menjadi sekian.

Hal tersebut juga menjadi acuan bagi pengelola Pedis Care dan membuat mereka semakin merasa bahwa treatment yang Pedis Care berikan efektif membuahkan hasil. Poin plus-nya, hasil analisis semacam ini dapat membantu tim perawat dalam menjelaskan pada keluarga pasien terkait luka yang diderita, bahwa lukanya berkurang sekian hingga tentang perkiraan durasi perawatan menuju luka menutup sempurna. Hasyim mengklaim bahwa rasio kesembuhan luka parah dari hasil perawatan oleh Pedis Care bisa menyentuh angka 80 persen, termasuk luka diabetes yang mencapai 88 persen dengan rata-rata durasi perawatan selama 11 minggu.

Dalam perkembangannya, Hasyim bahkan membuat alas kaki khusus penderita diabetes, ini merupakan hasil penelitian yang ia lakukan sebagai seorang dosen. Alas kaki tersebut hadir sebab ada banyak cerita pasien yang mengalami luka karena alas kaki yang dipakai tidak sesuai. Alas kaki yang tidak cocok, terlalu sempit, dan sebagainya dapat membuat kaki pasien mudah lecet dan terinfeksi yang akhirnya kaki bisa membusuk karena luka.

Hasyim melakukan berbagai riset dan uji coba untuk membuat alas kaki yang bisa melindungi kaki pasien diabetes agar terhindar dari luka parah. Alas kaki khusus penderita diabetes ini terus berkembang seiring waktu, termasuk dalam penyesuaian model dan desain. Hasyim melakukan modifikasi sedemikian rupa agar alas kaki ini bisa dipakai di berbagai situasi.

2. Hasyim menegaskan bahwa untuk mendapatkan impact maksimal, kolaborasi menjadi salah satu hal yang sangat penting

Kegigihan Hasyim Membangun Pedis Care untuk Merawat Pasien LukaAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Hasyim mesti menemui ahli-ahli di bidang teknologi untuk sharing terkait perkembangan Pedis Care. Menurut tim Pedis Care, salah satu hal yang menghabiskan banyak waktu saat akan melakukan perawatan adalah ketika menganalisis kondisi luka termasuk panjang, lebar, dan kedalaman luka.

dm-player

Pedis Care membantu menentukan strategi perawatan sekaligus mengukur progres perawatan dari hasil assessment. Prosedur bagi calon pasien yang ingin menggunakan jasa Pedis Care cukup mudah. Calon pasien bisa langsung datang ke lokasi Pedis Care untuk meregistrasikan diri dan memenuhi persyaratan lainnya.

Jika calon pasien tidak memungkinkan untuk dibawa datang atau kondisi fisik kaki yang cukup parah, tim Pedis Care bisa diundang untuk langsung mengunjungi lokasi pasien dan melakukan treatment di rumah. Pedis Care juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya jika dibutuhkan. Misalnya ketika mendapatkan pasien diabetes dengan kadar gula yang sangat tinggi, Pedis Care berkolaborasi dengan ahli kesehatan terkait untuk mengurangi kadar gulanya.

“Ketika bikin startup atau bisnis (ini), kita cari impact yang maksimal. Kalau bisa tidak terlalu lama mencapainya. Dibutuhkan (kolaborasi) meski beda merger. Kolaborasi (ini) bisa (memberi) impact signifikan. Waktu mau bikin aplikasi, (kami) ngobrol dengan software developer,” jelas Hasyim saat diwawancarai.

Di tengah perkembangan Pedis Care, Hasyim mengklaim bahwa terdapat sinyal yang muncul dari market. Menurutnya, di kondisi saat itu ternyata tidak hanya sekadar perawatan luka diabetes yang sangat dibutuhkan terutama ketika pandemik COVID-19.

Rumah sakit mulai membatasi pasien yang bisa dirawat dan terfokuskan dengan pasien COVID-19 sehingga kuota rawat inap rawan dikurangi. Orang-orang yang menderita kasus lain cenderung kurang mendapat perhatian. Karena demand yang tinggi itu, Pedis Care kemudian membuat sebuah tim khusus bernama PedisCareGiver yang bisa memberikan pelayanan homecare ke rumah pasien.

Pedis Care berkembang tak hanya menangani kasus luka, tetapi juga kasus lain seperti hipertensi dan stroke. Pedis Care pun mengembangkan pelayanannya selama 24 jam sehari dengan sistem shift di rumah pasien.

Meskipun jarang menerima respons negatif berupa penolakan mentah-mentah, perkembangan Pedis Care tak berjalan begitu mulus. Dalam mewujudkan ide yang sangat inovatif ini, Hasyim menyediakan tempat untuk praktik, tak lupa memasang papan identitas sebagai tanda bahwa Pedis Care membuka jasa.

Namun, Hasyim mengaku bahwa selama 3-4 bulan pertama ia hampir tanpa aktivitas alias zero transaction antara customer dengan Pedis Care. Keadaan ini lantas tak langsung membuat Hasyim putus asa. Ia kemudian mengadakan evaluasi dan sharing bersama rekan-rekan termasuk co-founder Pedis Care. Mereka menemukan bahwa Pedis Care masih kurang dalam hal edukasi dan promosi.

Sebab tim Pedis Care tidak mempunyai background tentang hal semacam itu, tim kemudian mengikuti pelatihan dan mencari banyak sumber pengetahuan termasuk berdiskusi bersama rekan yang ahli di bidang marketing. Setelah proses inilah akhirnya Pedis Care bisa go to the market.

Langkah selanjutnya yang Pedis Care lakukan antara lain mengadakan penyuluhan ke beberapa kampus, membuat webinar untuk masyarakat, dan membangun media sosial termasuk akun kanal YouTube. Bahkan mereka bekerja sama dengan teman-teman yang ada di rumah sakit agar pasien-pasien yang membutuhkan perawatan luka khusus bisa diarahkan ke Pedis Care. Dari sinilah kemudian Pedis Care semakin dikenal banyak orang hingga dijadikan sebagai rekomendasi "rujukan".

3. Sumber dana dalam membangun Pedis Care berasal dari subsidi silang, donatur dari yayasan luar negeri, sampai pos pendanaan dari badan amal

Kegigihan Hasyim Membangun Pedis Care untuk Merawat Pasien LukaAhmad Hasyim Wibisono (instagram.com/ahmadhasyimwibisono)

Upaya Hasyim mengatasi pasien-pasien kurang mampu patut diapresiasi. Di awal pendirian Pedis Care tahun 2015 dan 2016, Hasyim fokus pada pendanaan. Pria kelahiran Malang ini melakukan subsidi silang antar pasiennya. Pedis Care mengajak pasien-pasien kalangan ekonomi atas untuk membantu pasien-pasien kalangan bawah dengan berdonasi.

Selain itu, ia juga mendapatkan dana dari yayasan amal di Australia karena kebetulan dosen Universitas Brawijaya ini sempat mengemban ilmu di sana. Pedis Care pun bekerja sama dengan badan amal dalam negeri seperti Rumah Zakat hingga Dompet Dhuafa. Kas donasi inilah yang akan membantu pasien-pasien kurang mampu, baik berupa potongan biaya sampai digratiskan 100 persen. Hasyim menambahkan bahwa pasien yang kurang mampu hanya perlu membuktikan ketidakmampuan melalui surat keterangan tidak mampu dari kelurahan setempat. 

Melihat pasien-pasien luka yang kembali bangkit setelah mendapatkan perawatan dari Pedis Care sering membuat hati Hasyim tersentuh. Kegigihan yang Hasyim lakukan dalam membangun Pedis Care menjadikannya salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Award di tahun 2019.

Ke depannya, Hasyim berharap Pedis Care bisa melakukan ekspansi ke wilayah lainnya terutama kota-kota besar yang ada di Indonesia. Saat ini, Hasyim mengungkapkan bahwa Pedis Care telah hadir di Malang dan Sidoarjo. Hasyim juga berharap bisa membuat e-book interaktif dan inovatif sebagai bentuk melanjutkan hasil karya tulisan rekan-rekan sesama akademisi.

Niat tulus Hasyim untuk merawat luka diabetes ini dimaksudkan agar para pasien luka diabetes tetap bisa mendapat perawatan terbaik, terhindar dari amputasi, dan memberi harapan agar masa depan tak hilang begitu saja. Sebab rata-rata penderita kasus ini merupakan tulang punggung keluarga yang masih dalam usia produktif. Jika sampai terjadi amputasi, mereka mungkin bisa kehilangan pekerjaan padahal harus terus menafkahi keluarganya.

Hasyim mengingatkan bahwa penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi tak bisa hanya mengandalkan obat untuk proses kesembuhan. Kondisi semacam itu berasal dari faktor gaya hidup, misalnya pola makan. Ia pun berpesan agar kita semua harus lebih sadar terkait kebiasaan sehari-hari. Sudah waktunya untuk membenahi pola makan, olahraga, hingga pemeriksaan fisik secara rutin. Ini semua merupakan upaya kita dalam mengontrol kesehatan diri sendiri. 

Baca Juga: Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan Dongeng

Indy Mabarroh Photo Verified Writer Indy Mabarroh

02

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya