Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan Dongeng

Berkeliling ke rumah ibadah, tebarkan pesan perdamaian

Maluku memiliki sejarah kelam yang membuat masyarakatnya terpecah belah. Konflik berlandaskan politik, etnis, dan agama yang terjadi pada 1999—2002 menimbulkan segregasi atau pemisahan wilayah di Maluku. Hingga kini, sejumlah kelompok agama akhirnya menempati wilayah yang berbeda dengan sesamanya. 

Tinggal di wilayah yang homogen membuat anak kecil dan generasi muda rentan terhadap intoleransi. Terlebih, orang-orang tua yang mengalami konflik 1999—2002 tersebut mewariskan pengalaman traumatisnya secara turun-temurun. Akan tetapi, kisah yang diwariskan hanya berdasarkan satu perspektif saja. Setiap kelompok merasa bahwa kelompok lain adalah antagonis di kisah masing-masing. 

Kondisi sosial di Maluku yang rentan untuk terpecah belah ini pun membuat seorang pemuda tergerak. Ia melihat bahwa kini sudah bukan saatnya menuding satu sama lain karena masalah di masa lalu. Ia merasa ini sudah saatnya mewujudkan hak generasi muda untuk hidup dalam perdamaian. Ialah Eklin Amtor de Fretes, pemuda asal Maluku yang kini berkeliling untuk menebarkan pesan toleransi melalui cerita dongeng

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes dan Upaya Merawat Perdamaian Lewat Dongeng

1. Eklin bergerak demi memutus cerita konflik Maluku yang diwariskan turun-temurun

Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan DongengEklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)

Eklin Amtor de Fretes atau yang akrab disapa Kak Eklin merupakan seorang pemuda dengan semangat tinggi untuk menyatukan saudara-saudaranya di Maluku. Ia tak ingin generasi muda terkotak-kotakkan berdasarkan kelompok dan agama masing-masing. Padahal sebenarnya, ini terjadi karena mereka tidak saling mengenal akibat segregasi wilayah pasca konflik 1999--2002.

"Saya melihat akibat konflik itu, terjadi segregasi wilayah. Saudara-saudara muslim terpisah dari saudara-saudara Kristen. Kita tinggal terpisah-pisah dengan jarak yang disekat jauh. (Seakan) ada pilar, ini daerah Kristen, ini daerah Muslim. Kita tinggal jauh terpisah sekali. Nah, segregasi wilayah itu bisa berdampak pada segregasi pemikiran," kata Eklin mengungkapkan kekhawatirannya. 

Risiko perpecahan dan intoleransi ini pun dikhawatirkan meningkat karena cerita turun-temurun yang diwariskan oleh para orang tua. Setiap kelompok menceritakan versi mereka masing-masing kepada anak sehingga cerita yang didapatkan hanya dari satu sisi. Padahal, cerita dari kelompok lain bisa saja berbeda. 

Namun dari masalah ini, Eklin terinspirasi untuk melawan kebiasaan yang ada. Ia ingin menghadirkan cerita yang lebih membangun kepada generasi muda sehingga mereka bisa saling merangkul dalam perdamaian.

"Saya berpikir, kalau memang segregasi wilayah itu bisa berdampak pada segregasi pemikiran akibat penuturan atau cerita, maka hal itu bisa dilawan juga dengan penuturan atau cerita yang lebih membangun kepribadian anak-anak dengan lebih baik. Nah, saya pakai metode dongeng," jelas Eklin. 

2. Dongeng dipilih sebagai media menebarkan perdamaian karena tidak menggurui

Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan DongengEklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)

Pada akhir 2017, Eklin akhirnya memutuskan untuk menjalankan misinya dengan mendongeng. Ia menggunakan dana pribadinya sebagai modal, yaitu untuk membeli boneka puppet sebagai temannya bercerita. Boneka tersebut dinamai Dodi, akronim dari Dongeng Damai. 

Eklin mengaku sebenarnya langkahnya ini adalah langkah yang nekat karena ia sebenarnya tidak bisa mendongeng, bahkan laki-laki tersebut mengaku tidak suka anak-anak. "Saya, pertama tidak suka anak-anak, tidak bisa bermain dengan anak-anak seperti itu. Tapi hanya modal niat tersebut, lalu saya juga tidak bisa mendongeng sama sekali. Sekali lagi, niat itu, lalu saya mulai kumpul uang untuk beli boneka," kata Eklin. 

Laki-laki yang kini juga menjadi pendeta tersebut juga mengungkapkan alasan kenapa dirinya memilih metode mendongeng. Menurutnya, dongeng memiliki nilai-nilai baik dan bisa membentuk perilaku anak-anak. Dongeng juga bisa mengajarkan kedamaian dengan lebih menyenangkan sehingga bisa lebih "masuk" pada anak-anak. 

"Bagi saya, dongeng itu memiliki nilai-nilai yang baik dan dapat membuat perilaku atau budi pekerti anak-anak itu tumbuh lebih luhur. Di dalam dongeng itu kita bisa mendidik anak-anak, mengajarkan anak-anak tanpa harus menggurui. Anak-anak bisa belajar tentang damai, cinta kasih, menghargai tanpa kita harus menggurui mereka dari nilai-nilai yang ada di dalam dongeng itu," tambahnya. 

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes dan Upaya Merawat Perdamaian Lewat Dongeng

3. Perjalanan mendongeng Eklin menuai penolakan

Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan DongengEklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)
dm-player

Bersama bonekanya, Dodi si Dongeng Damai, Eklin mulai menyusun dongeng yang disampaikannya kepada anak-anak. Ia memilih fabel atau dongeng dengan karakter hewan yang dinilai familier di segala kalangan, mulai anak-anak di bawah 8 tahun hingga lanjut usia. 

Eklin mengungkapkan bahwa keputusannya mengajak Dodi diawali karena ia merasa tak percaya diri. Sebab selama ini, ia belajar mendongeng secara otodidak melalui YouTube. Ia pun merasa bahwa ada "seseorang" yang harus menemaninya dan boneka bisa mencuri perhatian anak-anak. 

Ia mengatakan, "Nah, saya pikir sebagian besar pendongeng itu punya boneka. Jadi, pendongeng itu ciri khasnya dengan boneka, saya masih berpikir awam sekali seperti itu. Lalu, saya gunakan metode itu untuk mendongeng. Modal berani untuk bisa terjun ke situ."

Pemuda asal Ambon ini bahkan berhasil menguasai teknik ventrilokuisme, yaitu mendongeng tanpa menggerakkan bibir. Teknik ini dipelajarinya selama 2 minggu untuk "menghidupkan" Dodi. 

Eklin kemudian memulai perjalanannya dengan mendongeng di sebuah wilayah pedalaman. Wilayah tersebut dihuni oleh kelompok agama suku. Eklin mencoba untuk masuk ke wilayah tersebut pada 1 Januari 2018. Namun ternyata, Eklin harus ikhlas mendapatkan penolakan dari warga setempat. Ia ditolak dan diusir dari wilayah tersebut karena dituduh hendak melakukan Kristenisasi, mengingat dirinya saat itu adalah seorang calon pendeta. 

"Mereka berasumsi bahwa saya hendak melakukan Kristenisasi dengan menggunakan media mendongeng atau dengan masuk melalui anak-anak. Saya diusir, tapi itu gak mematahkan niat saya untuk terus melakukan aktivitas perdamaian bagi anak-anak," kata Eklin dengan semangat. 

Laki-laki asal Ambon tersebut lantas pindah ke area agama suku lainnya pada tanggal 2 Januari 2018. Ternyata, usaha keduanya tersebut membuahkan hasil. Eklin diterima dan berhasil mendongeng bersama Dodi. Bahkan ia diizinkan untuk melakukannya di tempat umat agama suku itu melangsungkan upacara adat. 

Setelahnya, Eklin mengunggah kegiatan mendongengnya itu di Facebook dan berhasil mendapatkan respons baik dari berbagai kalangan. Ia bahkan tak perlu lagi mencari-cari, tapi justru disediakan tempat di berbagai gereja, masjid, vihara, klenteng, pura, dan tempat-tempat keagamaan lainnya. Tak sampai di situ, Eklin juga mendatangi rumah sakit dan daerah bencana untuk menghibur anak-anak di sana. 

4. Bukan uang, tawa dan senyum anak-anak menjadi kepuasan tersendiri bagi Eklin

Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan DongengEklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)

Rumah ibadah, rumah sakit, hingga daerah bencana menjadi "mimbar" Eklin untuk memutus rantai konflik melalui dongeng. Tak pernah sekalipun dirinya menerima uang dari kegiatan tersebut. Sekalipun pernah, uang tersebut disalurkan Eklin untuk anak-anak yang membutuhkan biaya pemulihan di rumah sakit. Pemerintah setempat pun tidak melirik upaya Eklin. 

Ia berkata, "Saya tidak pernah dapat uang atau sesuatu yang berharga dari situ tetapi ketika melihat anak-anak bisa bersatu seperti itu, saya merasa kepuasan tersendiri dan merasa bahagia dengan hal itu. Dengan demikian, itu menjadi batu loncatan untuk saya tetap bergerak bagi anak-anak dengan media atau metode tersebut."

Seperti yang dikatakannya, laki-laki ini tak mengharapkan materi dari kegiatan mulianya. Ia cukup puas setelah bisa melihat anak-anak tertawa dan berpelukan berkat dongeng yang diceritakannya kepada mereka. Itu artinya, ia berhasil menjalankan misinya untuk menebar perdamaian.

"Saya bisa bawa anak-anak Islam ke Kristen dan anak-anak Kristen ke daerah Muslim, mereka bersatu. Selama puluhan atau belasan tahun itu mereka tidak pernah bertemu, mereka bersatu dengan dongeng. Mereka bisa berpelukan dengan dongeng. Mereka bisa tertawa dengan dongeng. Itu satu kepuasan tersendiri bagi saya," tutur Eklin. 

5. Eklin akan terus berkeliling untuk mendongeng hingga berhasil memutus rantai konflik sepenuhnya

Tekad Eklin Amtor de Fretes Putus Rantai Konflik Maluku dengan DongengEklin Amtor de Fretes mendongeng untuk anak-anak Maluku (instagram.com/kak_eklin)

Inisiatif Eklin untuk mendongengkan perdamaian ini akhirnya mendapatkan perhatian dari publik. Pada tahun 2020, ia mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Awards dari Astra dalam bidang Pendidikan. Berbagai penghargaan lain pun mulai didapatkan olehnya. Penghargaan tersebut membuat Eklin berhasil menerbitkan bukunya sendiri pada 2021 yang berjudul Mari Belajar Mendongeng Kisah-Kisah Damai. 

Eklin mengaku ia pun tak tahu sampai kapan dirinya akan berkeliling Maluku untuk mendongeng. Sebab, ia masih punya keinginan yang besar untuk menyebarkan pesan toleransi dan perdamaian. Ia menjelaskan, "Saya ingin melihat anak-anak di Maluku tanpa prasangka buruk terhadap saudara-saudara yang berbeda agama atau berbeda daerah sekalipun."

Ia ingin gerakannya ini bisa membuat generasi muda dan anak-anak Maluku tumbuh dalam perdamaian sehingga tak ada lagi potensi konflik di masa depan. Hingga semua kelompok agama di Maluku bisa hidup berdampingan tanpa ada prasangka terhadap satu sama lain.

"Semoga banyak dari kita yang bergerak bersama untuk kembali menceritakan cerita damai sehingga cerita buruk bisa di-counter. Kalau ditanya sampai kapan, saya tidak tahu sampai kapan. Semoga mimpi masa kecil saya itu bisa tercapai," pungkas Eklin. 

Baca Juga: Eklin Amtor de Fretes: Merawat Perdamaian Menembus Sekat Segregasi

nur kumala Photo Writer nur kumala

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Diana Hasna

Berita Terkini Lainnya