Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Hal yang Bisa Membuatmu Iri pada Tetangga saat Lebaran, Jaga Hati!

ilustrasi mengintip tetangga (pexels.com/cottonbro studio)
Intinya sih...
  • Lebaran seharusnya menjadi hari kemenangan, jangan sampai hati tercemar oleh perasaan dengki pada tetangga
  • Parsel besar yang sulit disembunyikan dan aktivitas belanja online maupun offline tetangga dapat memicu perasaan iri
  • Kendaraan pribadi baru, pakaian baru, dan berbagi sembako tetangga bisa membuatmu merasa tidak puas dengan apa yang kamu miliki

Lebaran nanti seharusnya menjadi hari kemenangan bagi umat Islam yang telah berjuang untuk mengendalikan hawa nafsu selama Ramadan. Akan tetapi, jangan sampai menjelang akhir bulan puasa saja hatimu sudah ternoda oleh perasaan dengki pada tetangga sendiri. Perasaan itu dapat menjadi-jadi ketika Idul Fitri nanti.

Perhatianmu terpecah antara perayaan Lebaran di rumahmu sendiri dengan terus memantau aktivitas di rumah tetangga. Sayang kalau kamu sudah berpuasa begitu lama, tetapi di akhir Ramadan atau saat Idul Fitri malah hati kotor kembali. Ada beberapa pemandangan yang mungkin bisa membuatmu iri pada tetangga saat Lebaran.

Kami beri tahu daftarnya supaya kamu lebih waspada. Juga cara meluruskan pikiran biar dirimu gak terjerumus dalam sifat iri hati terhadap tetangga sendiri. Apa yang dilakukannya sama sekali bukan keburukan asalkan kamu melihatnya dengan pikiran yang jernih serta hati yang bersih.

1. Tetangga menerima banyak parsel

ilustrasi parsel (pexels.com/Marcelo Joaquim)

Bentuk parsel yang cukup besar sulit disembunyikan ketika proses serah terima dari kurir ke tetanggamu. Pun biasanya parsel hanya dilapisi dengan pembungkus plastik transparan. Kalau rumah kalian berhadapan, menjelang Lebaran dirimu bisa sering sekali melihat orang-orang datang mengantarkan parsel ke rumah tetangga.

Dari jarak beberapa meter saja kamu mungkin dapat memperkirakan isi parselnya. Seperti tampak botol sirop berwarna menyala, kaleng biskuit yang iklannya sering muncul di televisi, atau cangkir-cangkir keramik yang ditata sedemikian rupa. Mending kalau dirimu juga menerima beberapa parsel, perasaanmu menjadi tidak terlalu buruk.

Namun bila sampai H-1 gak ada satu pun parsel yang datang ke rumahmu, hati mulai meradang. Sampai-sampai kamu mungkin berniat buat pesan parsel sendiri dan minta diantarkan seakan-akan itu kiriman dari orang lain. Beli parsel buat diri sendiri boleh-boleh saja, tapi jangan diniatkan untuk mengimbangi parsel tetangga. Mungkin relasi tetanggamu sangat luas dan saling berkirim bingkisan menjadi kebiasaan mereka.

2. Ia juga terus berbelanja kebutuhan Lebaran

ilustrasi belanja banyak (pexels.com/Max Fischer)

Gak cuma parsel yang terus berdatangan ke rumah tetangga. Setiap hari terdapat beberapa kurir yang mengantarkan belanjaan online-nya. Satu kali pengantaran saja ada beberapa paket untuk tetanggamu. Dirimu memperkirakan dalam sehari bisa terdapat lebih dari lima paket belanja.

Belum lagi aktivitas belanjanya secara offline. Menjelang Idul Fitri, kamu sering sekali bertemu dengannya di pasar atau supermarket. Kemarin dia sudah membeli daging ayam cukup banyak, sekarang ia kembali memborong daging sapi dan telur. Uangnya seperti gak habis-habis untuk berbelanja bahan makanan bergizi.

Jika pun kamu cuma bisa membeli sedikit daging untuk hidangan hari raya, jangan iri pada isi meja orang lain. Tetanggamu berhak membelanjakan uangnya. Melalui belanjanya, perekonomian banyak pedagang ikut terbantu. Kalau kamu dengki pada rezeki orang lain, nanti malah rezekimu tambah seret atau terasa kurang terus. 

3. Tamu-tamunya bermobil bagus

ilustrasi banyak mobil (pexels.com/Mental Health America (MHA))

Dari ruang tamu atau balkon rumahmu tampak mobil berderet-deret di depan rumah tetangga ketika Lebaran. Kalau satu mobil pergi pasti tidak lama kemudian ada mobil tamu lain yang menggantikannya. Belum lagi saudara-saudaranya yang datang dari rantau.

Kamu ingat beberapa mobil mereka berbeda dari tahun lalu. Artinya, mereka sudah berganti kendaraan pribadi. Sementara dirimu belum punya satu pun kendaraan pribadi atau memiliki, tetapi sudah tua. Kamu harus mampu menjaga hati dari perasaan sebal melihat kemajuan hidup orang lain.

Soal mobil tamu tetangga milik pribadi atau sewaan, dirimu gak usah memikirkannya lebih lanjut. Belum tentu baik tetanggamu maupun tamu-tamunya ada niat pamer. Memang tamu-tamunya butuh membawa kendaraan sendiri untuk bersilaturahmi ke berbagai tempat. Tetanggamu juga gak mencantumkan syarat orang yang datang ke rumahnya wajib mengendarai mobil baru.

4. Pakaian barunya ketika Idul Fitri terlihat keren

ilustrasi seorang perempuan (pexels.com/The Lazy Artist Gallery)

Kamu barangkali juga sudah membeli pakaian baru bahkan lebih dari sebuah. Tadinya kamu sangat percaya diri bakal tampil menarik di hari raya dengan pakaian tersebut. Namun begitu kamu melihat pakaian baru tetangga, kepercayaan dirimu seketika tergerus. Pakaiannya terlihat lebih bagus. 

Pikirmu, harganya pasti mahal. Harga pakaianmu tidak ada apa-apanya. Kamu menjadi sebal padanya dan malas keluar karena merasa pakaianmu jelek. Bila pun dirimu gak bisa membeli pakaian baru untuk Lebaran tahun ini, bersyukurlah masih ada baju layak pakai di lemari.

Bagusnya pakaian tetangga cukup dikagumi. Jangan biarkan dirimu membencinya sebab ia membeli pakaian itu dengan uang sendiri. Malah boleh jadi harga pakaiannya tidak jauh berbeda dari pakaianmu. Hanya kebetulan dia menemukan model pakaian yang bagus ketika berbelanja. Atau, pakaian yang sebetulnya biasa saja terlihat lebih mahal saat dikenakannya karena ia pandai memadukannya dan auranya positif.

5. Membagikan banyak paket sembako

ilustrasi berbagi (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Adanya tetangga yang suka berbagi seharusnya menjadi sumber inspirasi. Bukan malah ia menjadi sasaran kedengkianmu. Meski kamu tidak kebagian paket sembako darinya, jangan berpikir buruk padanya. Mungkin paket sembako itu hanya diperuntukkan buat orang yang kurang mampu.

Kamu yang telah memiliki rumah sendiri dan punya pekerjaan cukup bagus tidak termasuk di dalamnya. Tetangga membagikan paket sembako pada tukang sampah, tukang sayur keliling, satpam kompleks, serta warga yang ekonominya pas-pasan. Jika dirimu belum mampu berkontribusi, minimal jangan memandangnya dengan kebencian.

Jadikan motivasi agar tahun depan kamu juga dapat lebih banyak berbagi. Caramu berbagi tak harus sama dengannya. Bisa pula dirimu berbagi takjil menjelang buka puasa. Biayanya lebih terjangkau ketimbang berbagi paket sembako. Sekarang dirimu baru berkesempatan menjadi penonton. Doakan saja supaya rezeki tetanggamu makin lancar.

6. Kata anak-anak, salam tempel dan jajanannya banyak

ilustrasi membagi piza (pexels.com/RDNE Stock project)

Salah satu dari anak-anak yang menyerbu rumah tetangga sehabis salat Id mungkin anakmu. Ia dan teman-temannya menceritakan bahwa salam tempel dari salah seorang tetangga paling besar. Ada pula bingkisan berisi jajanan seperti susu kotak dan beberapa biskuit.

Mereka menjadi senang sekali menerimanya. Seharusnya kamu juga ikut senang sembari mengingat masa kecilmu saat berburu salam tempel setiap Lebaran. Cegah dirimu justru menduga tetangga berniat pamer dengan kasih salam tempel lebih besar dan jajanan kesukaan anak-anak.

Jangan sampai saking kamu merasa kepanasan malah mengembuskan fitnah tentang sumber uangnya. Bahkan bila tetanggamu terlihat hidup sederhana, bukan berarti dia gak punya lebih banyak uang untuk berbagi. Boleh jadi ia memang sebetulnya kaya, tapi gaya hidupnya jauh di bawah kemampuannya.

Puasamu selama berminggu-minggu akan sangat diuji mendekati Lebaran. Kamu melihat persiapan tetangga-tetanggamu menyambut Idul Fitri. Pastikan tidak iri pada tetangga saat Lebaran dan hatimu tetap bersih dari segala keburukan terutama dengki supaya kamu betul-betul meraih kemenangan. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us