3 Kesalahan Umum yang Bikin Usaha Makanan Gak Laris Lagi, Rugi Banget!

- Penjual makanan gagal mempertahankan rasa produknya dengan baik, membuat pembeli kecewa dan akhirnya pergi.
- Kenaikan harga makanan tanpa peningkatan kualitas dapat mengecewakan pembeli dan membuat mereka meninggalkan produk tersebut.
- Pelayanan yang buruk terhadap pembeli juga menjadi faktor utama dalam membuat usaha makanan tidak laris lagi.
Salah satu jenis usaha yang punya potensi besar akan terus laku adalah berjualan makanan. Pasalnya, sudah jelas bahwa setiap orang butuh makan. Pada zaman seperti sekarang, orang mengonsumsi makanan tidak hanya untuk tujuan bertahan hidup, tetapi juga memenuhi hobi kulineran. Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila makanan apa pun yang dijual bisa laris manis diserbu pembeli.
Namun, ternyata tidak semua penjual makanan berhasil membuat produknya selalu habis diborong pembeli. Ada banyak yang hanya laris sesaat, lalu sepi dan akhirnya tutup. Kejadian ini sering kali ditemukan pada penjual makanan viral yang menarik atensi dalam waktu singkat, tetapi juga tenggelam tidak lama kemudian. Nah, kira-kira apa yang menyebabkan usaha makanan tidak laris lagi? Beberapa kesalahan umum berikut kerap jadi biang keroknya!
1. Gagal dalam mempertahankan rasa makanan

Bicara soal makanan, tentu hal yang pertama kali menjadi perhatian adalah soal rasa. Kalau rasa makanan memang enak, maka pembeli tidak keberatan untuk membayar, meski harganya tergolong mahal. Pasalnya, kelezatan suatu hidangan dapat memberikan sensasi menyenangkan yang membuat suasana hati membaik.
Sayangnya, banyak penjual makanan yang tidak lagi menjaga rasa makanannya secara cermat seiring dengan berjalannya waktu. Ketika awal berjualan dulu mungkin disiplin untuk selalu mencicipi guna memastikan bahwa produk buatannya punya rasa yang pas. Namun, begitu sudah mahir dan hafal setiap langkah pembuatan, timbul kepercayaan diri yang sedikit berlebihan bahwa rasa makanannya sudah pasti enak seperti biasa tanpa mencobanya terlebih dahulu. Tindakan seperti inilah yang membuat perubahan rasa tidak diketahui sejak awal, sehingga menyebabkan pembeli lama-lama memilih untuk pergi.
2. Harga makanan yang naik tanpa dibarengi peningkatan kualitas

Tidak dapat dimungkiri bahwa terkadang harga-harga bahan baku yang melonjak turut menyebabkan naiknya harga makanan. Jika harga tidak berubah, maka yang jadi taruhannya adalah penurunan kualitas. Nah, dari pada timbul masalah, lebih baik meningkatkan harga demi menjaga mutu makanan tetap tinggi. Selama kenaikan harganya masih rasional, tentu dapat diterima konsumen, sehingga tetap laris seperti biasa.
Sayangnya, tidak semua penjual makanan memiliki integritas tinggi semacam ini. Banyak yang asal meningkatkan harga jual dengan alasan bahan baku naik, tetapi kualitas makanannya malah semakin turun. Hal ini jelas menimbulkan kekecewaan bagi pembeli, apa lagi yang telah berlangganan. Kalau sudah begini, bukan sesuatu yang mengherankan bila akhirnya ditinggal konsumen.
3. Pelayanan yang buruk terhadap pembeli

Perlu dipahami bahwa aktivitas berjualan, termasuk menjual makanan, sebenarnya bukan hanya tentang asal semua produk laku dan terjual habis. Ada satu lagi faktor penting yang harus terus dijaga agar penjualan selalu bagus, yaitu pelayanan. Kalau penjualan makanan dilakukan dengan cara yang baik dan memprioritaskan konsumen, maka pembeli tidak akan segan untuk kembali lagi.
Nah, ini dia yang kerap luput dari perhatian banyak penjual makanan, terutama yang tidak serius alias sekadar aji mumpung saat ada makanan atau minuman viral. Mereka hanya fokus menjual makanan dan tidak memperhatikan cara melayani konsumen dengan baik. Jika terdapat perlakuan yang buruk, maka pembeli akan berkurang drastis, sehingga angka penjualan terjun bebas.
Jika ingin membuka usaha makanan, maka kerjakan segalanya dengan serius. Kalau sekadar mengejar viral dan asal-asalan, jelas tidak akan mampu bertahan lama. Hal ini dapat membuatmu rugi karena hanya laris di awal saja, sehingga gulung tikar tinggal menunggu waktu.


















